Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

GURU BIMBINGAN BELAJAR vs ORANGTUA: POTRET KETIDAKSIAPAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAKNYA



USAHA MENTERJEMAHKAN VISI PRODI , PUBLIKASI DOSEN & MAHASISWA PADA LEVEL NASIONAL

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Latar belakang tulisan ini ada tiga. Pertama, para orangtua sekarang cenderung tidak siap mendidik anaknya. Indikatornya adalah anak lebih banyak meluangkan waktu dalam menyelesaikan PR (pekerjaan rumah) dengan guru les daripada dengan orangtua. Kalau anak yang mengikuti les itu pendidikannya sudah setinggi SMP dan SMA, bisa dipahami bila orangtua tidak mampu mendampingi anak-anaknya dalam belajar. Bila hanya sekedar belajar membaca, menulis dan berhitung (calistung), anak kemudian diikutkan pada suatu kursus, maka kemungkinannya orangtua kurang memperhatikan perkembangan anak. Kurangnya perhatian pada anak penyebab yang paling mungkin karena orangtua harus bekerja, sehingga waktu untuk di rumah bersama anak menjadi sedikit. sedikitnya waktu untuk anak adalah peluang bagi guru les untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan. Pertanyaannya adalah apakah pendidikan anak merupakan tanggungjawab guru les atau orangtua? Apakah peran orangtua hanya memberi uang pada gure les saja? Untuk menjawab pertanyaan-pertantanyaan itulah maka essay ini perlu disusun.


Latar belakang kedua dari tulisan ini adalah adanya kebutuhan untuk menterjemahkan visi prodi Psikologi UP45. Kata kunci dari visi prodi Psikologi adalah iptek, sumber daya manusia, energi, dan eksponen angkatan 45. Tulisan ini tertuju pada kata-kata sumber daya manusia. Prodi Psikologi UP45 mempunyai cita-cita bahwa para lulusannya akan menjadi SDM yang unggul. Unggul dalam hal ini berarti orang yang mempunyai tanggung jawab, kreatif, dan sabar, ketika ia berprofesi sebagai pendidik. Ilmu psikologi sangat relevan dalam dunia pendidikan. Tidak sedikit para alumni Psikologi UP45 yang berprofesi sebagai guru. Menjadi guru yang unggul sagat tidak mudah. Melalui ajang seminar nasional inilah mahasiswa didorong untuk mempersiapkan diri sebagai pendidik yang unggul.

Latar belakang ketiga dari tulisan ini adalah adanya kebutuhan untuk publikasi di kalangan dosen pada level nasional. Partisipasi dosen dalam seminar nasional adalah bukti bahwa dosen mengikuti kata-kata bijak publish or perish yaitu mempublikasikan karya atau mati. Dosen yang tidak pernah mempublikasikan karyanya adalah dosen yang tidak dapat dijadikan suri tauladan bagi mahasiswanya. Dalam ajang seminar nasional ini nilai tambahnya adalah dosen berkolaborasi dengan mahasiswa dan satu peneliti di Malang. Peneliti dari Malang (Dr. Siti Mahmudah) tersebut adalah juga reviewer dari Jurnal Psikologi UP45. Kolaborasi ini akan mendapat nilai tinggi dalam borang akreditasi prodi.

Sebagai catatan, tulisan lengkap naskah ini sudah dipresentasikan dalam ajang nasional atau call for paper di Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang (Unmer), pada 28 Mei 2016. Versi lengkap dan resmi dari naskah ini ada pada lampiran di bawah ini. Semua naskah karya dosen direncanakan akan dipublikasikan melalui majalah Kupasiana dan juga media daring lainnya. Publikasi daring ini untuk memenuhi azas transparansi, penyebarluasan gagasan, dan juga untuk mempermudah proses akreditasi Program Studi Psikologi UP45 serta akreditasi institusi.


Suggested citation:

Ningrum, W.R., Widiantoro, W., Mahmudah, S., & Shinta, A. (2016). Guru bimbingan belajar vs orangtua: Potret ketidaksiapan orangtua dalam mendidik anaknya. Prosiding Seminar Nasional & Call For Paper “Moral Integrity Based on Family”. 28 Mei 2016. Malang: Press Unmer, Fakultas Psikologi Universitas Merdeka. No. ISBN. 978-979-3220-37-6. Halaman 412-423. 












Post a Comment

0 Comments