Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

KERJASAMA RADIO EMC & FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE-39



HARDIKNAS & PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU SERTA MURID


Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Ibu Sri adalah seorang guru SD Negeri di Yogyakarta Selatan. Diantara semua kerabat, hanya dialah yang berprofesi guru. Dalam keluarga kami, dia mendapat nama baru yaitu Bu Sri Guru. Julukan itu masih tetap melekat pada dia, meskipun ia sudah pensiun. Julukan Guru juga ditempelkan pada namanya karena sangat banyak keluarga kami yang bernama Sri. Jadi nama Sri Guru berfungsi untuk mengingatkan tentang profesinya dan juga untuk membedakan dengan orang lain yang namanya sama.


Bu Sri Guru ini sering datang pada saya, dan isinya adalah hampir selalu seragam yaitu keluhan. Dua minggu yang lalu, keluhannya adalah jumlah uang pensiun yang tidak memadai padahal harga-harga naik terus. Minggu kemarin keluhannya adalah murid-muridnya yang bandel dan menolak untuk mengerjakan PR. Diramalkan, keluhan-keluhan berikutnya akan meneror saya dan saya akan kebingungan dalam menenangkannya karena situasi pendidikan di Indonesia memang memprihatinkan. Persoalan pendidikan yang paling sering muncul adalah nasib guru yang terlantar dan perilaku murid-murid yang menyedihkan yaitu senang tawuran dan tidak tahu sopan santun.

Sebetulnya, pendidikan adalah tanggung jawab bersama yaitu orangtua, guru, masyarakat dan juga pemerintah. Tanggung jawab yang sifatnya bersama-sama ini sering kali membuat masing-masing pihak justru lempar tanggung jawab. Pemerintah merasa sudah memperhatikan nasib guru, terbukti dengan adanya tunjangan sertifikasi dan berbagai pelatihan untuk memperbaiki nasib guru. Pada sisi guru, sebaliknya, justru mereka merasa dibebani tanggung jawab administrasi yang tidak kunjung selesai. Belum lagi guru diharuskan mengajar seminggu 24 jam, menghadiri rapat, dan berbagai kesibukan administratif lainnya. Dampaknya, murid-murid akan terlantar dan mengalami banyak waktu kosong. Waktu kosong yang tidak produktif itu rentan membuat murid-murid untuk berperilaku melanggar peraturan. Di sisi lain, orangtua merasa sudah melakukan kewajibannya bila mengantar dan menjemput anak ke sekolah serta mempersiapkan kebutuhan sekolahnya. Orangtua sering tidak mau tahu kesulitan para guru dalam mendidik murid-muridnya. Inilah potret pendidikan di Indonesia, yang selalu dibelit oleh persoalan klasik.

Sehubungan dengan Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati setiap 2 Mei, maka persoalan klasik tentang pendidikan ini selalu mengemuka. Berbagai artikel tentang pendidikan akan muncul pada media massa. Situasi semacam ini hendaknya mampu mendorong semua pihak untuk lebih peduli pada pendidikan generasi muda. Para orangtua, tidak cukup hanya mengantarkan, menjemput anak serta menyiapkan segala keperluan sekolah anaknya. Orangtua juga perlu berinteraski lebih intensif dengan guru, sehingga orangtua menjadi lebih memahami persoalan guru. Pihak guru juga tidak perlu sering mengeluh, karena semua orang di Indonesia ini juga mengalami nasib yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu perlu gotong royong yang kuat anatara guru dan orangtua demi menyelamatkan pendidikan anak-anak.

Gotong royong yang kuat antara guru dan orangtua akan memebri rasa aman pada anak. Karakter anak akan menjadi lebih terjaga dengan baik. Dampaknya pendidikan karakter serta pendidikan kognisi bagi anak menjadi lebih mudah diimplementasikan. Diharapkan berbagai keluhan yang dialami oleh bu Sri Guru tersebut di atas menjadi semakin berkurang.

Diskusi tentang masalah pendidikan ini adalah materi siaran di Radio EMC Yogyakarta, yang dilaksanakan pada 3 Mei 2016. Siaran ini dapat terlaksana karena adanya perjanjian kerjasama antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi UP45. Orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam siaran kali ini adalah Bapak Faisal, orang yang paling sibuk di bagian penerimaan mahasiswa baru UP45. Peserta selanjutnya adalah Ibu Norita, orang yang juga sangat sibuk pada bagian penerimaan mahasiswa baru. Semoga kepedulian dua orang hebat dari UP45 ini akan menarik semakin banyak mahasiswa baru di UP45, sehingga semakin banyak generasi muda yang terselamatkan pendidikannya.

Post a Comment

0 Comments