Iqbalul
Fadhillah
Fakultas
Teknik/Teknik Mesin
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Hallo kawan, apa kabar
pada saat ini? Mudah-mudahan semuanya baik-baik saja, kawan pada minggu ini
kita semua mahasiswa dari universitas proklamasi 45 yogyakarta akan menghadapai
ulangan tengah semester genap, dan pada minggu ini semua dosen segera
menyelesaikan pembelajarannya supaya bisa melaksanakan ulangan tengah semester
genap dan para mahasiswa bisa belajar untuk mempersiapkannya.
Haridemi hari kita semua
berusaha menjalankan yang terbaik dan berusaha semaksimal mungkin, sudah
saatnya kita tunjukkan kepada orang tua kita bahwa kita pasti bisa
menjalankannya dan meminta do’a restu dari orang tua supaya ada kemudahan dan
ada dalam kelancaran, di mana semua yang kita lakukan pada akhirnya akan kita
sembahkan kepada orang tua kita, dan pada diri kita pasti tidak menginginkan
kedua orang tua kita kecewa pada kita karena pengorbanan orang tua tidak akan
bisa tergantikan oleh apapun terutama kepada ibu kita, kenapa demikian? Karena
ibu merupakan orang yang sanggup menjaga kita mulai dari dalam kandungan, yang
tidak akan di tinggalkan di mana saja ibu kita makan kita dibawa bahkan kita
juga ikut makan, ibu kita minum kita juga di dalamkandungan ikut minum, bahkan ibu
kita pergi ke kondangan kita juga akan dibawa ke kondangan yang jelas semua
yang ibu kerjakan kita semua merasakannya meskipun kita tidak merasakannya
langsung.
Sesudah dalam kandungan
ketika melahirkan kita semua, pada saat itu perjuangan yang sangat istimewa
yang mana ibu mengorbankan dirinya untuk kita semua, yang menanggung resikonya
hanya dia antara hidup dan mati ada di depannya, namun hal itu tidak pernah ibu
kita mengeluh bahkan ia masih berusaha untuk kita, sesudah melahirkan kita
semua di susui sampai ia berumur 2 tahun, ia tidak akan mengenal mana siang
mana malam, mana untuk bekerja, mana untuk kita, karena ia akan berusaha
semaksimal mungkin untuk anaknya yang terbaik, supaya dewasa kelak bisa menjadi
anak yang sangat berguna untuk dirinya, orange tuanya, keluarganya,
masyarakatnya, serta bangsa dan negarnya, serta agamanya.
Dengan berjalannya waktu
kita akan di ajari makan, minum, belajar, berjalan, berbicara, dan yang lainnya
itu semua ia kerjakan demi anaknya dan ia kerjakan dengan hati yang ikhlas,
dengan penuh kasih dan saying pada kita semua. Ketika berumur 4 tahun bahkan ia
sekolahkan kita mungkin ada yang merasakan sekolah Play Group/Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak/Raudhatul
Athfal, dilanjutkan dengan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, diteruskan ke
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, kemudian ke Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah, bahkan ada juga sampai ke
jenjang Perguruann Tinggi/Perkuliahan itu semua ia semua korbankan untuk kita
semua selaku anaknya, ia juga tidak akan minta apa yang ia korbankan untuk kita
semua.
Ketika
kita sudah dewasa ia juga masih menginginkan kita melaksanakan pernikahan
sesudah ada pengantinnya dan ketika ia sudah siap untuk berrumah tangga. Ia
akan berusaha untuk anaknya supaya menjadi keluarga yang berbahagia. Karena
setiap orng tua terutama ibu tidak akan menginginkan anaknya menderita untuk
itu ia akan berusaha mencari jodohnya yang akan menuntun kita di kemudian
hari, semua ia lakukan demi anaknya, ia
berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya, ia rela tidak makan tidak minum
untuk kita, andaikan gunung menjulang tinggi ia akan berusaha mendakinya dengan
penuh semangat, andaikan yang di depannya sebuah lautan/samudra yang luas ia
juga akan berusaha menyebranginya. Sungguh pengorbanannya tidakan bisa di
gantikana oleh apapun walaupun kita berusaha menggendongnya untuk keliling
dunia pun tidak akan tergantikan, tidak akan terbalas oleh hal apapun.
Walaupun
kita sudah berrumah tangga ia masih memikirkan kita, karena ia tidak mau
anaknya sedih walaupun kita sudah menikah.Kitaakan berusaha menjadi anak yang
terbaik khususnya bagi keluarga kita, demi kelancaran maka kita akan berusaha
mengungkapakan apa yang kita alami dalam berumah tangga, kita akan bercerita
kapada orang tua kita sendiri, disini orang tua akan berusaha untuk menjaga
pernikahan anaknya sampai akhir hayat jangan sampai pernikahan anaknya itu
menjadi hancur berantakan.
Dengan
berjalannya waktu kini kita mulai berpikir dewasa. Satu persatu kita akan lalui
apa yang telah dirasakan oleh orang tua kita, satu persatu pengorbanan orang
tua kita akan merasakannya, satu persatu kita akan berjuang seperti berjuangnya
orang tua, seperti yang orang katakan bahwa apa yang orang tua katakana akan
terjadi di alam kita, apa yang orang tua kita perbuat kini mulai kita alami
semua akan tergantung pada diri kita masing-masing, kita akan berbuat baik pada
orang tua kita maka dewasa kelak ketika kita punya seorang yang kita inginkan
yaitu keturunan yang baik maka diri kita dulu yang harus berbuat baik tapi juga
sebaliknya jika diri kita melaksanakan yang kurang baik maka keturunan kita kan
kurang baik, karena pepatah bilang bahwa buah jatuh tidak akan jatuh pada
pohonnya atau bisa dikatakan hokum karma.
Kita
kini mulai dewasa, sudah mengerti/berpikir apakah ini baik untuk kita atau
sebaliknya, sungguh orang tua kini telah mempercayai kita untuk pergi rumah
halaman kita atau orang tua mempercayai kita untuk bisa mengatur kehidupandi
luar sanamulai dari sekarang karena ketika orang tua kita tiada. kita harus
bisa apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan, apa yang kita cita-citakan
itu semua bisa tercapai walaupun masih dalam pengawasan dari orang tua atau
keluarga kita saat ini, hal ini guna untuk mengontrol kehidupan kita, pada saat
ini pula kita sudah mulai berperang dalam hal itu.
Dengan
menjadi orang yang berpendidikan/anak sekolahan/anak kuliahan kita akan
tunjukkan dengan prestasi yang sangat baik di dalam maupun di luar pendidikan
bahwa kita akan bisa berjuang untuk kemenangan yang kita inginkan supaya kita
bisa membahagiakan kedua orang tua, karena saya yakin, bahwa kita bisa menjadi
kebanggaan orang tua, maaf, walaupun orang tua kalian sudah tiada tapi saya
yakin bahwa orang tua kita disana akan bangga terhadap kita karena orang tua
kita akan selalu melihat kita.
Tidak
lupa kita harus minta do’a restu kepada Tuhan Yang Kuasa, minta do’a restu
kepada keluarga kita terutama orang tua, guru, teman, sahabat, karib supaya
kita dalam memperjuangkannya ada dalam ridhonya. Tidak lupa kita harus selalu
berusaha karena tanpa usaha semua yang kita inginkan tidak mungkin terlaksana
semuanya, tak lupa kita harus bertawakal ketika kita sudah berusaha, sudah
berdo’a lalu kita serahkan kepada Yang Maha Tahu segalanya dengan penuh
kesabaran, itu merupakan kunci dari kesuksessan satu lagi yaitu jangan pernah
mengeluh, jangan pernah menyerah, mencoba,mencoba, dan mencoba.
Dalam
buku sejarah yang pernah saya baca dan pernah saya dengar mengatakan bahwa James
Watt penemu lampu ia banyak sekali gagal, gagal, dan gagal. ketika ia sedang
peraktek membuat lampunya seperti yang ada sekarang, satu persatu ia coba tapi
al hasil yang ia lakukannya itu gagal, tapi ia selalu berusaha. Di lain waktu
ia coba kembali dengan percobaan yang sama al hasil gagal kembali, sungguh ia
tidak mau menyerah sampai ia berhasil katanya dalam pembuatan lampu tersebut
itu melakukan percobaannya itu sebanyak 1000x, sungguh perjuangan yang sangat
luar biasa.
Contoh
lain ada ulama yang terkemuka tapi sayangnya entah siapa namanya saya lupa lagi
yang jelas yang saya ingat tentang perjuangan seorang ulama tersebut taruhlah
namanya A. Dalam kisahnya A tesebut ketika masih anak-anak ia di kirimkan ke
sebuah pondok pesantren oleh kedua orang tuanya, A di pondok pesantren oleh
orang tuanya lama sekali saking A_nya itu ingin menjadi ustadz di pondok
pesantren yang akan dibangun oleh orang tuanya di kemudian hari. Hari demi hari
ia lalui, tidak terasa ia di pondok pesantren sudah pada titik penghabisan
karena pondok pesantren yang orang tuanya bangun itu sudah jadi bahkan sudah
ada santrinya.
Pada suatu hari orang
tuanya itu menginginkan bahwa anaknyaA itu kembali pada orang tuanya dan
meneruskan perjuangan orang tuanya di pondok pesantren yang dibangun orang
tuanya itu. Lalu orang tuanya itu memberi tahu kepada gurunya anak tersebut,
bahwa anaknya Abeberapa hari yang akan datang orang tuanya mau mengambil
anaknya itu. Hal itu guru anaknya itu
langsung memberi tahukan kepada A bahwa A akan dibawa ke kampung
halamannya dalam waktu dekat. Sesudah ia tahu bahwa dirinya akan dibawa oleh
orang tuanyan ke kampung halaman lalu ia pergi ke kamarnya lalu berpikir dan
menangis merenungkan dirinya.
A
pun menangis karena selama berpuluh-puluh tahun ia belajar di pondok pesantren
tersebut yang ia lakukan tidak belajar, tidak mengaji, tapi yang ia lakukan
yaitu mengkhidmah kepada guru seperti yang ia lakukan di pondok pesantren
tersebut yaitu merawat anak gurunya, merawat ternak-ternak pondok pesantren,
mencuci pakaiannya gurunya, yang jelas apa-apa yang diperlukan gurunya dan
bersifat umum terutama buat pondok pesantrn ia lakukan.kemudian di keesokan
harinya ia pergi meninggalkan pondok pesantren tanpa memberi tahu kepada
gurunya. Ia berlari sejauh mungkin ke dalam hutan sambil menangis karena ia
melu kepada orang tuanya bahwa A tidak bisa apa-apa, karena pada hari itu ia
tidak terlihat oleh gurunya kemudian gurunya tersebut menanyakan kepada santri
lain yang dekat dengan A,
Ustadz ; A kemana ko hari ini ia tidak
kelihatan?
lalu santri yang dekat A itu
menjawabnya dengan penuh rasa bingung untungnya ia melihatnya pada waktu sholat
subuh.
Santri ; maaf pak ustadz sebelumnya,
saya tidak tahu A itu pergi kemana, yang jelas tadi saya lihat ketika sudah
melaksanakan sholat subuh ia keluar dari masjid dalam keadaan menangis dan
berlari entah kemana?
Lalu gurunya pun mengerti apa yang
telah terjadi dengan A kemudian ia menyelesaikan pembicaraannya itu dan
melaksanakan aktivitas seperti biasanya
*****
Sudah
sekian lama ia berlari kedalam hutan ia merasa kelelahan lalu ia mulai
beristirahat sambil menangis yang tak kunjung berhenti ketika ia berhenti dari
larinya ia melihat batu yang tertetes oleh air yang jatu dari dedaunan dan
melihatnya pada batu itu seperti kubang akibat tetesan dari air. Lalu ia
merenung kambali ko bisa batu yang begitu kerasnya dan air yang begitu lunaknya
bisa membuat batu tersebut menjadi
kubang, lalu ia berpekir sungguh ilmu yang sangat berguna itu penuh dengan
kesabaran, dalam waktu yang lama, perlu kesungguhan, dan perlu perjuangan yang
ekstra sesudah mengalami kejadian tersebut A berlari kembali menuju pondok
pesantren dan langsung meminta maaf kepada gurunya atas kepergiannya itu tanpa
pamit terlebih dahulu, gurunya pun memakluminya atas kejadiannya tersebut. Lalu
gurunya menyuruh A beristirahat.
Pada
esoknya A di panggil oleh gurunya, dan gurunya pun berkata, sudah
berpuluh-puluh tahun kamu di pondok psantren ini sudah saatnya kamu mengamalkan
ilmu mu kepada santri-santrimu yang sudah di siapkan oleh orang tuamu di
kampong halaman mu segeralah kamu berkemas karena sehabis ini saya akan
beritahu orang tuamu bahwa kamu akan pulang.
Lalu A pun menjawab,
ustdaz mohon maaf sebelumnya, sudah sekian lama A di pondok pesantren ini kini
A disuruh pulang untuk mengamalkan ilmu yang didapat di pondok pesantren ini
kepada santri-santri yang orang tua saya siapkan, sungguh aku malu terhadap
diri saya karena selama saya di pondok pesantren ini saya tidak pernah belajar,
tidak pernah mengaji yang saya lakukan mengurus putra ustadz, merawat
ternak-ternak pondok pesantren, mencuci pakaian ustadz, dan pekerjaan lainnya
yang berjuang untuk pondok pesantren ini sungguh aku malu diri A sendiri dan
malu kepada orang tua A, lalu apa yang akan A berikan pada santri-santri yang
sudah disiapkan oleh orang tua A aku malu.
Ustadz menjawab, sekarang
kamu pergi kekamarmu, rapihkan kamarmu, dan kemas baju-bajumu lalu datang lagi
kesini temui saya.
A pun tidak banyak berkata
apa-apa, A langsung pergi ke kamarnya dan melaksanakan apa yang diperintahkan
gurunya itu dan kembali ke tempat gurunya itu dan tidak terpikir bahwa orang
tuanya mau menjemputnya
A bertanya ; ustadz
sebenarnya ini ada apa, kenapa saya disuruh membeskan kamar, dan mengemas
baju-baju A
Ustadz menjawab ; kemarin saya
beritahu orang tuamu bahwa hari ini kamu akan dijemput oleh orang tua mu dan
kamu sudah siap untuk mengamalkan ilmunya kepada santri-santri yang sudah
disiapkan oleh orang tuamu
A pun menangis dan berkata
kepada gurunya itu : ustadz A ini sungguh belum siap pergi ke kampung halaman
A, karena A masih ingin memperdalam ilmu di sini.
Ustadz menjawab : bukalah
mulutmu, lalu ustadz pun ####### ke mulutnya itu, kemudian menyuruh pulang dan
siap mengajarkan santri-santri yang ada di kampong halamanmu, ingsya allah
berapa juta pertanyaan yang santri-santrimu lontarkan kepada mu akan kamu jawab
dengan benar sesuai yang Allah swt tetapkan, dan A pun bisa tenang
walaupun yang A rasakan bercampur aduk
penuh dengan keanehan.
Tidak lama kemudian orang
tuanya pun datang dan silahturahmi kepada gurunya A dan tidak panjang lebar
orang tuanya itu memninta izin dan meminta do’a supaya diberikan kemudahan
dalam menegakkan agama Allah swt. Dan segera pamit pulang karena santri-santri
sudah menunggunya.
Kini A menjadi ulama besar
yang menjadi pedoman bagi masyarakatnya.
Sungguh dalam dua cerita
diatas kita kita sebagai anak kuliahan
harus benar-benar memanfaatkan sebaik mungkin waktu kita supaya kita bisa
memaksimalkannya untuk mencapai apa yang kita harapkan, kita coba ambil
hikmahnya dari cerita tersebut, banyak sekali point-point penting diantaranya:
·
Berusaha
semaksimal mungkin
·
Tingkatkan
kesabaran yang tinggi
·
Jangan
mudah mengeluh
·
Jangan
menyerah
·
Berbaik
sangka
·
Positif
thinking
·
Kobarkan
semangtmu
·
Keseriusan
·
Menginginkan
sesuatu itu yang tinggi
·
Berdo’a
pada Yang Maha Kuasa
·
Meminta
restu pada orangtua,keluarga, karib dekat, guru, dan yang lainya
·
Menyerahkannya
kepada Yang Maha Kuasa
·
Jangan
putus asa
·
Apa
yang seharusnya di kerjakan maka kerjakan dengan hati yang penuh ke ikhlasan
Masih banyak hal, tinggal
kita bisa mendesain apa yang seharusnya kita lakukan. Mari kita lakukan yang
seharusnya kita lakukan, Mari kita tunjukkan pada orang tua kita bahwa kita
pasti bisa. Do’a orang tua kan selalu menyertaimu,,,