RAPAT PENINJAUAN KURIKULUM DI PRODI
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pada
Rabu, 27 Juli 2016 pukul 10.00-12.00, telah berlangsung rapat di Prodi
Psikologi UP45. Rapat membahas tentang pembagian mata pelajaran yang harus
diampu oleh para dosen pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Rapat memang
berjalan seperti biasa, namun ada beberapa hal yang patut untuk
dipertimbangkan. Hal-hal yang patut dipertimbangkan adalah: passion dosen terhadap pelajaran, serta arah
dosen dalam meneliti dan melaksanakan kegiatan pelayanan masyarakat. Dosen yang
penelitiannya tentang hal-hal yang bercorak sosial hendaknya juga mengampu
pelajaran sosial.
Hal sangat
urgen yang sama sekali belum tersentuh antara lain:
Ø Prestasi
mahasiswa dalam PKM (program Kreativitas Mahasiswa) sama sekali tidak ada alias
nol besar. Ini yang harusnya dipikirkan dosen. Salah satu alternatif solusi
adalah menjadikan ketrampilan menulis proposal pada berbagai pelajaran. Itu adalah
hidden activity. Hal itu sudah dilakukan dahulu pada pelajaran Kesehatan Mental
tahun ajaran 2013/2014. Mahasiswa semester I diharuskan membuat proposal PKM
sebagai ujian mid. Hasilnya, banyak lahir proposal PKM, meskipun belum ada yang
bisa menembus seleksi Kopertis V Yogyakarta. Usaha-usaha tersebut sangat layak
diapresiasi. Sangat sedikit dosen yang peduli tentang hal-hal seperti ini. Sayangnya,
mayoritas dosen masih terjebak dengan zona nyaman. Memang perlu waktu, namun
butuh ada dobrakan yang kuat untuk menghancurkan zona nyaman. Dobrakan kuat itu
mungkin berupa angka akreditasi yang dari dulu sampai sekarang C terus. Kalau para
dosen menginginkan nilai akreditasi yang tinggi, maka urusan PKM ini harus
dikerjakan semua dosen.
Ø Penterjemahan
visi misi universitas tentang energi. Hal ini ternyata belum dipikirkan secara
mendalam. Lagi-lagi, dosen terjebak dalam zona nyaman, sehingga enggan mengubah
gaya dan topik mengajar. Apa pun visinya, sekeren apa pun visinya, gaya
mengajarnya masih tetap sama. Hal ini ibaratnya dosen mengoperasikan kaset,
yang lagunya sama terus sepanjang masa. Perlu ada dobrakan kuat untuk mengatasinya.
Rapat
selanjutnya diasakan pada Senin 30 Januari 2017, pukul 10.00-12.00. Menu rapat
masih tetap sama dengan rapat-rapat sebelumnya. Perlu ada dobrakan yang sangat
kuat untuk meruntuhkan zona nyaman. Mahasiswa sangat membutuhkan kurikulum
baru, pendekatan baru, dan kompetensi baru. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
masih banyak lulusan yang menganggur. Kompetensi mereka tidak dapat
disandingkan dengan lulusan psikologi dari universitas lainnya. Ciri khas
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta kurang menempel pada lulusannya.
Persoalan
klasik tentang zona nyaman memang sudah banyak dibahas. Ironinya, pembahasnya
adalah sarjana psikologi yang tentu saja paham tentang perilaku manusia, jalan
pikirannya, persepsi, dan sikap-sikapnya. Memang dibutuhkan kepedulian sarjana
dari disiplin lainnya untuk mendobrak zona nyaman dosen Psikologi UP45 dan juga
pimpinan tertinggi UP45. Kalau sesama sarjana psikologi yang mendobrak zona
nyaman, maka hasilnya sering kali kurang jeli.
Diharapkan
seringnya pertemuan-pertemuan untuk membahas kurikulum, akan mencairkan
kebekuan suasana di Prodi Psikologi UP45. Selain itu juga zona nyaman
mudah-mudahan akan semakin tipis. Semoga ini bukan utopis.
Berikut
adalah dokumen-dokumen yang relevan untuk rapat-rapat tersebut. Publikasi dokumen
adalah penting untuk memperlancar urusan akreditasi. Hal ini karena pada saat
proses pengurusan akreditasi sedang berlangsung, sangat banyak dokumen
berseliweran. Dampaknya, Kaprodi sebagai penanggung jawab urusan akreditasi,
menjadi kebingungan. Sangat banyak dokumen yang hilang, tercecer, atau
digandakan berkali-kali. Adanya dokumentasi melalui blogsite Kupasiana ini
ternyata sangat membantu dan mengurangi unsur lupa, ceroboh, dan sembrono dalam
memperlakukan dokumen. Dampak lainnya adalah asesor dan auditor menjadi lebih
teliti dalam mengevaluasi prodi, sehingga umpan baliknya menjadi lebih mengenai
sasaran. Semoga.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji