Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PENGGUNAAN GADGET YANG SEHAT DAN PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DI KALANGAN REMAJA


IMPLEMENTASI MOU ANTARA UP45 DENGAN RADIO SONORA YOGYAKARTA

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Remaja dan gadget adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seolah-olah keduanya dilahirkan ke dunia bersama-sama. Hal ini berarti bahwa remaja selalu menggunakan gadget untuk memenuhi semua kebutuhannya. Kebutuhan itu mulai dari hal-hal yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Kebutuhan sederhana misalnya membangunkan tidur. Remaja pasti menggunakan alaram yang ada di gadget. Kebutuhan yang lebih kompleks misalnya membersihkan kamar, maka ia akan meminta jasa goclean dari gadget. Untuk kebutuhan mendapatkan makanan, ia akan meminta jasa gofood. Masih banyak manfaat lainnya dari gadget untuk remaja.


Persoalan yang relevan dengan penggunaan gadget pada remaja adalah adanya keinginan untuk membeli gadget versi terbaru. Jadi bila ada iklan gadget keluaran terbaru maka ia akan menuntut orangtuanya untuk segera membelikan gadget baru tersebut. Alasannya adalah remaja ingin menjadi trendsetter dalam penggunaan gadget. Gadget paling baru akan menaikkan gengsinya di mata teman-temannya. Padahal gadgetnya yang lama masih sangat bagus kondisinya. Bila orangtua menolak karena dananya belum ada, sedangkan keinginannya harus segera terpenuhi maka mungkin saja ia melakukan hal-hal tidak terpuji. Ia bersedia melakukan apa saja (termasuk hal-hal yang menyimpang norma dan hukum) asal mendapatkan uang untuk membeli gadget keluaran terbaru.


Situasi di atas adalah gambaran remaja yang terlalu dimanjakan semenjak usia dini. Apa yang bisa dilakukan orangtua agar anaknya yang masih remaja itu tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan? Pertama-tama orangtua harus sadar terlebih dahulu bahwa perilaku anak yang manja tersebut merupakan hasil dari proses modeling dari orangtuanya. Anak adalah seorang pengamat yang piawai. Oleh karena itu dalam hal ini orangtua hendaknya mawas diri, apakah dia sudah memberikan contoh perilaku yang sesuai. Ini penting karena orangtua sering menyalahkan anak tanpa ada niat untuk introspeksi. Bila orangtua sudah bisa introspeksi maka langkah selanjutnya akan lebih mudah yaitu mendekati anak dan menjadi teman anak. Kedekatan inilah yang akan membuat hubungan dalam keluarga menjadi lebih sehat, anak bisa mengemukakan keinginan-keinganannya dan orangtua juga bisa mengkomunikasikan tentang kondisi keuangan keluarga.

Persoalan selanjutnya yang berhubungaan dengan penggunaan gadget adalah yang berhubungana dengan media sosial. Jadi yang dalam hal ini yang dipersoalkan adalah penyalahgunaan media sosial, bukan penyalahgunaan gadget. Gadget sekedar alat saja, sedangkan media sosial adalah semacam program / aplikasi / segala sesuatu yang berada di dunia maya dan bisa dilihat dengan gadget. Gadget yang jadul / ketinggalan jaman mungkin saja tidak bisa melihat materi-materi yang ada di dunia maya. Meskipun demikian, penyalahgunaan media sosial tetap saja bisa terjadi.

Apa saja penyalahgunaan media sosial di kalangan remaja? Penyalahgunaan media sosial yang dibahas dalam tulisan ini hanya yang relevan dengan masalah-masalah seksual. Kasus yang paling sering terlihat (menjadi trending topic) adalah perilaku asusila yang diunggah di media sosial. Akibatnya semua orang di seluruh dunia bisa melihatnya. Tayangan perilaku asusila ini bisa juga menjadi blackmail atau ancaman agar remaja menuruti untuk berperilaku asusila lagi. Bila remaja menolak, maka video adegan asusila itu akan kembali disebarkan di media sosial. Ketika menghadapi ancaman tersebut, remaja sering berpaling / minta nasehat pada sahabat yang bisa dipercayainya. Remaja enggan untuk berkonsultasi dengan orangtua atau gurunya. Dalam tulisan ini, justru sangat disarankan anak segera lapor kepada orangtua dan guru bila mengalami blackmail. Hal ini karena fenomena blackmail sudah menjadi ranah pidana hukum.

Tulisan ini merupakan siaran perdana dari perjanjian kerjasama antara Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta dengan Radio Sonora Yogyakarta. Adapun tujuan dari siaran ini adalah untuk mensukseskan Yogyakarta sebagai kota ramah anak. Oleh karena itu semua topik yang disiarkan melalui kerjasama ini adalah bertema tentang parenting, pendidikan anak, dan keluarga. Punggawa siaran kali ini selain saya adalah Bapak Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA. (dosen Psikologi UP45) dan Ibu Santi dari Dinas Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Anak Kodya Yogyakarta.

Siaran yang dilaksanakan pada Selasa 6 Agustus 2019 ini mendapat sambutan yang meriah daripara pendengar. Ada banyak persoalan yang ditanyakan, namun hanya dua pertanyaan saja yang bisa terjawab. Hal ini berhubungan dengan terbatasnya waktu siaran yaitu jam 10.00-11.00. Penanya pertama adalah Ibu Nina dari Wirobrajan Yogyakarta. Beliau menanyakan tentang tips bagi anak agar tidak kecanduan gadget. Penanya kedua adalah Ibu Tina dan Karangkajen Yogyakarta. Beliau menanyakan tentang alasan penggunaan gadget pada remaja yang tidak perlu dibatasi waktunya (terjadwal). Ibu Tina khawatir bila tidak ada pembatasan waktu maka anak dikhawatirkan berada di rumah saja dan menjadi pasif fisiknya.


Post a Comment

0 Comments