Arundati ShintaFakultas Psikologi
Univesitas Proklamasi 45
Bantuan non tunai telah diluncurkan oleh Presiden
|
Inovasi dari bantuan nontuai ini adalah bantuan keuangan
tersebut diberikan langsung kepada penerima melalui nomor telepon seluler.
Nomor telepon tersebut sekaligus menjadi nomor rekening penerima bantuan.
Sistem seperti ini jauh berbeda dengan bantuan tunai langsung yang diluncurkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang cenderung salah sasaran. Sistem
baru ini diharapkan akan memutus rantai korupsi yang berbeli-belit. Para pemegang kartu itu dapat mencairkan bantuan tersebut
melalui Bank Mandiri, dan PT Pos Indonesia. Untuk menjangkau seluruh penduduk
yang membutuhkan bantuan tersebut, dibutuhkan 300.000-400.000 titik, sedangkan
Bank Mandiri dan PT Pos Indonesia hanya mempunyai 20.000 titik. Untuk mengatasi
kendala tersebut, maka dibutuhkanlah agen bank. Agen bank itu bisa berupa
pemilik warung kelontong, penjual pulsa, atau perusahaan ritel di seluruh Indonesia . Agen
bank itu juga disebut sebagai bank tanpa kantor (branchless banking). Untuk menjalankan operasinya, maka agen bank
itu mendapatkan fee sebesar Rp.
4.000,-.
Apa hubungan antara pelaksanaan bantuan nontunai ini dengan
psikologi? Penyaluran melalui agen bank ini merupakan upaya presiden untuk
memberdayakan warga biasa yang sebenarnya bukan pegawai bank. Mereka mendapat
‘pancingan’ uang Rp. 4.000,- untuk upayanya menyalurkan dana bantuan kepada
masyarakat. Diharapkan mereka tidak menunggu datangnya orang-orang untuk
mencairkan dana, namun mereka juga harus pro-aktif. Semakin banyak dana yang
bisa dicairkan (mereka rajin mencari nasabah), maka semakin banyak fee yang diperoleh. Mencari nasabah
ternyata bukan urusan mudah. Apalagi kalau tempat tinggal para nasabah itu jauh
di pelosok, dan tidak ada sinyal.
Untuk ‘mengejar-ngejar’ nasabah, diperlukan keuletan dan
ketangguhan menghadapi lokasi yang kurang bersahabat. Keuletan dan ketangguhan
yang dilatih terus menerus ini, sebenarnya merupakan cikal bakal bagi munculnya
sikap entrepreneurship atau
kewirausahaan. Tentunya diharapkan para pengelola agen bank ini tidak hanya
berkutat ‘mengejar’ nasabah saja, tetapi juga sekalian mempromosikan barang
dagangannya. Jadilah pekerjaan sebagai agen bank merupakan cara belajar menjadi
wirausahawan yang tangguh. Ini adalah sistem bantuan yang inovatif, dan
memberdayakan penduduk.
Note: Tulisan ini merupakan materi siaran di RRI Yogyakarta , dalam acara Forum Dialog, pada 5 November 2014 , pukul
20.15-21.00 WIB. Siaran dilakukan bersama mahasiswa IAYP Ikromil dan Fawad dari
Madura.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji