PELATIHAN
PENDAMPINGAN PADA REMAJA SMP
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Masa-masa
remaja memang sangat menyenangkan, menegangkan dan pasti tidak akan terlupakan
seumur hidup. Masa remaja adalah menyenangkan karena dalam masa itu remaja
mendapat kebebasan yang lebih longgar daripada ketika mereka masih anak-anak.
Remaja bebas menyusun jadwal di luar rumah, bebas menggunakan kendaraan
bermotor, bebas menggunakan uang sakunya, dan sebagainya. Tentu saja kebebasan
tersebut ada batasannya. Selain itu, kategori bebas itu berbeda-beda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Masa remaja juga dianggap menegangkan karena remaja sering
mencoba-coba hal baru yang mana hal-hal baru tersebut mungkin saja berhubungan
dengan pelanggaran norma susila. Hal ini terjadi karena pada masa ini remaja
mengalami perkembangan hormon-hormon yang sangat berpengaruh terhadap perilaku
seksualnya.
Masa remaja juga merupakan
masa untuk pamer diri. Ajang pamer diri yang paling sering dilakukan remaja
adalah melalui media sosial. Media sosial itu dibuka / diakses melalui gadget. Oleh
karena itu tidak mengherankan bila remaja seolah-olah tangannya tidak bisa lepas
dari gadget. Remaja setiap detik akan selalui memonitor dunia maya, apakah
dirinya terkenal, disukai, diberi komentar menyenangkan atau justru dirundung,
dan berapa orang yang menjadi pengikutnya. Semakin banyak komentar yang
diperolehnya dari unggahannya berarti dia semakin populer, dan semakin hatinya
berbunga-bunga.
Persoalan yang berhubungan
dengan gadget, media sosial, dan remaja adalah remaja kurang jeli / bijak dan
tidak berpikir panjang dalam mengunggah dan menyebarkan materi / tulisan / foto
/ video. Bahkan tayangan yang bersifat privat (misalnya foto tentang dirinya yang
tidak berbaju lengkap) juga diunggah di media sosialnya. Dampaknya bisa
ditebak, foto yang melanggar norma susila itu akan menghambat masa depannya. Ia
akan ditolak untuk mendapatkan bea siswa studi lanjut / mendapatkan pekerjaan
bahkan kesulitan mendapatkan pasangan yang membanggakan. Hal ini karena semua
orang akan melacak media sosial seseorang pada masa lampau sebelum mengambil
keputusan penting. Sayangnya, hal-hal seperti itu kurang dipertimbangkan oleh
remaja.
Pada pelatihan untuk remaja
kali ini, metode pertama yang digunakan adalah focus group discussion atau FGD. Sebelum FGD berlangsung,
fasilitator menanyakan kepada hadirin (remaja) tentang makna penggunaan gadget
yang sehat. Hal ini penting karena gadget sering dianggap sebagai hama namun
kadang dianggap sebagai barang penyelamat nyawa. Jawaban para remaja adalah
bahwa penggunaan gadget yang sehat adalah yang produktif, menginspirasi, dan
membuat hidup mnejadi lebih nyaman dan tidak merugikan orang lain. Berikut pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab oleh remaja beserta jawaban yang diperoleh dari remaja
selama proses FGD berlangsung.
- Apakah gadget merugikan atau menguntungkan?
JAWAB: Gadget menguntungkan karena:
a)
Lebih banyak manfaatnya
daripada kerugiannya
b)
Mendapat lebih banyak
informasi
c)
Mempermudah komunikasi
d)
Penghilang stress
e)
Bisa untuk bisnis.
Contohnya, bisnis makanan yangko yang dijalankan oleh Alfan (nama salah satu
peserta).
f)
Bisa untuk membuat vlog.
Conothnya vlog yang dibuat oleh Fani (nama salah satu peserta).
g)
Bisa digunakan untuk
kampanye. Contohnya pada saat pemilihan ketua OSIS.
h)
Bisa digunakan untuk hiburan
Gadget juga bisa merugikan. Contohnya yaitu merusak mata,
menjadi lupa waktu, dan kecanduan. Ini terjadi karena gadget terus-menerus
dilihat / difungsikan.
- Apakah kita harus punya gadget model terbaru?
JAWAB:
a)
Kita tidak harus mempunyai
gadget model terbaru karena gadget jadul saja manfaatnya sama. Tentu saja ada
kecualinya yaitu gadget model pencetan, yang tidak bisa mengakses banyak tayangan
di media sosial.
b)
Kita tidak harus mempunyai
gadget model terbaru karena kita belum tentu mempunyai uang.
c)
Kita bisa mempunyai gadget
versi terbaru kalau punya uang karena kualitasnya pasti lebih baik.
- Bila kita menjadi korban dari black mail di media sosial, apa yang
harus kita lakukan?
JAWAB: Yang bisa kita lakukan adalah:
a)
Mencari aib pelaku. Ini cara
bertahan bahwa yang punya aib tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang yang
mengancam kita. Ini seperti cara pembalasan dendam.
b)
Menghubungi / telepon Dinas Pemberdayaan
Mayarakat, Perempuan dan Anak yaitu (0274) 514419.
c)
Tidak perlu takut namun
harus melakukan perlawanan.
d)
Lapor pada orangtua
e)
Membuat akun email baru
- Apa antisipasinya agar kita tidak menjadi korban dari penggunaan
media sosial yg merugikan?
JAWAB:
a)
Mengatur waktu
b)
Tidak menyebar aib kita
sendiri
c)
Mengunggah hal-hal positif
d)
Tidak menyebarkan kata
sandi.
e)
Hati-hati dalam penggunaan
aplikasi
f)
Jangan meng-upload hal-hal
yang aneh
g)
Jangan mudah percaya hoax
h)
Jangan sembarangan
ikut-ikutan sesuatu yang belum pasti.
- Apa antisipasinya agar kita tidak menjadi pelaku yang merugikan teman
/ orang lain?
JAWAB:
a)
Tidak menyebarkan aib orang
lain.
b)
Mempunyai sifat
bersosialisasi yang baik
c)
Ber-tweeter dengan bijak,
misalnya: Tidak menyebarkan hoaks.
d)
Jangan menyindir teman di
media sosial
- Apa yg bisa kita lakukan agar media sosial kita menguntungkan /
produktif tanpa merugikan diri sendiri & orang lain?
JAWAB:
a)
Melakukan hal-hal positif
b)
Berbisnis
c)
Rajin upload karya positif
d)
Membuat film yang bermanfaat
bagi orang lain.
e)
Menggunakan media sosials
eperlunya
f)
Meng-upload hal-hal yang
positif
g)
Mencari kebenaran berita
sebelum meng-upload-nya.
Pada sesi berikutnya adalah
pencegahakan kekerasan seksual. Kekerasan seksual terjadi karena pda umumnya
remaja tidak mengetahui / kurang mengenal anggota tubuhnya dan ala rerproduksinya.
Apalagi pelaku pelecehan seksual itu biasanya orang-orang terdekat korban. Pelaku
pada umumnya laki-laki, meskipun bisa saja pelakunya perempuan. Korbannya adalah
perempuan.
Persoalannya, bagaimana
caranya agar remaja mengetahui / menyayangi / menghargai tubuhnya. Dalam
pelatihan ini, metode yang digunakan adalah body
mapping. Boddy mapping adalah
anak diminta untuk menggambar tubuh manusia dan meminta mereka memberi tanda
dan menyebutkan bagian tubuh mana saja yang boleh dipegang dan tidak boleh
dipegang oleh siapa saja.
Oleh karena remaja yang
sedang dihadapi adalah laki-laki dan perempuan, maka fasilitator laki-laki
mengkoordinir remaja laki-laki. Begitu juga fasilitator perempuan mengkoordinir
remaja perempuan. Setiap kelompok mendapatkan selembar kertas besar dan spidol
3 warna (merah, hitam, dan hijau. Spidol hitam untuk menggambar tubh. Spidol merah
untuk menandai bagian tubuh yang tidak boleh disentuh. Spidol hijau untuk
menandai bagian tubuh yang boleh disentuh. Pihak-pihak yang boleh menyentuh
antara lain orangtua (ibu atau bapak), dan dokter. Orang-orang yang tidak boleh
menyentuh antara lain teman, saudara kandung, dan orang yang belum dikenal.
Pada akhir pelatihan,
ternyata remaja perempuan sudah mengetahui / menandai bagian-bagian tubuh yang
boleh dipegang dan yang tidak boleh dipegang. Mereka juga mengetahui fungsi-fungsi
organ reproduksinya dan cara-cara merawatnya / membersihkannya. Mereka juga mengetahui
tentang hubungan fisik antara suami dan istri, peralatan yang digunakan untuk
merawat organ reproduksi. Pada remaja laki-laki, mereka juga sudah mengetahui
organ tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain.
Tulisan ini adalah laporan
dari kegiatan pengabdian dosen UP45 berdasarkan undangan dari Dinas
Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Anak Yogyakarta. Pelatihan dilakukan di
SMPN 9 Yogyakarta, pada Jumat 2 Agustus 2019. Selain saya, fasilitator
pelatihan ini adalah Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA. Jumlah hadirin adalah
100 remaja yang tebagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama pada jam 07.30-09.30,
kelompok kedua pada jam 09.30-11.00. Para remaja nampak menikmati pelatihan-pelatihan
ini. Hal ini terbukti dari banyaknya pertanyaan yang muncul. Mereka sangat
antusias.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji