Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MERINGKAS FILM YOUTUBE & OPINI SAYA TENTANG KETIMPANGAN GENDER DALAM DUNIA KERJA

 

PELÍCULA SUSHI 2014

Arundati Shinta

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 


Topik

Dunia patriakhi dalam bidang kuliner Jepang yakni sushi. Hanya koki laki-laki yang diijinkan memasak sushi.

Sumber

película Sushi 2014 – 1:46:24

https://www.youtube.com/watch?v=HonkK6SeqNE

Ringkasan

§ Di restoran-restoran Jepang, pembuat makanan khas sushi harus laki-laki. Alasannya adalah perempuan dianggap tidak mempunyai kemampuan yang stabil dalam hal mencium bau. Ini karena perempuan mengalami haid, dan haid mempengaruhi kemampuan mencium suatu aroma masakan. Ini adalah fenomena gender stereotype yang mana laki-laki harus maskulin dan perempuan harus feminin, termasuk jenis-jenias pekerjaannya. Konsep ini masih diterapkan oleh seorang Jepang meskipun ia tinggal di Mexico. Orang Jepang tersebut membuka restoran sushi di Mexico dan semua kokinya adalah laki-laki.

 

Ringkasan (sambungan)

§ Pada sisi lain, adalah seorang perempuan Mexico bernama Juana. Ia janda beranak satu dan tinggal dengan ayahnya. Untuk menghidupi keluarganya, ia bekerja apa saja. Mulai dari pekerjaan maskulin seperti pembersih gymnastic sampai pekerjaan feminin seperti menjual buah-buahan. Oleh karena berjualan di pinggir jalan, ia dirampok. Ia kemudian mencari pekerjaan yang lebih stabil dan ia melamar menjadi tukang bersih-bersih di sebuah restoran Jepang. Ia sempat diragukan kemampuannya dalam mengangkat barang. Selama bekerja di restoran itu, secara sembunyi-sembunyi ia belajar memasak sushi. Seorang koki mempercayai kemampuannya, dan mereka bekerja sama. Suatu ketika, pemilik restoran menangkap basah bahwa Juana sesungguhnya yang memasak sushi. Ia marah dan menolak Juana menjadi koki karena ia perempuan, meskipun ia sudah mencicipi hasil masakannya. Ini adalah kesombongan khas patriakhi (tidak mengakui hasil pekerjaan maskulin karena yang mengerjakan adalah perempuan).

§ Juana tidak patah semangat. Ia kemudian mengikuti kompetisi membuat sushi. Semua pesertanya adalah laki-laki. Saat kompetisi berlangsung, koki-koki temannya termasuk pemilik restoran Jepang menyimak kompetisi yang disiarkan televisi. Sayangnya, ia tidak memenangkan kompetisi.

§ Juana kemudian melamar menjadi koki di restoran Jepang tersebut. Oleh karena sudah mengetahui keberanian Juana mengikuti kompetisi tersebut, ia akhirnya diterima menjadi koki. Meskipun perempuan, ia menguasai ketrampilan maskulin.  

Permasalahan

Kenyataan yang ada, dunia kerja sering tidak adil. Pekerjaan maskulin hanya untuk laki-laki dan pekerjaan feminin hanya untuk perempuan. Idealnya, dunia kerja memberi kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki.

Opini saya

§ Patriakhi adalah suatu keyakinan yang mana laki-laki adalah penguasa segalanya, termasuk dalam bidang kuliner. Keyakinan ini banyak terjadi di banyak belahan dunia, termasuk Jepang. Dampaknya adalah kemampuan perempuan dalam memasak sushi (masakan khas Jepang), menjadi tidak berkembang. Padahal itu hasil konstruksi sosial saja, bukan kenyataan sebenarnya. Fenomena ini disebut gender stereotype. Perempuan dan laki-laki tidak mendapatkan kesempatan yang sama.

§ Hal-hal yang sudah saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memerangi gender stereotype adalah:

(1)  Mendorong anak perempuan saya untuk menguasai ketrampilan maskulin (menjadi atlet taekwondo) dan sekaligus ketrampilan feminin (menggambar).

(2)  Membacakan buku-buku cerita tentang perempuan dan laki-laki yang mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengerjakan apa pun yang diminati mereka.

(3)  Ketika membacakan buku cerita yang sarat dengan fenomena gender stereotype (misalnya buku Cinderella), maka saya menjelaskan tentang kenyataan sehari-hari di lingkungan tempat tinggal serta strategi untuk mengatasinya tanpa menimbulkan konflik berarti.  

Post a Comment

0 Comments