PERAN RADIO SONORA & UP45 DALAM MENGATASI BENCANA ALAM
Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi. MA
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pengungsi akibat aktivitas Gunung Merapi sangat membutuhkan perhatian dan bantuan nyata dari seluruh lapisan masyarakat. Kondisi yang semakin sulit karena saat ini juga sedang terjadi pandemi Covid-19. “Partisipasi remaja untuk membantu pengungsi Merapi”, diangkat menjadi tema dialog hasil kerjasama UP45 dan disiarkan secara langsung oleh Radio Sonora 97.4 FM Yogyakarta, (8/12).
Remaja memiliki semangat dan kemampuan yang dapat diberdayakan dalam ragam kegiatan yang positif. Perlu adanya pendampingan yang membekali remaja sehingga menjadi terampil dan cermat dalam menghadapi setiap kondisi, bahkan ketika sebuah bencana alam terjadi. Partisipasi aktif dari remaja tentunya juga harus didukung oleh lingkungan, sekolah, universitas tempat mereka melakukan proses pembelajaran agar kegiatan lebih terarah.
Sebuah pengalaman menarik dikisahkan ketika menjadi relawan pengungsi Merapi tahun 2010. “Saya bergabung sebagai relawan Merapi melalui organisasi kemahasiswaan. Saya di tempatkan di bagian dapur untuk memasak, menyiapkan makanan bagi para pengungsi. Banyak hal yang harus kami kerjakan. Saat itu yang kami rasakan hanya perasaan senang, puas dapat membantu para pengungsi”, papar Anastasia Neni Candra Purnamasari, S.Si.,M.Sc., salah satu narasumber yang juga sebagai Dosen Teknik Perminyakan UP45.
Kondisi pengungsian Merapi saat ini sarat dengan disiplin protokol kesehatan mengingat dalam suasana pandemi Covid-19. Relawan pun tidak dapat dengan leluasa hadir di tengah para pengungsi. Penularan virus tersebut sangat rawan terjadi di lokasi pengungsian. Di sisi lain, upaya menumbuh kembangkan rasa peduli pada sesama dengan kreativitas secara nyata hendaknya terus dilakukan sebagai proses pembelajaran bagi setiap remaja. Bagaimana memaksimalkan partisipasi remaja untuk membantu pengungsi Merapi?
“Remaja, memiliki pemikiran yang sedang berkembang. Butuh diberi ruang dan pendampingan untuk mengarahkan potensinya. Misal, dalam partisipasi bagi pengungsi Merapi, bisa membuat chanel youtube dalam menghimpun donasi, hiburan bagi para pengungsi, atau menulis artikel di blog pribadi untuk mempromosikan daerah Merapi sebagai destinasi wisata. Harapannya para pengungsi merasa bangga dengan daerah nya dan mampu menjadi semacam penghiburan bagi meraka”, demikian diungkapkan oleh Yudha Andri Riyanto, S.Psi., Alumni Psikologi UP45, dari Resource Development Yayasan Tunas Sekar Lintang, DIY.
Berikut rangkuman dialog interaktif pendengar dengan penulis dan para narasumber lainnya selama acara siaran berlangsung.
1) Mas Ahmmad Prasetyo, di Mantrijeron. Banyak remaja saat ini yang merasa gengsi dan lebih mengharap reward (upah) dalam melakukan suatu kegiatan. Bagaimana tips agar remaja mau bergerak membantu pengungsi Merapi?
Jawaban: Upaya menanamkan nilai-nilai kepekaan sosial pada remaja seperti halnya agar termotivasi untuk membantu pengungsi Merapi tentu dibutuhkan peran serta berbagai pihak. Antara lain Orangtua, guru, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan hingga perguruan tinggi yang mampu memberikan dorongan, teladan serta wadah bagi remaja untuk secara kreatif berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
2) Mba Fikri Aulia Madani, di UMY. Bagaimana untuk berpartisipasi yang tepat bagi pengungsi di masa pendemi seperti saat ini?
Jawaban: Berpartisipasi tentu tidak harus hadir di tengah para pengungsi. Donatur bisa membantu dalam bentuk bahan makanan yang bisa diolah petugas di dapur umum. Bantuan juga tidak perlu diserahkan langsung ke lokasi pengungsian guna mencegah kerumunan orang yang berpotensi terjadi penularan Covid-19. Bantuan bisa disalurkan melalui posko induk maupun di kantor kecamatan setempat.
3) Mba Andrea, di Jogja. Seberapa besar pengaruh partisipasi remaja bagi para pengungsi?
Jawaban: Hampir setiap remaja saat ini telah terampil mengoperasionalkan gawai dengan ragam aplikasi. Intensitas remaja dalam menggunakan media sosial pun sangatlah tinggi. Bila setiap remaja berinisiatif untuk turut berpartisipasi dengan menggunakan keterampilannya dalam mengoperasionalkan gawai, tentu saja pengaruhnya pun sangat besar untuk membantu para pengungsi.
4) Ibu Neni, di Sleman. Saya juga pernah menjadi relawan saat bencana alam gunung Merapi. Saya dulu membacakan cerita bahasa Jawa bagi para pengungsi. Namun, mereka lebih memikirkan sapi dan ternaknya. Adakah tips dalam melakukan kegiatan sebagai relawan bagi pengungsi?
Jawaban: Membacakan cerita daerah tentu bisa menghibur dan akan lebih menarik bila tema cerita disesuaikan dengan kondisi yang sedang dirasakan oleh para pengungsi. Misal mengangkat tema cerita tentang ternak. Relawan juga dapat koordinasi, meminta informasi tentang kondisi psikologis pengungsi secara lebih detil kepada para petugas yang setiap hari berada di pengungsian.
5) Mba Kirana, di Tegalrejo. Di era digital saat ini, apa yang bisa dilakukan sebagai relawan bagi pengungsi?
Jawaban: Di era digital seperti saat ini begitu mudahnya mengakses informasi serta menyebarluaskannya. Jejaring sosial yang semakin lebih luas dapat digunakan untuk koordinasi dan mengajak kerjasama dalam memberikan bantuan bagi para pengungsi.
6) Ibu Yani, di Bantul. Bagaimana cara memotivasi remaja agar memiliki jiwa sosial, dan mau membantu para pengungsi ?
Jawaban: Butuh penyadaran tentang nilai-nilai kemanusiaan. Penting adanya pelatihan tentang kebencanaan. Adanya wadah untuk memfasilitasi partisipasi remaja bagi para pengungsi.
Pendengar yang mengirimkan pertanyaan dan beruntung mendapatkan hadiah dari Two Hundred Sixty Six Coffe and Barber Shop sebagai salah satu sponsor, yaitu pemilik nomor 089…04 dan 081…90. Terima kasih kepada para relawan Merapi dan seluruh Sahabat Sonora 97.4 FM Yogyakarta.
Widiantoro, FW (8 Desember 2020)
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji