Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi
Universitas Prolamasi 45 Yogyakarta
Belajar merupakan tugas utama seorang siswa, baik di sekolah dasar, sekolah
menengah maupun perguruan tinggi. Belajar sebagai sebuah proses, hasilnya tidak
diperoleh secara instant. Akan tetapi melalui suatu periode tertentu yang
mengakibatkan bertambahnya
pengengetahuan dan perubahan perilaku individu (Walgito, 2005). Mengetahui sejauh mana pemahaman materi dan hasil prestasi yang diperoleh, maka
diadakan sebuah evaluasi. Yaitu proses penilaian untuk menggambarkan prestasi
yang dicapai siswa atau mahasiswa sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan (Muslimah, 2013). Salah satu
bentuk evaluasi tersebut ialah evaluasi sumatif, seperti UTS dan UAS. Evaluasi
ini lazimnya dilakukan setiap akhir semester atau tahun ajaran, akan tetapi
bisa diberikan juga ditengahn- tengah semester
(Muslimah, 2013).
Evaluasi atau lebih dikenal dengan istilah ujian ini, merupakan momen
penting bagi siswa karena dari sini akan diketahui prestasi belajar yang mampu
ia capai. Walaupun ujian bukan hal baru lagi, akan tetapi kehadirannya bisa
mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Ini dikarenakan sifat penting dari
ujian itu sendiri, yang bisa menimbulkan kecemasan, sinisme, selalu bergerak,
tidak sabaran, tidak nyaman dengan waktu luang yang ia miliki dan secara
konstant sangat tertekan dengan waktu. Hal ini sesuai dengan gejala – gejala stress yang berasal dari tingkah laku
atau psikologis yakni iritabilitas, depresi, kecemasan, dan sinisme. Juga
sesuai dengan individual stressor
kepribadian tipe A yang memiliki ciri–ciri selalu bergerak, tidak sabaran,
melakukan 2 hal dalam 1 waktu, merasa tidak nyaman dengan waktu luang dan
secara konstant sangat tertekan dengan waktu (Scaufis, 1993). Agar ini tidak
berpengaruh saat ujian berlangsung, maka sebaiknya rilekskan fikiran terlebih
dahulu, jangan terlalu cemas, anggap ujian ini sebagai ujian biasa karena
kecemasan berlebih akan membuyarkan semuanya. Hal yang paling penting adalah selalulah berfikiran positif.
Cara belajar yang digunakan siswa saat menghadapi ujian biasanya sistem SKS
atau Sistem Kejar Semalam. Dimana menurut penulis cara belajar seperti ini
kurang efektif. Dikarenakan porsi belajar yang berlebihan apalagi sampai larut
malam, bukan materi yang dikuasai akan tetapi malah menyebabkan kantuk dan
lelah di pagi hari. Kelelahan ini bisa menggangu konsentrasi kita saat
mengerjakan soal – soal ujian. Sehingga hasil yang diperolehpun kurang maksimal.
Cara belajar yang baik yaitu mengulang kembali materi yang diajarkan setelah
pulang sekolah ataupun kuliah. Sehingga saat akan ujian tinggal menyempurnakan
materi yang kurang dimengerti saja.
Diadakannya evaluasi setiap setengah semester atau akhir semester ini bukan
tanpa sebab. Akan tetapi terdapat tujuan yang ingin dicapai sesuai yang
dikemukan oleh Muslimah (2013), yakni
1. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai dalam satu
periode
2. Mengetahui posisi siswa dalam kelas
3. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan dalam belajar
4. Mengetahui pendayagunaan kapasitas kognitif oleh siswa
5. Mengetahui sejauh mana keefektifan suatu metode mengajar
yang diberikan guru
Berkenaan dengan sifat pentingnya sebuah ujian, persiapan yang perlu
dilakukan adalah jauh – jauh hari sebelumnya
tetaplah belajar dengan mengulang kembali materi setelah materi tersebut
diberikan. Bukan malah menumpuk materi dan baru mempelajarinya saat akan ujian.
Juga hindarkan dari perasaan cemas yang berlebih dan sinisme, karena fikiran
negatif itu turut mempengaruhi kerja
kita saat ujian. Tetaplah berfikiran positif dan apapun hasilnya walau mungkin
itu kurang bagus. Bukan berarti kita tidak kompeten, karena menurut penulis
yang terpenting dari sebuah belajar adalah prosesnya yang akan membuat kita
menjadi lebih baik. Lalu hasil belajar yang dinyatakan dengan angka – angka
sebatas bentuk formalnya. Akan tetapi bukan berarti kita lalu membiarkannya
begitu saja, jika hasil yang kita peroleh
dari evaluasi itu jelek, maka kita perlu lebih giat lagi dalam belajar.
Daftar Pustaka :
Muslimah.
(2013). Hand Out Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UP45
Scaufis,M. (1993). Stress and coping. In McWalters, M
(Revised Edition), Understanding
psychology ( pp 206 – 224). NSW : McGraw-Hill
Walgito.
(2005). Pengntar Psikologi Umum. Yogyakarta : ANDI OFFSET
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji