Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Rahasiaku Aman Bersama Cermin Kamarku



Rina Hartatik
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Telah banyak pembahasan yang mengatakan bahwa Tuhan itu tempat bagi hambaNya mencurah, meminta, sekaligus mengharap. Jika difikir kembali pernyataan tersebut tidak dapat dibantah lagi kebenarannya. Karena dengan mendekatkan diri pada tuhan kita akan merasakan ketenangan, keamanan dan kenyamanan. Sekalipun demikian, tetapi masih banyak diantara kita yang membutuhkan orang lain untuk membagi cerita ataupun meminta solusi ketika mempunyai masalah. Kejadian yang seperti itu bukan berarti kita tidak menganggap adanya Tuhan. Adakalanya bagi kita yang berkepribadian ekstrovet kita akan selalu membutuhkan orang lain untuk mencurahkan setiap titik yang menjadi masalah dalam hidupnya. Namun bukan berarti bagi kita yang berkepribadian seperti itu tidak membutuhkan Tuhan, justru dia sadar tidak ada kekuatan yang lebih hebat dibanding kekuatan Tuhan, akan tetapi karena takdir yang menjadikannya berkepribadian selalu terbuka pada orang lain, akhirnya selain berkisah pada tuhan, orang yang ekstrovet itu juga memilih untuk menceritakan pengalamannya pada orang lain.
Senyaman apapun kita ketika menceritakan masalah kita pada orang lain. Tetap saja kita akan selalu memilah dan memilih siapa yang pantas mengetahui cerita kita dan siapa yang mampu memberikan solusi terbaik terhadap masalah yang dialami kita, dengan tujuan agar masalah kita aman bersama mereka. Pada dasarnya jika kita simpulkan, satu-satunya orang yang mampu memberikan solusi dan mampu menjaga rahasia kita adalah diri kita sendiri. Karena sebenarnya kita adalah orang yang mampu memahami terhadap kebutuhan dan keinginan yang ada pada diri kita sendiri dan dengan itu kita akan mencari cara dan pemahaman untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tidak satupun diantara kita yang mau masalah “yang memalukan” yang terjadi pada kita diketahui orang banyak. Dalam hal ini saya tidak akan memberikan gambaran tentang orang lain (baik itu tentang dia ataupun mereka) saya akan mengambil contoh dari pengalaman saya sendiri, saya tidak akan mengatakan saya ini pemilik kepribadian introvert ataupun ekstrovet. Tapi kali ini saya hanya ingin menuturkan bahwa selain saya percaya pada kekuatan do’a saya juga percaya pada kesetiaan cermin biru yang ada dikamar saya. Ketika saya punya masalah yang tidak mungkin saya ceritakan pada orang lain maka saya akan menceritakan masalah saya  itu didepan cermin seolah-olah saya sedang curhat dengan cermin, tetapi sebenarnya itulah cara yang saya pilih untuk sedikit mengurangi beban dan kecemasan yang dialami saya. Karena saya percaya dengan begitu rahasia saya aman bersama kesetiaanya. Ketika saya sudah menceritakan semua permasalahan yang terjadi pada diri saya didepan cermin, maka saya juga menjadi motivator terhadap diri saya sendiri didepan cermin pula. Disitu saya memegang dua peran, yang pertama menjadi orang yang sedang mengalami masalah, terus yang kedua saya juga menjadi seorang motivator terhadap diri saya sendiri agar bisa kuat menghadapi masalah seperti apapun. Kedengarannya tampak lucu tapi dengan alternatif seperti itulah yang membuat diri saya merasakan nyaman karena seakan akan saya sudah menceritakan problem yang dialami saya kepada orang lain yang tidak akan membocorkan masalah saya tersebut.
Saya yakin kebanyakan dari kita tidak akan menceritakan semua masalahnya terjadap orang lain. Pasti ada satu atau dua masalah yang sepanjang hidupnya akan menjadi rahasianya sendiri. Dengan kejadian yang seperti itu penulis memprediksikan, apabila seseorang mempunyai masalah yang cukup privasi yang ada kemungkinan ketika diceritakan terhadap orang lain akan mencemarkan nama baiknya maka orang yang seperti itu akan cenderung dilema. Di antara bercerita tapi menanggung malu, atau lebih memilih untuk menyimpan masalahnya sendiri yang akhirnya membuat dirinya mersa terbebani. Dari permasalahan diatas penulis juga memberikan pengendalian, jika permasalahan yang sudah membuat diri kita itu dilema terjadi, maka hal yang seharusnya kita lakukan ialah terlebih dahulu memahami terhadap diri kita sendiri, sekiranya pemenuhan kebutuhan apakah yang harus di capai untuk mengurangi sedikit beban yang terjadi pada diri kita. Setelah itu berusahalah menjadi orang yang lebih kreatif, bentuklah hal-hal yang bisa membuat diri kita merasa nyaman dengan ke kreatifan yang telah kita buat. Seperti halnya tadi saya lebih memilih curhat terhadap cermin di dalam kamar saya, karena saya menganggap cermin itu akan selalu setia mendengarkan, memberi solusi dan menjaga rahasia. Itu alternatif yang saya pilih sebagai bentuk modifikasi cara saya dalam menghibur diri agar rahasia saya aman, dan agar masalah yang terjadi pada saya tidak lagi membebani fikiran saya.