Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PENGABDIAN MASYARAKAT DI BANK SAMPAH MESEM YOGYAKARTA

 

MEMBUAT ECO ENZYM

Arundati Shinta

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Ai Siti Patimah

Alumni Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 


Setiap orang akan memproduksi sampah setiap hari. Itu suatu hal yang tidak terelakkan. Jadi semakin banyak penduduk maka jumlah sampah juga akan semakin banyak. Di negara-negara maju, persoalan sampah tidak menjadi permasalahan utama, karena pemerintahnya sudah mempersiapkan dengan sangat baik. Persiapan itu antara lain pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk. Jadwal pengangkutan sudah ditentukan. Misalnya, khusus sampah anorganik dijadwalkan setiap hari Rabu, sedangkan sampah organik dijadwalkan diambil pada setiap hari Senin dan Jumat. Selanjutnya sampah-sampah itu kemudian diolah menjadi kompos, bahkan ada juga yang diolah menjadi listrik. Itu semua bisa berlangsung dengan lancar karena pemerintahnya bisa ‘mendidik’ masyarakat untuk memilah sampah mulai dari sumbernya, dan membuang sampah pada tempat yang sesuai. Selanjutnya, pemerintah juga konsekuen yakni uang pajak dari masyarakat digunakan sebaik-baiknya untuk membangun pabrik pengolah sampah. Masyarakat di negara maju memang jauh lebih patuh kepada pemerintahnya daripada masyarakat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

 


 

Persoalan yang berhubungan dengan pengolahan sampah di negara berkembang seperti Indonesia adalah sangat banyak. Semua persoalan tersebut lebih erat hubungannya dengan perilaku alih-alih teknologi. Persoalan sampah yang akan dibahas kali ini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah organik. Setiap orang memproduksi sampah sekitar 0,5 kg / hari, dan 60% komposisi sampahnya adalah sampah organik. Idealnya, warga bisa mengolah sampah organik itu secara ramah lingkungan. Bila tidak mampu mengolahnya, maka paling tidak masyarakat bersedia tidak hanya membuang sampah di tempatnya, namun juga memilah sampah mulai dari sumbernya.

 

Untuk memberi pengetahuan pada masyarakat tentang pengolahan sampah organik, maka harus sering diadakan pelatihan. Pelatihan itu bisa dilakukan dengan cara menggandeng universitas yakni melalui mahasiswa KKN dan kegiatan pengabdian dosen-dosen pada masyarakat sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi. Pelatihan kali ini dilakukan di Bank Sampah Mesem di Kalurahan Kauman Yogyakarta, pada 1 Juli 2022. Topik pelatihan adalah membuat eco enzym. Penemu eco enzym adalah Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand (Jelita, 2020). Eco enzym sangat berguna untuk merawat alam dan keperluan sehari-hari seperti campuran sabun, shampo, pengharum ruangan, lubang wc tidak mampet, serta limbah yang berasal dari sabun menjadi ramah lingkungan.

 


Cara membuat eco enzym adalah sebagai berikut:

1)    Siapkan 2 botol plastik bekas air minum kemasan, ukuran 1500 ml dan 330 ml. Kupas stikernya. Cuci bersih. Kedua tutup botolnya dilubangi. Alat pelubang (solder) bisa dibeli di toko-toko kebutuhan pertukangan. Bila tidak mempunyai solder, maka bisa digunakan paku besar yang dipanaskan di atas kompor.

2)    Siapkan selang kecil ukuran 0,5 m yang biasa digunakan untuk keperluan pompa air di akuarium. Selang itu bisa dibeli di toko besi. Masukkan masing-masing ujung selang ke tutup botol tersebut.

3)    Siapkan sampah organik yang berupa kulit buah-buahan. Pada hakekatnya, semua kulit buah bisa digunakan, kecuali kulit durian, kulit apokat, dan kulit salak. Kulit durian dan kulit salak tidak digunakan karena tajam permukaannya dan akan menyakiti kulit. Kulit apokat tidak digunakan, karena kulitnya mengandung minyak, sehingga akan mengganggu proses fermentasi. Kulit buah tersebut hendaknya diiris kecil-kecil untuk memudahkan memasukkannya di botol. Berat sampah kulit buah ini adalah 270 gram.

4)    Siapkan molase (tetes tebu) atau gula merah, sebanyak 90 gram. Sisirlah gula tersebut sehingga mudah untuk mencairkannya.

5)    Siapkan air sebanyak 900 gram. Air tersebut bisa berasal dari air mineral, air hujan, air kolam, atau air matang. Bila menggunakan air dari PAM, maka harus ditunggu keesokan harinya. Ini karena air PAM mengandung kaporit yang akan merusak proses fermentasi. Jumlah air yang disiapkan adalah 900 gram.

6)    Masukkan air, gula, dan potongan kulit buah tersebut ke dalam botol air yang berukuran 1500 ml. Jadi ukuran dari bahan-bahan eco enzm adalah 1 bagian gula (90 gram), 3 bagian kulit buah (270 gram), dan 10 bagian air (900 gram)  atau lebih terkenal dengan rumus 1:3:10. Selanjutnya masukkan air mentah ke dalam botol 330 ml. Kedua botol itu kemudian ditutup dengan tutup botol yang telah dilubangi tadi. Ujung selang yang ada di botol kecil harus masuk dalam botol, sedangkan ujung selang yang ada di botol besar tidak masuk dalam air. Tujuan selang adalah untuk mengalirkan gas metan yang berasal dari campuran kulit buah, gula dan air. Bila gas metan tidak dialirkan, maka botol besar tersebut bisa meledak.

7)    Siapkan plester kertas. Rekatkan plester itu rapat-rapat pada tutup yang ada selangnya. Sehingga tidak ada udara yang bisa masuk ke botol besar. Bila ada udara yang masuk maka proses fermentasi akan kacau.

8)    Jangan lupa untuk menuliskan tanggal pembuatannya. Lama fermentasi adalah 90 hari. Bila fermentasi dilakukan lebih dari 90 hari maka hasilnya justru akan lebih baik.

 Kegiatan ini mendapatkan dukungan dana dari CV. Shandya Orisnay yang berada di Sleman Yogyakarta. Hal ini karena CV tersebut sangat peduli dengan berbagai isu lingkungan hidup, khususnya pengelolaan sampah.

Daftar pustaka:

Jelita, R. (2020). Eco enzyme dan pencapaiannya yang luar biasa dalam bidang pertanian. 26 Mei. Retrieved on July 20, 2022 from:

https://maitreyawira.ac.id/content/pendidikan/78-eco-enzyme-dan-pencapaiannya-yang-luar-biasa-dalam-bidang-pertanian-

 



Post a Comment

0 Comments