USAHA
MENTERJEMAHKAN VISI PRODI SERTA KEGIATAN
PELAYANAN
MASYARAKAT DOSEN & ALUMNI
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Bulan
Agustus 2017 sekarang ini musim kemarau sedang berlangsung. Banyak daerah
menjadi gersang, dan danau-danau mengering. Ini terjadi di daerah Gunung Kidul.
Di daerah perkotaan, sumur-sumur juga mengering. Ternak menjadi kurus kering,
tinggal tulang-belulang saja. Tumbuh-tumbuhan mengering. Dalam situasi seperti
ini baru terasa betapa berharganya air, meskipun satu tetes saja. Ironinya,
ketika musim penghujan datang maka hampir semua daerah tergenang banjir. Semua orang
menjadi basah. Situasi yang kering dengan sinar matahari yang cerah serasa
menjadi impian, karena sinar matahari menjadi pengering bagi baju-baju yang
basah. Sungguh suatu penderitaan, pada musim kering kekurangan air sedangkan
pada musim penghujan berkelebihan air sehingga banjir. Apa yang bisa diperbuat?
Sebenarnya
hidup di negara tropis seperti Indonesia, kenikmatannya adalah seperti di
surga. Begitu indahnya Indonesia, sehingga padan kata Indonesia adalah jamrud
katulistiwa. Indonesia tercipta ketika Tuhan sedang tersenyum, dan Ia berkenan memotong
sepetak surga serta diletakkan Nya di daerah katulistiwa. Semua orang di dunia,
ingin pindah ke Indonesia, tertutama orang-orang yang berasal dari negara 4
musim. Di Belanda, ketika musim dingin berlangsung maka temperatur mencapai
minus 15 derajat Celsius. Penduduk di Timur Tengah yang sehari-hari
kehidupannya adalah melihat padang pasir, maka ketika melihat sawah-sawah menghijau
di Indonesia mereka menjadi terheran-heran dan kagum.
Pertanyaannya,
mengapa banyak terjadi bencana kekeringan dan kebanjiran di Indonesia?
Bencana-bencana itu terjadi karena perilaku warga yang tidak menghormati alam. Air
bersih yang tersedia, terbuang percuma. Apa saja contoh perilaku yang tidak
menghormati air?
Ø Membuang
sampah di sungai karena sungai dipersepsikan sebagai tong sampah bersama. Padahal
dalam sungai itu terkandung banyak mata air.
Ø Di tepi
sungai, penduduk menebang pohon-pohon besar dan bambu yang akarnya bisa menahan
air. Dampaknya air menjadi tidak terkendali. Air tanah mengering. Kalau musim
penghujan maka air akan langsung ke laut (muara) dalam jumlah yang besar. Air sungai
menjadi tidak bermanfaat bagi kehidupan.
Ø Mencuci
mobil dengan menggunakan air selang, bukan dengan air yang dimasukkan dalam
ember.
Ø Membiarkan
saja keran air yang rusak, sehingga air menjadi melimpah ruah terbuang dengan percuma.
Ø Membiarkan
saja keran air terbuka dan air melimpah ruah di tempat publik (misalnya di sekolah,
di pasar, dan lain-lain), padahal kita berdiri di dekat keran tersebut.
Ø Menggunakan
air berlebih-lebihan ketika menggosok gigi, mencuci baju, mencuci piring,
mandi.
Ø Tidak
menghabiskan air minum ketika mengkonsumsi air minum kemasan. Dampaknya air
minum terbuang dengan percuma.
Ø Masih
banyak perilaku lain yang tidak mempedulikan air.
Cara
untuk mengatasinya adalah adanya kesadaran bahwa pengelolaan air tidak menjadi
tanggung jawab pemerintah semata, namun seluruh penduduk wajib
mengkonservasinya. Pendidikan perilaku konservasi air hendaknya dimulai dari
anak-anak, karena berbagai alasan:
Ø Anak-anak
adalah masa depan kita. Anak-anak itu kelak akan mengelola Indonesia. Bila sekarang
anak-anak itu tidak dibekali dengan kebjaksanaan mengelola air, maka mereka
kelak juga tidak akan menghormati air.
Ø Anak-anak
yang mendapat pelatihan tentang konservasi air, akan menjadi agen penyebar
informasi pada orangtuanya di rumah.
Ø Anak-anak
yang mengalami masa-masa indah seperti jernihnya sungai di dekat rumahnya, akan
selalu teringat dengan kenangan indah itu. Apda masa dewasanya ia akan berusaha
mewujudkannya.
Tulisan
ini disusun berdasarkan empat alasan.
Ø Pertama,
air kadang menjadi masalah (ditolak kehadirannya), namun kadang dirindukan
kehadirannya. Perilaku konservasi air perlu digalakkan pada semua penduduk
terutama mulai dari anak-anak.
Ø Kedua,
air adalah salah satu sumber energi. Visi Prodi Psikologi UP45 berhubungan
dengan energi, dan kata-kata kuncinya adalah iptek, energi, sumber daya manusia,
dan eksponen
angkatan 45. Adanya kegiatan pelayanan masyarakat ini merupakan
bukti visi telah diturunkan dalam kegiatan tri dharma perguruan tinggi.
Ø Alasan
ketiga, Prodi Psikologi UP45 membutuhkan sumbangan alumni untuk memperlancar
kegiatan tri dharma perguruan tinggi. Kesediaan alumni datang pada membahas
perilaku kosnervasi air adalah bukti nyata sumbangan akademik pada Prodi
Psikologi UP45. Alumni yang datang pada acara ini adalah Sulfi Amalia dan Erni.
Ø Keempat,
Prodi Psikologi UP45 telah menjalin kerjasama dengan RRI Yogyakarta. Siaran kali
ini merupakan bukti nyata bahwa kerjasama itu telah berlangsung dengan lancar. Topik
siaran adalah perilaku konservasi air. Siaran ini berlangsung pada Rabu, 30
Agustus 2017. Respon pendengar cukup bagus, antara lain dari Pak Hasan di
Pleret Kotagede Yogyakarta dan Pak Narto di Yogyakarta.
Semoga
siaran ini berlangsung terus dengan lancar, karena menyebarluaskan kebaikan pada
semua penduduk.
Suggested citation:
Shinta,
A. (2017). Perilaku konservasi air pada anak-anak: Usaha
menterjemahkan visi prodi serta kegiatan pelayanan masyarakat dosen &
alumni. Siaran RRI Yogyakarta, 30 Agustus 2017. Majalah Kup45iana.
http://kupasiana.psikologiup45.com
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji