BELAJAR MENGIKUTI PERATURAN PADA ANAK-ANAK TK
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Mengikuti peraturan
adalah perilaku yang hendaknya ditanamkan sejak dini pada anak-anak. Bila perilaku
ini gagal ditanamkan pada anak-anak, maka perilaku mereka kelak menjadi sulit
dikendalikan. Persoalan yang relevan dengan perilaku mengikuti peraturan itu
adalah orangtua sebagai lingkungan sosial terdekat anak, ternyata kurang mampu
memberikan contoh perilaku yang baik. Orangtua justru memberikan contoh buruk. Persoalan
semacam ini muncul dalam program pelayanan masyarakat di TK Kamulan Yogyakarta.
Apa saja contoh
buruk dari orangtua? Orangtua sering menggunakan perangkat elektronik, ketika
berada di rumah. Bahkan perilaku itu cenderung menganggap perangkat elektronik seperti
candu. Bila tidak memegang alat gadget, maka rasanya ada sesuatu yang hilang. Jadi
bila orangtua berinteraksi sosial, maka wajah mereka diarahkan apda gadget
bukan pada lawan bicara. Bila hal ini sering terjadi di dalam rumah, maka anak
akan belajar dan memperlakukan perangkat elektronik seperti candu.
Bagaimana peran
guru di sekolah? Guru di sekolah sering merasa ikut bersalah karena tidak mampu
memperbaiki perilaku anak. Padahal guru sudah memeras keringat dan menjalankan
berbagai kegiatan kreatif agar anak tidak mencadu gadget. Perhatian guru memang
layak diapresiasi, namun perilaku anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab
guru. Hal ini karena anak berada di sekolah hanya 3-4 jam saja, sedangkan
sisanya anak berada dalam pengawasan orangtua.
Apa saja kegiatan
kreatif guru untuk menanamkan perilaku mengikuti peraturan pada anak-anak? Salah
satu cara menanamkan perilaku mengikuti peraturan ini adalah dengan memberi
pelajaran menggambar di TK. Alat yang digunakan adalah kertas dengan stimulus
berupa kotak. Anak-anak diharapkan mampu menggunakan stimulus tersebut dan
mengembangkan menjadi suatu bentuk yang bermakna.
Setelah mendampingi
beberapa saat, maka dari 11 anak usia 4 tahun hanya sekitar 75% saja yang mampu
menggunakan stimulus kotak. Sisanya, mereka menggambar sesuka hati. Bahkan gambar
mereka terkesan seperti coretan-coretan saja. Bagi anak-anak yang sudah mampu
mengikuti peraturan, maka mereka masih harus dimotivasi terus untuk memenuhi
kertas gambar dengan berbagai warna. Sungguh tidak gampang memotivasi
anak-anak, karena alasan mereka umumnya adalah merasa lelah. Guru hendaknya
terus mendorong tanpa lelah. Konsistensi guru dalam memotivasi, ternyata mampu
membuat anak memenuhi kertas gambarnya.
Pelayanan
masyarakat yang dilakukan oleh Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta ini adalah berkat kerja sama
dengan TK Kamulan Yogyakarta. Dosen dan mahasiswa Psikologi UP45 pada hari
Selasa minggu ke-3 dan ke-4 rutin mengunjungi TK Kamulan Yogyakarta untuk
memberi pelajaran menggambar pada anak-anak. Pada kesempatan itu, guru juga
berkesempatan untuk berkonsultasi denga dosen tentang strategi menghadapi
anak-anak dan orangtua. Kesempatan melayani TK Kamulan kali ini telah dilakukan apda 15 Maret 2016.
Melayani di TK
Kamulan Yogyakarta juga bermanfaat bagi para dosen dan mahasiswa Psikologi
UP45 untuk secara cepat memahami
perkembangan anak-anak. TK Kamulan telah menajdi semacam laboratorium bagi psikologi perkembangan. Di TK Kamulan, mahasiswa
dan dosen dapat mengamati secara langsung perilaku anak-anak. Diharapkan
setelah lulus kelak, para mahasiswa Psikologi UP45 dapat langsung menerapkan ilmunya.
Salah satu peluang kerja adalah dengan menjadi guru TK.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji