Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PERSOALAN GENERASI Z DI KALANGAN MAHASISWA



IMPLEMENTASI KERJASAMA DENGAN RRI YOGYAKARTA MINGGU KE-175

Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Individu yang termasuk dalam Generasi Z sejak dini sudah mengenal atau mungkin bisa juga diperkenalkan dan terbiasa dengan berbagai macam dan bentuk gadgets serta aplikasi yang canggih tersebut. Generasi Z disebut juga dengan iGeneration, Generasi Net atau Generasi Internet adalah mereka yang hidup pada masa digital. Hal ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku, kepribadian, bahkan pada pendidikan dan hasil belajarnya pula bagi mereka yang berstatus sebagai mahasiswa.

Santosa (2015), menjelaskan bahwa Generasi Net adalah generasi yang lahir setelah tahun 1995, atau lebih tepatnya setelah tahun 2000. Generasi ini lahir saat internet mulai masuk dan berkembang pesat dalam kehidupan manusia. Generasi ini tidak mengenal masa saat telepon genggam belum diproduksi, saat mayoritas mainan sehari-hari masih tradisional.


Terdapat keunggulan anak-anak generasi Z terdapat pula kelemahan, misalnya mereka biasanya kurang terampil dalam komunikasi verbal. Generasi Z kurang menyukai proses, mereka pada umumnya kurang sabar dan menyukai hal-hal yang serba instan. Padahal dalam belajar dan proses pembelajaran yang terpenting adalah prosesnya, bagaimana siswa melewati proses-proses yang nantinya menjadikan mereka menjadi tahu dan paham.

Pratama (2012), memberikan pengertian terhadap istilah generasi Z yaitu generasi yang dikenal dengan generasi digital merupakan generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar pada teknologi digital. Generasi Z lahir di dunia yang modern sehingga lebih mudah mengenal dan memahami teknologi. Mereka cenderung akan lebih tertarik untuk mencari bahan belajar melalui media elektronik dengan bantuan search engine dengan kegiatannya yang disebut dengan browsing. Dampak yang terjadi yaitu mahasiswa yang tergolong dalam generasi Z cenderung mengesampingkan adanya proses pembelajaran klasikal di kelas. Mereka cenderung tidak menyukai pelajaran yang bersifat menghafal. Mereka lebih menyukai pelajaran yang bersifat eksplorasi dan menyukai hal-hal yang bersifat aplikatif.

Sikap orang tua, dosen, konselor atau pendamping lainnya seyogyanya dapat memberikan bimbingan dan memfasilitasi individu yang termasuk dalam Generasi Z dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan zamannya serta dapat memanfaatkan kehadiran teknologi secara tepat dan benar. Bukan kemudian melarang mereka untuk menjadi seperti generasinya, namun yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat berusaha dan berupaya agar dapat hidup secara aturan yang tepat dan benar.

Tulisan ini adalah materi siaran di RRI Yogyakarta, yang dilaksanakan pada 16 November 2016. Siaran ini bisa berlangsung akrena adanya kerjasama yang erat antara Fakultas Psikologi UP45 dengan Radio RRI Yogyakarta. Punggawa siaran kali ini adalah Wahyu Widiantoro, seorang dosen yang piawai dalam public speaking dan Yudha Andri, seorang mahasiswa yang sangat peduli dengan kehidupan sosial. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung dengan lancar.


Referensi:

Pratama, H. C. (2012). Cyber smart parenting. Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia.
Santosa, E. T. (2015). Raising children in digital era. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Suggested citation:
Widiantoro, F.W. (2016). Persoalan generasi Z di kalangan mahasiswa. RRI Yogyakarta. 16 November 2016.

Post a Comment

0 Comments