Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

KARYA DOSEN & MAHASISWA 2014-2015



BUKTI HUBUNGAN HARMONIS ANTARA DOSEN & MAHASISWA DALAM BIDANG PENELITIAN


Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Seorang teman berkelakar, bahwa dosen adalah pemuas mahasiswa. Semoga pembaca tidak ’ngeres’ berpikir, karena ini hanya bercanda saja. Tulisan ini berlatar belakang dari berbagai keresahan mahasiswa bahwa para dosen kurang mempunyai empati terhadap mahasiswa. Mahasiswa sudah merasa berat dalam menjalani perkuliahan dengan segunung tugas yang aneh bin ajaib. Aneh bin ajaib artinya tugas itu sama sekali tidak relevan dengan peristiwa sehari-hari yang dihadapi mahasiswa. Salah satu tugas ajaib adalah membuat kliping alias menggunting koran kemudian menempelkannya di kertas.

Persoalan dengan tugas kliping yang aneh adalah, apakah benar kasus-kasus psikologi yang dihadapi mahasiswa dapat diatasi dengan kliping? Ituah yang menjadi bahan perbincangan di antara mahasiswa, sambil minum-minum kopi (mungkin istilahnya kopi darat ya?).


Jangan salah, tulisan ini tidak akan membahas tugas membuat kliping yang aneh itu, namun akan membahas tentang hubungan antara dosen dan mahasiswa. Apa saja keluhan-keluhan yang sering muncul di kalangan mahasiswa? Keluhan itu antara lain:
1)    Nilai yang diberikan dosen tidak sesuai harapan mahasiswa. Mahasswa mengharapkan A tetapi dapatnya B, C, atau D, bahkan E. Dosen sungguh tidak punya empati pada mahasiswa, padahal mahasiswa merasa sudah mengerjakan semua tugas, selalu masuk kuliah, aktif di kelas, duduk paling depan, memakai baju yang sesuai dengan standar dosen.
2)    Dosen tidak memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk membahas apakah tugas dan ujian itu salah / benar. Artinya dosen tidak memberikan umpan balik.
3)    Metode dosen dalam mengajar terasa out of date alias jadul, membosankan. Dosen seperti memutar kaset saja (wahai generasi Y dan Z, tahu kaset kan? Kalau tidak ya cari di Google).
4)    Dosen juga sering datang terlambat. Dosen tidak dapat memberi suri tauladan, namun anehnya dosen sering menuntut mahasiswa untuk selalu tepat waktu. Inlah fenomena disonansi kognitif. Bagi mahasiswa Psikologi tentu sudah tahu apa makna disonansi kognitif (antara perbuatan dan perkataan tidak sejalan, alias hipokrit).
5)    Mungkin masih banyak perilaku dosen yang sangat tidak sesuai dengan keinginan (bukan kebutuhan) mahasiswa. Intinya adalah dosen dianggap sudah tidak bisa memuaskan mahasiswa. Sedihnya mahasiswa, dan sungguh dosen itu tidak tahu diri.

Keluhan-keluhan tersebut memunculkan berbagai komentar dosen. Inilah pembelaan dari orang yang menganggap dirinya sebaga dosen keren, padahal yaah begitulah. Hubungan mahasiswa dan dosen agaknya seperti tokh film Tom and Jerry, kadang mesra kadang bermusuhan. Dosen memang berkewajiban untuk mengajar, dan membimbing mahasiswa. Hal ini karena kedua pihak memang saling membutuhkan. Bila dosen mengajar dengan keren, maka mahasiswa puas. Bila mahasiswa taat pada semua isntruksi dosen dan berhasil membawa nama baik almamater, maka dosen puas.

Salah satu bukti kerjasama yang baik antara dosen dan mahasiswa adalah terbitnya 10 karya bersama. Hebatnya, karya bersama itu sudah menjadi karya akhir (skripsi) mahasiswa. Dosen dan mahasiswa saling bahu-membahu. Dosen tidak hanya membantu menyunting, tetapi juga ikut memberikan dana penelitian dan dana presentasi. Kehebatan yang lain yaitu semua dosen terlibat. Ini penting karena terdengan selentingan bahwa hanya dosen-dosen tertentu saja yang dipublikasikan. Dosen-dosen yang kurang antusias menulis untuk karya publikasi (bukan skripsi lho) sering tidak diperhatikan. Karya bersama ini untuk periode tahun 2014-2015, Prodi Psikologi UP45. Semoga kerjasama yang baik ini akan terus berlangsung.

Post a Comment

1 Comments

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji