Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Menjaga Kesehatan Mental dalam keluarga Lower Class



Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Lower  Class adalah pekerjaan semi terampil atau pekerja kasar di pabrik atau pekerja tidak terampil. Pendidikan orang tua tidak tamat SD. Tempat tinggal dirumah petak atau Flat. Kehidupan sosialnya dijalanan atatu agen sosial (Notosoedirjo & Latipun, 2001). Seorang anak berasal dari keluarga lower class, pekerjaan  orang tua sebagai seorang tukang becak. Orang tua dari anak tersebut kurang memperhatikan perkembangan si anak dikarenakan fokus pada usahanya untuk mencukupi kebutuhan  keluarga, sehingga  menimbulkan ketidak percayaan dalam diri sang anak (minder) dan interaksinya dengan dunia luar kurang (menjadi pribadi tertutup).
Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) mengemukakan bahwa rendahnya interaksi sosial bisa menyebabkan gangguan mental.  Anak yang kurang  pergaulan bisa menjadi peyebab terkenanya gangguan mental, karena jika ada masalah cenderung ia pendam dan bisa jadi masalah itu bisa membuatnya stress.
Jika hal ini terus dibiarkan, penulis memprediksi  anak tersebut  akan kesulitan beradaptasi  dengan lingkungan baru dan membuat dia terasing, Keadaan terasing ini lebih rentan terkena gangguan mental. Hal ini sesuai dengan pendapat Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) bahwa makin terpencil dalam interaksi sosialnya makin beresiko mengalami gangguan psikiatrisnya.

Agar kesehatan mental anak tetap terjaga, orang tua juga harus memperhatikan perkembangan anaknya dan anak juga harus menyadari bahwa keluarganya bukan dari strata atas, sehingga orang tuanya perlu bekerja keras untuk menghidupinya. Selain itu anak juga perlu membuka diri dengan dunia luar agar tidak menjadi pribadi yang tersing, dengan semakin banyaknya ia berinteraksi dengan orang lain maka akan semakin baik kesehatan mentalnya. Pengendalian ini berdasarkan teori dari Orford (1992 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) yang mengatakan bahwa  keluarga itu merupakan lingkungan mikro yang sangat penting bagi individu dan dapat menjadi pendorong bagi kesehatan mental para anggotanya jika situasinya baik, dan menjadi penghambat perkembangan kesehatan mental jika situasinya kurang baik dan teori dari  Faris dan Dunham (1970 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) bahwa interaksi kualitas sosial sangat mempengaruhi kesehatan mental.


Daftar Pustaka:
Notosoedirjo, M & Latipun. (2001). Kesehatan Mental, Konsep & Penerapan. Malang : UMM PRESS


Post a Comment

0 Comments