PELAYANAN
KONSELING MELALUI SIARAN DI RRI
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Psikosomatis merupakan istilah yang digunakan
untuk menyatakan hubungan antara pikiran (psike) dan tubuh (soma) dalam keadaan
sehat dan sakit. Individu yang mengalami psikosomatis akan merasakan sakit
secara fisik sebagai dampak dari faktor psikologis terutama emosi-emosi negatif
yang menjadi sumber stres.
Gunarsa (2008), menjelaskan bahwa pada gangguan
psikosomatis ada sebab organis yang sesuai sebagai suatu hasil reaksi emosi,
misalnya pada alat pencernaan. Stresor sehari-hari dapat menimbulkan ketegangan
yang dapat dikenali melalui reaksi fisiologis seperti jantung berdebar, pupil
membesar dan otot menegang. Individu akan berusaha untuk menghadapi ketegangan
tersebut dengan melakukan coping. Bila coping berhasil maka individu akan
kembali ke keadaan normal atau rileks tanpa ketegangan. Sebaliknya, apabila
coping tidak berhasil maka tubuh akan mengalami kelelahan akibat syaraf
simpatetis bekerja terusmenerus sehingga muncul gangguan fisik.
Taylor (1995), menjelaskan bahwa tujuan penerapan
teknik relaksasi pada manajemen penyakit adalah untuk mengurangi kecemasannya
sebab kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit. Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan
kecemasan sehingga rasa sakit dapat berkurang.
Relaksasi merupakan salah satu intervensi
psikologis yang dapat diterapkan pada gangguan psikosomatis, antara lain sakit
kepala (migren), arthritis, penyakit pernafasan (asma), hipertensi, insomnia,
diabetes dengan ketergantungan insulin, demikian pula untuk gangguan psikologis
seperti phobia dan stres. Relaksasi juga terbukti lebih cocok untuk intervensi
gangguan panik karena lebih dapat mengontrol keadaan dan fungsi psikologis
dibandingkan terapi kognitif (Kazdin, 1994; Beck, Stanley, Baldwin, Deagle, dan
Averill, 2001).
Stres yang berkepanjangan muncul karena gaya
hidup saat ini yang serba cepat akibat tuntutan hidup dan tuntutan kerja,
misalnya mobilitas yang tinggi maupun beban kerja yang dirasakan berat. Gaya
hidup tersebut membuat individu selalu berada dalam ketegangan sehingga
berakibat pada munculnya stres. Selain itu pola makan yang tidak teratur dan
mengkonsumsi makanan instan sebagai akibat pola hidup serba cepat juga
merupakan salah satu pencetus penyakit.
Tulisan ini adalah laporan siaran di RRI yang
terlaksana pada 12 April 2017. Siaran ini adalah implementasi kerjasama antara
Fakultas Psikologi UP45 dengan RRI Yogyakarta. Acara yang dipandu adalah Forum
Dialog Psikologi. Punggawa kali ini adalah dosen Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi.,
MA dan 2 mahasiwa cemerlang yaitu Wahyu Relisa Ningrum dan Hanifah. Mereka
bertiga menjawab berbagai pertanyaan dari banyak pendengar.
Referensi:
Beck. J.G., Stanley. M.A., Baldwin. L.E., Deagle
III. E.A., & Averill. P.M. (2001). Comparison of cognitive therapy and
relaxation training. Journal of
Consulting and Clinical Psychology, 69, 875–899.
Gunarsa, S.D . 2008 . Psikologi
perawatan . Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia
Kazdin, A. E. (1994). Behavior modification in applied setting. Boston: Brooks Cole
Publishing Company.
Taylor, A.E. (1995). Health psychology (3rd ed). International Editions. New York : McGraw-Hill,
Inc.
Suggested
citation:
Widiantoro, F. W. (2017). Mengenal dan Menyikapi Psikosomatis.
RRI Yogyakarta. 12 April 2017.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji