Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PELATIHAN INTERVIEW BERBASIS KOMPETENSI DI PONDOK PESANTREN PANDANARAN


KIPRAH BIRO PSIKOLOGI UP45 DI MASYARAKAT

Dewi Handayani Harahap, Eni Rohyati dan Arundati Shinta
Biro Psikologi Fakultas Psikologi UP45
Yogyakarta


Pondok Pesantren Pandanaran berdiri pada tahun 1975 yang didirikan oleh KH Mufid Mas’ud, merupakan institusi pendidikan yang fokus pada pendidikan islam mulai tingkat TK sampai perguruan tinggi. Peminatan calon siswa terhadap pondok pesantren Pandanaran setiap tahun selalu meningkat, hal ini karena nama besar ponpes pandanaran yang sudah terkenal dan mendapatkan kepercayaan dihati masyarakat. Jumlah total siswa  di pondok pesantren pandanaran + 4000 orang, dan setiap tahun penerimaan siswa baru sebanyak 600 orang. Visi dari pondok pesantren pandanaran ialah “Menciptakan santri yang Mandiri, Berprestasi, Cerdas dan berkepribadian Qurani”. Dalam menjalankan komitmen ini maka pengurus Ponpes Pandanaran komitmen terhadap kualitas proses seleksi penerimaan siswa barunya sehingga bekerjasama dengan Dosen Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dalam penyelenggaraan pelatihan interview berbasis kompetensi pada tanggal 7 Desember 2019 di hall Al-Jauharoh komplek 3 Putri Ponpes Pandanaran.


Pelatihan ini bertujuan untuk melatih para panitia seleksi penerimaan santri baru tahun ajaran 2019/2020, khususnya pada peningkatan kualitas proses interviewnya. Selama ini interview kepada calon santri dilakukan secara konvensional sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal. Proses ini yang dibenahi lewat pelatihan interview berbasis kompetensi yang diberikan oleh narasumber Dewi Handayani Harahap, M.Psi, Psikolog, dan Eni Rohyati, M.Psi, Psikolog.

Pelatihan dihadiri oleh pimpinan ponpes Pandanaran dan dibuka oleh DR KH Mutashim Billah, S.Q, M.Pd.I.,. Pelatihan ini mendapat sambutan hangat dimana diharapakan dan bertujuan agar proses seleksi santri menjadi lebih berkualitas. Materi Pelatihan interview berbasis kompetensi ini berisi materi Kompetensi, Job-Person Fit, Interview Skill & Body Gesture, Praktek Interview. Sebelum pelatihan dimulai diberikan pre-test yaitu berupa pengetahuan terhadap materi, dimana setelah pemberian materi harapannya akan ada peningkatan pengetahuan yang ditunjukkan pada kenaikan nilai post-testnya.


Respon peserta sangat antusias pada pelatihan ini mereka menyadari bahwa interview yang dilakukan selama ini masih bersifat konvensional dan subjektifitas, sehingga target santri yang harus memiliki kepribadian dengan ciri-ciri motivasi, daya tahan terhadap tekanan, percaya diri, mandiri dan inisiatif belum tercapai. Dengan pelatihan ini diharapkan sebagai interviewer siap melakukan proses wawancara berbasis kompetensi sehingga santri yang didapatkan mampu memiliki kompetensi motivasi, daya tahan terhadap tekanan, percaya diri, mandiri dan inisiatif. Dengan kemampuan ini santri diprediksi dapat menyelesaikan studinya dengan baik di Ponpes Pandanaran. Penekanan terhadap pelatihan interview berbasis kompetensi ini adalah mengali potensi yang bersangkutan berdasarkan pengalaman yang sudah pernah dilakukan, bukan opini dari interviewee.

Tindak lanjut Kerjasama ini yaitu akan diadakan coaching dan mentoring terhadap panitia yang bertugas sebagai interviewer pada proses seleksi penerimaan santri di Ponpes Pandanaran, bahwa praktek interview pada pelatihan ini tidak cukup untuk langsung melekat sebagai keterampilan namun harus berlatih terus agar menjadi terampil sebagai interviewer.

Berikut adalah materi pelatihan interview berbasis kompetensi. Pelatihan ini terdiri dari 4 sesi. Sesi pertama sampai dengan ketiga berupa ceramah dan tanya jawab tentang pengertian kompetensi, job-person fit, dan interview skill beserta body gesture. Sesi terakhir adalah praktek.

Kompetensi adalah aspek kepribadian yang mengindikasikan bagaimana seseorang berperilaku dan berpikir pada berbagai macam situasi. Kompetensi ini bertahan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan kompetensinya, seseorang bisa diprediksikan perilakunya. Dalam dunia akademik, berdasarkan kompetensinya seseorang bisa diprediksi kedisiplinannya dalam belajar dan motivasi belajarnya.

Kompetensi terdiri dari 5 hal yakni: motif, sifat, konsep diri, pengetahuan dan ketrampilan. Motif adalah kebutuhan dasar atau pola pikir yang mendorong, mengarahkan dan menyeleksi perilaku individu. Misalnya motivasi berprestasi. Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menetapkan tujuan yang manantang untuk dirinya sendiri secara konsisten. Ia akan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tersebut dengan memanfaatkan umpan balik sebagai usaha untuk menjadi lebih baik.

Sifat adalah kecenderungan umum untuk berperilaku atau merespon dengan cara tertentu. Contohnya kontrol diri dan daya tahan terhadap stres. Individu yang memiliki kontrol diri dan daya tahan terhadap stres yang tinggi  ketika dihadapkan pada kondisi yang menekan akan mampu menyelesaikan masalah tanpa menyalahkan orang lain. Ia mampu berperilaku lebih dari sekedar melaksanakan tugas. Konsep diri berkaitan dengan nilai-nilai, pemikiran, perilaku dan hal-hal yang menarik untuk dilakukan. Contohnya, individu yang senang memimpin akan segera menunjukkan perilaku memimpin ketika ia diminta mengerjakan tugas yang merupakan tes kepemimpinan. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai dalam dirinya mengenai kepemimpinan. Pengetahuan yaitu informasi yang spesifik mengenai bidang tertentu yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan dapat memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang tetapi tidak dapat memprediksi apa yang akan dilakukannya. Ketrampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas baik yang nampak dalam perilaku maupun yang tidak nampak. Contohnya, berpikir analitis termasuk didalamnya memproses pengetahuan dan data, mencari hubungan sebab akibat, serta mengorganisasi data.

Dalam Pesantren Pandaran Yogyakarta, setiap santri diharapkan mempunyai karakter tertentu yakni mempunyai motivasi belajar yang tinggi, mempunyai daya tahan yang kuat ketika menghadapi tekanan, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, mandiri dan berinisiatif tinggi. Agar mempunyai karakter unggul, maka calon-calon-calon santri yang ingin masuk di Pesantren Pandaran harus diseleksi. Seleksi yakni proses pemilihan dari sekelompok orang untuk mencari kesesuaian antara individu dengan jabatan / posisi /  peluang menjadi anggota suatu organisasi. Tujuan seleksi adalah untuk mendapatkan efektivitas dan efisiensi. Artinya, orang yang benar-benar lolos dalam ujian seleksi adalah orang yang paling cocok dengan semua persyaratan yang telah ditetapkan organisasi sehingga orang tersebut akan memberikan hasil / karya yang sesuai dengan harapan organisasi.

Bagaimana cara menseleksi ribuan calon santri agar kelak mereka menjadi santri unggul di Pondok pesantren Pandanaran? Para pewawancara bisa menseleksi calon santri itu berdasarkan prinsip 3B yakni beauty, brain and behavior. Pada poin beauty, hal yang dilihat adalah ekspresi wajah (ekspresi mata, sikap kepala dan ekspresi bibir). Ekspresi ini menunjukkan pancaran yang ada di dalam hati / memperlihatkan segala sesuatu yang dirasakannya. Contohnya tersenyum. Mungkin saja seseoranng tersenyum ketika ia sedang menikmati kesuksesannya / justru ia sedanga tersenyum / mentertawakan nasibnya yang sedang buruk. Intinya tentang ekspresi adalah bagaimana caranya agar individu bisa tetap tersenyum / berekspresi bagus meskipun sedang dilanda kesusahan hidup.

Beauty juga mencerminkan sikap tubuh, cara berjalan, cara duduk seseorang ketika menghadapi suatu wawancara, kebersihan / kerapian, cara berbicara dan penampilan. Dalam situasi waawancara tersebut, akan terlihat level kecemasan seorang calon santri. Kecemasan tersebut terlihat dari seingnya mengetuk meja dengan jari, memainkan pena, memainkan ujung rambut, melihat ke arah jam, membunyikan jari dan mengubah-ubah posisi duduk.

Unsur B yang kedua adalah brain. Dalam hal ini calon yang dibutuhkan hendaknya mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai minat belajar tiada henti serta mempunyai keahlian tertentu.

Unsur B yang ketiga yakni behavior. Dalam hal ini calon hendaknya memperlihatkan perilaku yang sopan dan mampu memberi tanggapan yang sesuai terhadap lingkungan, situasi dan orang lain. Calon yang mempunyai bahvior terpuji, akan mempunyai kebiasaan mengekspresikan segala sesuatu dengan magic words. Kata-kata yang magic itu adalah salam, tolong, terima aksih, eprmisi, maaf, dan pujian yang tepat. Kata-kata magic ini akan memperlancar segala urusan, karena proses komunikasi berjalan lancar. Proses komunikasi ini penting, karena efektivitasnya berbeda-beda. Bagian-bagian komunikasi yang paling efektif dlam mempengaruhi ornag lain adalah justru visual (55%), baru kemudian vocal (38%) dan verbal (7%).

Sesi selanjutnya adalah praktek. Jumlah peserta 20 orang, dan mereka adalah orang-orang yang terbiasa mewawancarai calon santri. Mereka terbagi menjadi 10 pasang, yang mana setiap pasang bertindak sebagai pewawancara dan calon santri. Artinya semua peserta belajar baik menjadi pewawancara maupun menjadi calon santri.

Post a Comment

0 Comments