SIARAN DI
RRI BERSAMA 2 ALUMNI
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Keberagaman budaya di negeri tercinta ini sudah
selayaknya menjadi kebanggaan seluruh warga negara Indonesia. Adanya
keberagaman dalam suatu bangsa juga berpotensi menimbulkan konflik serta
persoalan yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penting bagi
setiap warga masyarakat menyadari dan mengakui adanya perbedaan yang ada,
selanjutnya mengembangkan rasa empati sehingga mampu bersikap toleransi.
Empati merupakan suatu kemampuan individu untuk
menempatkan diri dalam memahami kondisi atau keadaan pikiran, sifat serta perasaan
orang lain; mampu merasakan dan memahami keadaan emosional orang lain sehingga timbul
perasaan toleransi, menghargai perasaan orang lain, mengendalikan diri, ramah,
dan humanis.
Kegagalan dalam menumbuhkembangkan empati
berdampak pada ketidakmampuan bersikap toleransi. Adanya perbedaan yang tidak dapat dipahami
dengan baik dan diterima dengan bijaksana akan dapat menimbulkan berbagai
persoalan seperti yang sekarang dihadapi bangsa ini. Persoalan yang saat ini
sering terjadi yaitu perkelahian antar pelajar maupun di lingkungan masyarakat
cenderung semakin berkembangnya korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme,
perseteruan politik, kekerasan, hilangnya rasa kemanusiaan dan perusakan
lingkungan.
Banks (2007), menjelaskan tentang pendidikan
multikultural yang pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar
komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan
demokrasi yang ideal bagi bangsanya.
Tujuan pendidikan multikultur adalah: 1) untuk membantu individu
mendapatkan pemahaman diri yang lebih besar dengan melihat diri dari sudut
pandang budaya lain; 2) untuk memberikan siswa suatu alternatif budaya dan
etnis; 3) untuk menyediakan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang
dibutuhkan semua siswa untuk berfungsi dalam budaya etnis mereka, dalam budaya
mainstream, dan dalam dan lintas budaya etnis lainnya; serta 4) untuk
mengurangi rasa sakit dan diskriminasi bahwa pengalaman anggota dari beberapa
kelompok etnis dan ras karena karakteristik unik mereka ras, fisik, dan budaya
(Banks, 2002).
Upaya membangun sikap toleransi dan empati sosial
terhadap keberagaman budaya dalam setiap individu perlu dilakukan sedini
mungkin. Setiap warga masyarakat diharapkan mampu memahami bahwa di dalam
lingkungan mereka dan juga di lingkungan lain terdapat keragaman budaya.
Keragaman budaya tersebut berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, pola pikir
manusia sehingga manusia tersebut memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk
ways), aturan-aturan (mores) bahkan adat istiadat (customs) yang berbeda satu
sama lain. Pentingnya pendidikan multikultural diberikan kepada siswa serta
disosialisasikan kepada masyarakat untuk mengembangkan rasa kebersamaan,
sekaligus menjawab berbagai problematika kemajemukan yang sering terjadi di
negeri tercinta ini.
Tulisan ini adalah laporan siaran di RRI, yang
berlangsung pada 5 April 2017. Siaran ini adalah implementasi kerjasama antara
RRI dengan Fakultas Psikologi UP45. Punggawa kali ini adalah dosen Fx. Wahyu
Widiantoro, S.Psi., MA., dan 2 alumni cemerlang yaitu Yudha Andri Rianto,
S.Psi., dan Sudanti, S.Psi.
Referensi:
Banks, J. A. (2002). An introduction to multicultural education. Boston: Allyn &
Bacon.
Banks, J. A. (2007). Educating
citizens in a multicultural society. New York: Teacher College Press.
Suggested
citation:
Widiantoro, F. W. (2017). Sikap Toleransi Dan Empati Sosial Terhadap
Keberagaman Budaya. RRI Yogyakarta. 5
April 2017.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji