By : Aristanti Oktavia Dewi
Teknik Perminyakan/ Universitas Proklamasi 45
Gambar 1.1. Hydraulic Fracturing Process |
Seiring dengan
berjalannya produksi minyak dan gas bumi dari reservoir, cepat atau lambat
sumur minyak akan mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi dapat disebabkan
oleh banyak faktor, seperti berkurangnya jumlah cadangan hidrokarbon di dalam
reservoir, menurunnya tenaga pendorong alami reservoir, kerusakan mekanis pada
peralatan bawah sumur atau terjadinya kerusakan formasi pada lapisan produktif.
Kerusakan formasi merupakan salah satu problem produksi suatu sumur.
Permeabilitas formasi dapat diperbaiki sehingga produktifitas sumur meningkat,
perangsangan produktifitas sumur atau stimulasi adalah alternatif yang dipilih
dalam mengatasi problem kerusakan formasi pada reservoir yaitu dengan Acidizing atau Hydraulic Fracturing.
Tujuan dilakukannya stimulasi hydraulic fracturing yaitu Memperbaiki
permeabilitas dan porositas batuan formasi yang produktif sehingga akan
meningkatkan produktifitas sumur sampai pada tingkat laju produksi yang optimum.
Hydraulic Fracturing
adalah suatu teknik stimulasi yang dipergunakan untuk memperbaiki atau
meningkatkan konduktivitas fluida ke dalam sumur. Ada tiga hal di mana
hydraulic frakturing bermanfaat, yaitu :
1. Bila reservoir terdiri dari batuan dengan
pemeabilitas rendah dan homogen, maka fracturing akan memberikan efek yang sama
dengan menambah ukuran lubang, yaitu fluida yang semula mengalir melalui batuan
dengan permeabilitas rendah mampu bergerak ke dalan rekahan berkapasitas tinggi
pada jarak tertentu dari sumur.
2. Fracturing akan mengeliminir kerusakan formasi
yang disebabkan oleh invasi lumpur pemboran, pengendapan mineral-mineral atau
swelling clay.
3. Penyebaran rekahan dari lubang sumur bertindak
sebagai garis alir yang menhubungkan sistem porous dan permeabel yang terisolir
dibalik sumur oleh penghalang impermeabel.
Mekanisme terjadinya hydraulic fracturing
adalah menginjeksikan fluida perekah ke dalam lubang formasi atau reservoir
yang akan direkahkan melalui lubang sumur dengan tekanan perekah yang lebih
besar dari tekanan rekah formasi sehingga akan terbentuk rekahan. Untuk
mempertahankan rekahan tersebut harus di-isikan dengan bahan penganjal (proping
agent).
1.1. Fluida Perekah dan Additive
Fluida
perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan pada proyek
hydraulic fracturing. Fluida perekah tersebut akan dipompakan pada beberapa
tingkat (stages) yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Secara
garis besar, selain digunakan untuk memulai perekahan dan memperluas rekahan,
fluida perekah juga harus dapat memperlebar rekahan, mentranspor dan
menempatkan proppant, mempunyai sifat
low fluid loss (kehilangan fluidanya sedikit) waktu crosslink-nya
terkontrol, dan tidak mahal. Juga tidak menyebabkan friksi yang besar di
tubing, mudah dibersihkan dengan clean-up (memulainya produksi kembali),
kompatibel dengan formasi dan fluidanya, mudah dicampur, aman untuk personalia,
dan relatif murah.
1.1.1. Jenis-jenis Fluida Perekah
Fluida perekah yang
mengisi suatu cycle pemompaan ada
empat jenis. Jenis-jenis fluida perekah tersebut adalah prepad (pertama dipompakan), pad,
slurry, dan terakhir adalah flush.
Prepad
dipompakan pertama kali dalam suatu stage.
Prepad yang berviskositas rendah ini
berguna sebagai pembersih jalan yang akan dilalui jenis fluida perekah
berikutnya sehingga fluida perekah berikutnya dapat difungsikan secara
maksimal. Selain itu prepad juga
berfungsi sebagai pendingin formasi, pencegah damage, dan membantu memulai membuat rekahan.
Pad
adalah jenis fluida perekah yang tidak diberi proppant dan dipompakan setelah prepad. Pad mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada prepad. Gunanya adalah untuk memulai
perekahan-perekahan sekaligus memperluasnya. Sementara rekahan berkembang,
terjadi fluid loss atau leak-off ke dalam formasi, dan dianggap
tegak lurus dengan dinding formasi, sambil membentuk filter cake. Volume
leak-off ini akan sebanding dengan akar dua dari waktu cairan bersatu.
Jadi, pad ini akan dikorbankan sehingga leak-off dari slurry
dengan proppant akan berkurang.
Setelah pad, slurry
dengan proppant akan mulai
ditambahkan pada fluida perekah yang akan naik terus sampai pada harga maksimum
yang telah ditentukan. Harga ini tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa
proppant dan/atau kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk. Slurry ini mempunyai viskositas yang
lebih tinggi daripada pad. Secara
umum, leak-off yang berlebihan dapat disebabkan oleh ketidakseragaman
(heterogeneities) reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah (natural
fissures). Hal lain yang bisa terjadi adalah meluasnya rekahan karena
rekahan bergerak ke luar dari zona produktif yang diinginkan. Bisa saja terjadi
bila di antara dua formasi produktif terdapat lapisan shale yang tipis, maka
rekahan akan bergerak melewati shale tersebut walaupun di shale rekahan akan
menipis dan ini mungkin tidak akan bisa dilewati oleh proppant sehingga akan terjadi screen out (proppant berkumpul tertahan karena
cairannya hilang). Slurry tidak bisa mentransport proppant, dan tekanan injeksi akan naik tinggi sehingga perekahan
lebih lanjut ke dalam formasi tidak bisa dilakukan. Secara umum, bila rekahan
kurang dari tiga kali diameter proppant, makan proppant akan tertahan.
Setelah slurry dipompakan,
maka paling belakang akan diberi flush agar slurry dengan proppant akan
masuk ke dalam formasi dan tidak tertinggal di dalam sumur. Dalam prakteknya,
harus ada proppant slurry yang tertinggal di sumur, karena kalau flush
terlalu banyak maka akan menyebabkan rekahan di sekitarnya akan menutup
kembali sehingga peningkatan produktivitas tidak efektif (disebut “choked”
fracture).
1.1.2. Pemilihan Fluida Dasar
Sebelum memilih fluida
dasar, kita harus tahu zat yang akan dicampur dalam fluida dasar tersebut
sehingga fluida perekah mempunyai komposisi yang tepat. Fluida Perekah
mempunyai komposisi sebagai berikut :
- Fluida
dasar (base fluid), misalnya air atau minyak ditambah polymer.
- Crosslinker
(penyatu atau pengikat molekul sehingga rantai menjadi panjang dan
viskositas akan meningkat).
- Breaker
(pemecah).
- Viscosity
stabilizer (penstabil viskositas).
- Fluid
loss additive (zat tambahan untuk mencegah
kehilangan fluida).
- Surfactant
(surface active agent).
- Buffers
(pengontrol pH).
- Radioactive
tracers.
- Biocides
(anti bakteri).
- Friction
reducer (pengecil friksi).
- Clay
stabilizers (penstabil clay).
- Crosslinker
control agents (mengontrol zat untuk pengikat
molekul).
- Iron
control agents (pencegah pengendapan besi di
formasi).
- Paraffin
control.
- Scale
inhibitors (pencegah scale).
- Extenders,
clean up, dan energizing agents
(mempermudah produksi kembali).
Oleh karena itu, Hydraulic Fracturing diterapkan pada
sumur minyak atau gas yang mengalami penurunan laju produksi secara terus
menerus dalam waktu singkat, cased atau open hole, terletak pada reservoir bervolume
hidrokarbon ekonomis, bertekanan reservoir besar (bertenaga pendorong alamiah),
berpermeabilitas rendah karena adanya kerusakan formasi maupun tidak, pada
formasi yang mempunyai radius skin sangat dalam, dan mempunyai faktor sementasi
tinggi.
Referensi :
Wanda, Rauf. 2013. Pemilihan Metode Stimulasi Dengan Menggunakan Hydraulic Fracturing Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Formasi. Universitas Proklamasi 45. Yogyakarta.
https://www.propublica.org/special/hydraulic-fracturing-national.
Referensi :
Wanda, Rauf. 2013. Pemilihan Metode Stimulasi Dengan Menggunakan Hydraulic Fracturing Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Formasi. Universitas Proklamasi 45. Yogyakarta.
https://www.propublica.org/special/hydraulic-fracturing-national.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji