BUKTI HUBUNGAN HARMONIS ANTARA DOSEN & MAHASISWA DALAM
BIDANG PENELITIAN
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Seorang teman
berkelakar, bahwa dosen adalah pemuas mahasiswa. Semoga pembaca tidak ’ngeres’
berpikir, karena ini hanya bercanda saja. Tulisan ini berlatar belakang dari
berbagai keresahan mahasiswa bahwa para dosen kurang mempunyai empati terhadap
mahasiswa. Mahasiswa sudah merasa berat dalam menjalani perkuliahan dengan
segunung tugas yang aneh bin ajaib. Aneh bin ajaib artinya tugas itu sama
sekali tidak relevan dengan peristiwa sehari-hari yang dihadapi mahasiswa. Salah
satu tugas ajaib adalah membuat kliping alias menggunting koran kemudian
menempelkannya di kertas.
Persoalan dengan
tugas kliping yang aneh adalah, apakah benar kasus-kasus psikologi yang dihadapi
mahasiswa dapat diatasi dengan kliping? Ituah yang menjadi bahan perbincangan
di antara mahasiswa, sambil minum-minum kopi (mungkin istilahnya kopi darat
ya?).
Jangan salah,
tulisan ini tidak akan membahas tugas membuat kliping yang aneh itu, namun akan
membahas tentang hubungan antara dosen dan mahasiswa. Apa saja keluhan-keluhan
yang sering muncul di kalangan mahasiswa? Keluhan itu antara lain:
1)
Nilai yang diberikan dosen tidak sesuai
harapan mahasiswa. Mahasswa mengharapkan A tetapi dapatnya B, C, atau D, bahkan
E. Dosen sungguh tidak punya empati pada mahasiswa, padahal mahasiswa merasa
sudah mengerjakan semua tugas, selalu masuk kuliah, aktif di kelas, duduk
paling depan, memakai baju yang sesuai dengan standar dosen.
2)
Dosen tidak memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk membahas apakah tugas dan ujian itu salah / benar. Artinya dosen
tidak memberikan umpan balik.
3)
Metode dosen dalam mengajar terasa out
of date alias jadul, membosankan. Dosen seperti memutar kaset saja (wahai
generasi Y dan Z, tahu kaset kan? Kalau tidak ya cari di Google).
4)
Dosen juga sering datang terlambat. Dosen
tidak dapat memberi suri tauladan, namun anehnya dosen sering menuntut
mahasiswa untuk selalu tepat waktu. Inlah fenomena disonansi kognitif. Bagi mahasiswa
Psikologi tentu sudah tahu apa makna disonansi kognitif (antara perbuatan dan
perkataan tidak sejalan, alias hipokrit).
5)
Mungkin masih banyak perilaku dosen yang
sangat tidak sesuai dengan keinginan (bukan kebutuhan) mahasiswa. Intinya adalah
dosen dianggap sudah tidak bisa memuaskan mahasiswa. Sedihnya mahasiswa, dan
sungguh dosen itu tidak tahu diri.
Keluhan-keluhan
tersebut memunculkan berbagai komentar dosen. Inilah pembelaan dari orang yang
menganggap dirinya sebaga dosen keren, padahal yaah begitulah. Hubungan mahasiswa
dan dosen agaknya seperti tokh film Tom and Jerry, kadang mesra kadang
bermusuhan. Dosen memang berkewajiban untuk mengajar, dan membimbing mahasiswa.
Hal ini karena kedua pihak memang saling membutuhkan. Bila dosen mengajar
dengan keren, maka mahasiswa puas. Bila mahasiswa taat pada semua isntruksi
dosen dan berhasil membawa nama baik almamater, maka dosen puas.
Salah satu bukti kerjasama
yang baik antara dosen dan mahasiswa adalah terbitnya 10 karya bersama. Hebatnya,
karya bersama itu sudah menjadi karya akhir (skripsi) mahasiswa. Dosen dan
mahasiswa saling bahu-membahu. Dosen tidak hanya membantu menyunting, tetapi
juga ikut memberikan dana penelitian dan dana presentasi. Kehebatan yang lain
yaitu semua dosen terlibat. Ini penting karena terdengan selentingan bahwa
hanya dosen-dosen tertentu saja yang dipublikasikan. Dosen-dosen yang kurang
antusias menulis untuk karya publikasi (bukan skripsi lho) sering tidak
diperhatikan. Karya bersama ini untuk periode tahun 2014-2015, Prodi Psikologi
UP45. Semoga kerjasama yang baik ini akan terus berlangsung.
1 Comments
Persoalan bagus untuk di simak
ReplyDeleteTidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji