IMPLEMENTASI MOU FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 DENGAN RADIO SONORA
YOGYAKARTA
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Selain mainan, hal penting bagi anak untuk menggali
potensinya adalah dengan memanfaatkan waktu luang yang sehat dengan
sebaik-baiknya. Waktu luang itu adalah situasi ketika anak tidak sedang
bersekolah, sedang tidur atau sedang makan. Situasi waktu luang itu biasa
terjadi pada sore hari. Pada saat waktu luang ini anak bersenang-senang dan
bisa menikmati kegiatan yang dipilihnya sendiri. Berbeda dengan bermain dengan
mainan, maka kegiatan waktu luang (leisure)
ini lebih kepada kegiatan melakukan sesuatu. Kalau pun menggunakan mainan, maka
mainan itu digunakan sebagai alat pendukung saja.
Kegiatan pemanfaatan
waktu luang itu erat hubungannya dengan sifat gender yaitu feminin dan
maskulin. Kegiatan feminin biasa dilakukan oleh anak perempuan. Kegiatan
maskulin biasa dilakukan oleh anak laki-laki. Contoh kegiatan waktu luang
feminin yaitu bermain salon-salonan dan bermain rumah-rumahan. Contoh kegiatan
waktu luang maskulin yakni main di selokan dan mainan petak umpet (Shinta,
2012).
Persoalan yang
berhubungan dengan pemanfaataan kegiatan waktu luang adalah anak tidak mempunyai
waktu luang tersebut. Padahal pemanfaat waktu luang itu penting bagi anak untuk
menggali potensinya, membuat anak menjadi lebih sehat, memperkuat psikomotor,
dan memperluas relasi sosial. Potensi-potensi yang bisa digali antara lain
kemampuan untuk menyusun strategi dan bekerja sama (kegiatan bermain sepak
bola), kemampuan mengeksplorasi lingkungan (kegiatan main selokan), kemampuan peduli
pada urusan rumah tangga (main rumah-rumahan), kemampuan berhitung (main
congklak), dan sebagainya.
Anak kurang
mendapatkan kesempatan menikmati waktu luang adalah karena orangtua sibuk
bekerja sehingga tidak sempat untuk mengantar anaknya ke tempat kegiatan
tersebut berlangsung. Alasan lainnya adalah orangtua tidak menganggap penting
kegiatan waktu luang tersebut. Orangtua cenderung mengisi kegiatan waktu luang
tersebut dengan mengikutkan anak pada berbagai kursus (les) seperti les
pelajaran, les mengaji, les berenang, les piano, dan sebagainya. Tidak ada yang
salah bila anak mengikuti berbagai kursus tersebut, karena isi dari kursus
tersebut memang bermanfaat bagi anak-anak ketika dewasa kelak. Persoalannya,
sering kali tema dari kursus tersebut tidak sesuai dengan passion anak. Bila anak lebih senang dengan kegiatan bela diri,
maka keharusan mengikuti les piano tentu merupakan siksaan.
Sebetulnya di tengah
kesibukan, orangtua tetap bisa mendampingi anak melakukan kegiatan waktu luang
dengan sehat. Hal ini bergantung pada kesadaran orangtua akan pentingnya
perkembangan potensi anak dengan optimal. Untuk mendapatkan waktu bersama anak,
maka orangtua harus kreatif. Misalnya, orangtua bisa menjahit sarung tangan
untuk mandi menjadi semacam boneka tangan. Boneka tangan itu bisa digunakan
untuk bermain peran dengan anak. Selain itu, ketika anak akan tidur malam,
orangtua sebaiknya menyempatkan diri untuk mendongeng pada anak. Dongeng
sekarang ini bisa dilakukan dengan menggunakan buku bacaan yang banyak tersedia
di toko buku. Kegiatan mencari buku bacaan bisa digunakan menjadi salah satu
acara mengisi waktu luang anak.
Tulisan ini adalah laporan dari pelaksanaan kerjasama antara
UP45 dengan Radio Sonora Yogyakarta. Siaran ini terlaksana pada hari Selasa 8
Oktober 2019 pukul 10.00-11.00. Adapun punggawa siaran kali ini adalah Ibu
Putri, pimpinan devisi KUI (Kantor Urusan Internasional) UP45 dan dosen
Psikologi UP45 Arundati Shinta. Penyiar dari Radio Sonora adalah mbak Nesya.
Dalam siaran kali ini, ada 2 pertanyaan yang datang dari pendengar Radio
Sonora. Mereka adalah: (1) Bapak Andri dari Giwangan Yogyakarta, yang menanyakan
tentang apa saja cara-cara agar kegiatan bermain tradisional (misalnya kegiatan
bermain engklek / kegiatan barmain gobak sodor) bisa dimunculkan kembali. (2)
Ibu Inge di Wirobrajan Yogyakarta yang menanyakan tentang anaknya yang justru
lebih senang untuk bermain gadget di dalam kamarnya daripada keluar rumah untuk
bermain out door activity misalnya
bermain sepak bola.
DAFTAR PUSTAKA
Shinta, A. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
peran gender anak. Disertasi.
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji