IMPLEMENTASI MOU ANTARA UP45 DENGAN
SEKOLAH CITALOKA YOGYAKARTA
Ai
Siti Patimah
Pusat
Studi Lingkungan Hidup, Universitas Papua, Manokwari, Papua Barat
dan
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Membuat alat permainan dari
limbah / bahan-bahan dari sampah anorganik yang sudah tidak terpakai lagi,
sebenarnya mudah. Tinggal merangkai barang-barang tersebut, memberi warna, dan
menghubung-hubungkan dengan bagian lainnya dan jadilah suatu barang baru.
Kesulitannya bukan pada pengadaan barang-barang bekasnya, namun pada
imajinasinya. Tidak semua orang mampu membayangkan suatu bentuk yang bisa
disusun dari barang bekas atau limbah. Kesulitannya terletak pada tingkat
kreativitas. Artinya, tidak semua orang kreatif.
Mengapa sulit memunculkan
kreativitas? Hal ini terjadi karena mayoritas orang lebih suka membeli daripada
memproduksi. Membeli tinggal menikmati suatu produk, sehingga orang akan lebih
cepat menikmati produk dan tentu saja lebih murah / tidak memerlukan energi. Apalagi
bila penjual memberi pelayanan bahwa barang yang rusak bisa dikembalikan dengan
gratis. Pelayanan seperti itu akan selalu dikejar konsumen. Apalagi bila barang
yang diproduksi itu sangat dibutuhkan konsumen, orang pasti akan mengantri
membeli barang tersebut.
Kesulitan kedua memunculkan
kreativitas adalah orang sering tidak bisa memahami bahwa limbah / sampah
ternyata ada manfaatnya dan ada nilai ekonominya. Mayoritas orang berpikir
bahwa sampah tidak berguna sehingga lebih baik dibuang atau dimusnahkan saja.
Selain itu, orang-orang juga khawatir bahwa barang yang dihasilkan dari proses
daur ulang mengandung kuman. Sebelum terkena kuman lebih baik tidak menggunakan
barang daur ulang. Apalagi abrang-barang daur ulang biasanya berharga mahal.
Hal ini karena membuat daur ulang membutuhkan unsur seni dan kreativitas,s
ehingga tidak bisa dibuat massal.
Persoalan-persoalan seperti
itu menjadi tantangan bagi Yudha Andri, S.Psi., Kepala Sekolah Citaloka Yogyakarta.
Mas Andri berjibaku memerangi persepsi negatif tentang sampah dan menjadikannya
APE (Alat Permainan Edukatif). Adapun syarat suatu barang menjadi APE adalah:
(1) Barang itu harus menarik perhatian anak. Bila tidak menarik maka barang itu
tidak akan disentuh anak. (2) Mainan itu harus mudah dimainkan anak. Mainan
yang sulit dan rumit cenderung ditolak anak. (3) Mainan tersebut harus aman.
Artinya, mainan itu harus bebas kuman, bersih, dan tidak menimbulkan kesakitan
bagi anak.
Apa saja manfaat APE? Manfaatnya
adalah (1) Sebagai media bermain anak. (2) Mengembangkan seluruh kemampuan
anak. (3) Sebagai alat bantu untuk mendidik anak dalam hal penyelesaian
masalah, kecanduan TV, tidak mau sikat gigi, dan sebagainya. (4) Media
penyampaian info yang baru bagi anak, misalnya mengenalkan bencana, mengenalkan
jenis-jenis makanan sehat.
Keuntungan menggunakan
limbah untuk membuat APE yakni (1) Murah. (2). Bisa sesuai ide sendiri (anak,
guru, atau orangtua), sehingga sesuai dengan kebutuhan. (3). Membuat guru dan
akan menjadi kreatif. (4). Bisa melibatkan anak, sehingga hal-hal yang ingin
dikembangkan pada anak bisa menjadi lebih banyak. (5). Pada masa yang akan
datang, bergulat dengan proses daur ulang limbah akan membuat anak menjadi
produsen, bukan hanya konsumen. Misalnya menjadi produsen mainan. (6). Ikut
terlibat dalam emngurangi sampah yang semakin lama semakin tidak terkendali
jumlahnya.
Tulisan ini adalah materi workshop
APE yang dilakukan di Tempel, pada 18 September 2019. Kegiatan ini bisa
berlangsung dengan lancar karena adanya MOU antara Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta dengan Sekolah Citaloka Yogyakarta. Kepala Sekolah Citaloka yakni
Yudha Andri Riyanto, S.Psi., adalah alumni yang suses dari Psikologi UP45. Mas
Andri ini juga membawa teman-teman sesama guru anak-anak untuk menjadi
pembicara dalam workshop tersebut.
Dalam workshop ini ada dua
dosen yang terlibat yakni Fx. Wahyu Wdiantoro, S.Psi., MA dan Arundati SHinta.
Selain mas Andri, alumni selanjutnya yang terlibat adalah Ibu Ai Siti Patimah.
Mahasiswa yang terlibat adalah Rio Wahyu Nugroho. Semoga kerjasama yang baik
ini akan terus berlangsung.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji