Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

THE IMPLEMENTATION OF CREATIVE CIVIC EDUCATION ON WASTE MANAGEMENT TO STRENGTHEN NATIONAL RESILIENCE


UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SDM DOSEN MELALUI
SEMINAR INTERNASIONAL

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Keberadaan sampah itu meresahkan, karena sampah tidak pernah diinginkan oleh masyarakat. Tidak ada seorang pun yang bersedia menerima sampah yang berasal dari jalan, tetangga, atau pabrik sebelah, tanpa imbalan yang berarti. Bila ada imbalan yang dirasakan berarti maka seseorang tentu bersedia menerima sampah. Persoalannya, orang-orang juga malas / berpikir-pikir dahulu bila diminta untuk membayar sampah yang dikumpulkannya. Daripada membayar mahal untuk petugas sampah, maka sampah yang dikumpulkannya itu kemudian dibakar saja atau dibuang ke sungai / laut / selokan. Dampaknya adalah lingkungan hidup sekitar akan semakin kotor karena polusi udara dan air. Kualitas hidup masyarakat akan menurun.


Persoalan selanjutnya adalah persepsi masyarakat yang menyebutkan bahwa sampah itu tidak berguna. Oleh karena itu, sampah harus dimusnahkan apa pun caranya. Hal yang paling penting adalah NOT IN MY BACK YARD atau sampah tidak berada di halaman belakang rumahku. Perkara sampah dimusnahkan secara tidak ramah lingkungan, dibuang ke sungai, laut, jurang, atau bahkan ke halaman rumah tetangga sebelah yang kosong, maka hal itu tidak merisaukan masyarakat. Bila hal ini terjadi maka mungkin saja terjadi ‘perang sampah’ antar tetangga setiap hari. Perang terjadi karena asap pembakaran sampah menyerbu rumah tetangga atau sampah diletakkan begitu saja di halaman tetangga. Tiada hari tanpa konflik tetnag sampah.


Ketidakpedulian masyarakat akan sampah inilah yang menjadi dasar bagi terancamnya Ketahanan Nasional bangsa Indonesia. Sampah yang dibuang ke sungai / laut dapat mengalir ke negara tetangga. Begitu juga sampah dari negagra tetangga mengalir ke Indonesia. Apalagi kini banyak informasi yang menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang ramha terhadap importir sampah B3. Padahal impor sampah B3 telah dilarang oleh Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Hal ini berarti peraturan tidak pernah ditegakkan dengan konsisten. Bila situasi menyedihkan ini tidak segera diatasi, maka masyarakat Indonesia khususnya masyarakat milineal akan ternacam kesehatannya. Masyarakat yang buruk kesehatannya tidak akan bisa bekerja dan membangun Indonesia. Keberadaan Indonesia akan terancam karena para pemudanya sakit.



Untuk mengatasi musibah sampah tersebut, perlu terobosan-terobosan kreatif dari para generasi milineal. Berikut ide-ide kreatif yang bisa dilakukan leh para generasi milineal untuk perilaku pro-lingkungan hidup. Ide kreatif tersebut dituangkan dalam materi tulisan yang dipresentasikan di National Cheng Kung University, Tainan, Taiwan, pada 26-27 Juni 2019.


Pada presentasi di Tainan tersebut, sayangnya penulis kedua tidak bisa hadir namun ada wakilnya yaitu Dr. Armunanto, MpH. Kami berdua berangkat dari Yogyakarta pada 23 Juni 2019 (Minggu sore), menuju Jakarta. Berangkat ke Tainan pada 23 Juni jam 23.00, dan transit di Hongkong selama 2 jam. Perjalanan berlanjut dari Hongkokng ke Tainan selama 1-2 jam, dan sampai di Taipei (ibu kota Taiwan) sekitar pukul 8 pagi, 24 Juni 2019. Perjalanan dari Taipei menuju Tainan dilakukan dengan menggunakan MRT sampai dua kali. Adapun rutenya adalah Kaohsiung Internasional Airport di Taipei – Kaohsiung Main Station (dengan MRT), kemudian berganti dengan kereta cepat dari Kaohsiung Main Station menuju Tainan Train Station. Sampai di hotel jam 12 siang, 24 Juni 2019. Kami berdua belum bisa masuk hotel karena kamar masih dibersihkan, dan waktu resmi masuk hotel adalah jam 15.00. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Taiwan adalah 1 jam lebih cepat daripada Waktu Indonesia bagian Barat. Untuk memudahkan mengingat-ingat waktu, maka kami menganggap waktu di Tainan sama dengan Waktu Indonesia bagian Tengah. Hal yang menarik dari hotel Journey di Tainan (tempat kami menginap) adalah keharusan menggunakan selop selama berada di hotel. Sepatu kami harus dititipkan di rak khusus sepatu. Jadi seolah-olah kami seperti berada di Jepang saja.


Berikut adalah abstrak dari tulisan kami tentang sampah, yang dipresentasikan di National Cheng kung University, Tainan. Adapun tulisan lengkap kami akan dikirimkan oleh panitia pada beberapa minggu yang akan datang.


THE IMPLEMENTATION OF CREATIVE CIVIC EDUCATION ON WASTE MANAGEMENT TO STRENGTHEN NATIONAL RESILIENCE

Arundati Shinta
Proklamasi University, Yogyakarta, Indonesia
arundatishinta@yahoo.com

and

Dadan Umar Daihani
Trisakti University, Jakarta, Indonesia

ABSTRACT
This essay presents several creative ideas of implementing civic education in order to strengthen the Indonesian National Resilience. The discussion will be focused on the issues of creative waste management education. The issue of waste management is very strategic and crucial since currently Indonesia is in the waste emergency situation. In 2010 Indonesia was recognized shamefully as the second highest rank of waste producer after China. In 2017, Indonesia positioned as the third highest waste food producer after United Emirate Arab and India. In 2050 it is predicted that the number of plastic waste in Indonesian ocean will be much higher than the fish. It will be true if there is no significant action either from the government or communities to reduce and manage waste. This situation reflects a decrease of environmental social awareness of the society. After 63 years of independence, Indonesian government published the first regulation that mentioned waste explicitly (Constitution No. 8 by the year 2008). Unfortunately, the regulation has not yet enforced seriously and the people’s awareness on waste management is low. To overcome this troublesome situation, there should be a civic education (as well as character education). The civic education is not only applied at school but also in daily activities. This kind of education should be applied creatively since millennial generation tends to be bored with conventional civic education. In this essay, there are four creative ideas suitable to strengthen young generation’s National Resilience i.e. plogging, bank of waste, waste food management, and 4R activities.

Keywords: Waste Management, National Resilience, Creative Civic Education, Environmental awareness


Citation:
Shinta, A. & Daihani, D.U. (2019). The implementation of creative civic education on waste management to strengthen national resilience. This paper has been presented in the 12th International Indonesia Forum Conference with the theme “Rising to the Occasion: Indonesian Creativity, Ingenuity, and Innovation in a World in Transition”, at National Cheng Kung University, Tainan, Taiwan, on 26 and 27 June.






Post a Comment

0 Comments