HUBUNGAN ANTARA OLAH RAGA DAN PENDIDIKAN KARAKTER
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Partisipasi dalam
kegiatan olah raga secara rutin, sangatlah penting baik bagi kebugaran maupun
pembentukan karakter. Untuk tujuan
kebugaran, tentu kegiatan olah raga harus dilakukan secara rutin. Kira-kira
seminggu tiga kali @ 1 jam. Berdasarkan pengalaman, kalau kita mampu secara
rutin berolah raga seminggu 3 kali, maka badan kita terasa segar. Ini penting
terutama untuk orang-orang yang terlalu banyak duduk did epan komputer.
Bagaimana dengan
pendidikan karakter? Olah raga jelas
erat hubungannya dengan karakter,
terutama untuk keperluan kompetisi. Kalau ada kompetisi, pasti ada yang menang
dan ada yang kalah. Kalau mengalami kekalahan namun terus berolah raga secara
rutin, maka hal itu menunjukkan bahwa individu pantang menyerah. Individu
memandang kegagalan adalah kemenangan yang tertunda. Melakukan latihan fisik
terus setelah mengalami kekalahan, bukan merupakan keputusan yang mudah. Hal
ini karena kekalahan adalah menyakitkan. Apalagi bila individu melakukan
latihan yang sangat berat sebagai bekal kompetisi, maka ia akan merasa
impiannya terbuang sia-sia.
Betulkah kekalahan dalam
olah raga kompetisi itu membuat individu malas untuk mengulangi latihan? Individu
bersedia melakukan latihan-latihan kembali setelah kekalahan yang dialaminya,
menunjukkan bahwa individu mempunyai kualitas mental yang tangguh. Sangat tidak
gampang untuk bangkit lagi setelah mengalami kekecewaan yang mendalam. Sangat
dibutuhkan motivasi yang kuat, tekad sekeras baja, ketabahan, dan tentu saja
impian untuk sukses. Sejatinya, aktif dalam kegiatan olah raga yang sifatnya
kompetisi adalah dalam rangka mebangun karakter
yang hebat dan tangguh. Harapannya, kelak kalau sudah tidak aktif lagi di
dunia olah raga, maka kualitas-kualitas karakter
itu tetap tertanam dan muncul dalam perilaku sehari-hari.
Kerjasama dengan pihak RRI ini menuai kesuksesan, karena telah melibatkan 38 mahasiswa dan 21 dosen serta karyawan UP45. Mereka bergantian menjadi nara sumber di RRI. Mahasiswa senang dengan acara di RRI karena melatih kemampuan public speaking atau berbicara di depan publik, melatih keberanian, dan melatih kreativitas dalam menjawab pertanyaan yang tidak diduga dari pendengar RRI di seluruh Indonesia. Selain itu, terlibat dalam siaran di RRI melatih mahasiswa untuk membuka-buka kembali pelajaran yang pernah diterimanya. Jadi siaran di RRI ini memacu pemahaman psikologi secara konkrit.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji