Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PENGHEMATAN ENERGI


Toni Isbandi
Pentingnya hemat energi (Foto : Elisa)
Seruan penghematan energy telah lama disarankan oleh pemerintah  Indonesia, hal ini di akibatkan adanya krisis energy yang diperkirakan pada tahun-tahun mendatangkan akan semakin parah. Lonjakan kebutuhan energy disebabkan oleh lajunya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya populasi penduduk. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap energy fosil,  apalagi yang disubsidi sudah sangat parah. Sehingga Presiden di Indonesia paling enggan untuk mengambil kebijakan yang ada hubungan dengan energyi.
Selama ini opsi penghematan energy belum mendapatkan hasil yang baik, indicator ketidakberhasilan tersebut dapat dilihat dengan kuota pengadaan BBM yang semakin meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2012 ini, kuota pengadaan BBM telah mengalami 2 kali penambahan, yaitu pada bulan Agustus dan November 2012, sehingga kuota pengadaan BBM bersubsi dijebol dari 40 juta kl menjadi 44 juta kl.
Dengan adanya trend seperti 2012, dikhawatirkan 2013 kebutuhan BBM bersubsidi akan mencapai 48 juta kl. Penambahan BBM bersubsidi pada 2012 menurut Menteri Keuangan tentu akan mempengaruhi sektor lainnya. Apalagi kalau prediksi pemerintah pada tahun 2013 akan mencapai 48,5juta kl.
Menariknya adalah, apakah langkah yang akan dilakukan pemerintah dalam menghadapi hal ini jika prediksi tersebut benar. Kalau melihat tidakan pemerintah pada tahun 2005 yang tertuang dalam bentuk Perpres No. 5 tahun 2006 yang dikeluarkan pada 25 Januari 2006. Isi dari kebijakan tersebut adalah kebijakan mengurangi permintaan BBM, kebijakan menambah produksi migas dan kebijakan mendorong energy alternatif.
Dari kebijakan tersebut, ada satu kebijakan yang tidak mungkin di lakukan saat ini, yaitu mengurangi permintaan BBM. Tuntutan mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah penduduk merupakan 2 faktor yang tidak bisa tidak sangat memerlukan dukungan dari sector energi. Di Indonesia, setiap pertumbuhan ekonomi 1% memerlukan pertumbuhan energy sebanyak 1,8%. Ketidak efisienan penggunaan energy ini disinyalir karena Indonesia kurang pengembangan dalam bidang infastruktur dan teknologi sehingga ketika  proses pertumbuhan ekonomi itu terjadi biayanya sangat mahal dan lama.
Lantas apa yang dilakukan kalau kebijakan yang diambil selama 7 tahun ini tidak menghasilkan solusi yang cukup baik. Mengulang sesuatu yang sudah jelas tidak mampu mengatasi masalah tentunya merupakan tindakan yang bodoh.
Kalau mau belajar kenegeri tetangga,  Jepang. Disana banyak perusahaan dan masyarakatnya mengganti lampu dengan lampu LED yang sangat hemat energyi listrik. Kemudian perusahaan-perusahaan di sana membuat system operasi pada system penggunaan listrik yang kerjanya terpusat, dimana pada jam istirahat semua computer dan ac mati, demikian pula dengan beberapa lampu yang tidak diperlukan meskipun tidak mati semuanya. Di Indonesia banyak perusahaan atau pun lembaga kadang-kadang lampu. Luar ruangan males dimatikan, demikian juga ac kadang-kadang sampai hari berikutnya juga masih hidup. . Kebanyakan tugas mematikan lampu dan ac ini dilakukan oleh satpam.Jadi wajar apabila terjadi hal seperti itu.
Pada jam istirahat penggunaan computer sangat tinggi, namun sayangnya bukan untuk menyelesainan pekerjaan namun untuk keperluan pribadi seperti facebook andan ngegame. Disektor tranportasi, tentu saja jenis transortasi massal yang perlu dipriotaskan. Untuk transportasi pribadi saat ini penggunaan teknologi hybrid mulai banyak diaplikasikan meskipun masih mahal sehingga kendaraan bisa mengefisienkan penggunaan BBM. Sehingga kita perlu mereset ulang mengenai makna penghematan energy ini.
Pemerintah perlu berpikir mengenai hal-hal yang ada diluar departemen yang terkait dengan energy tersebut dengan mengajak para pelaku industry dan masyarakat untuk berpindah menggunaan teknologi yang canggih agar tetap bisa menik mati apa yang dihasilkan abad 21 ini. Sehingga makna penghematan energy ini bukannya kita harus berjalan kaki dan naik sepeda, namun tetap menikmati apa yang sudah ada saat ini tanpa mengurangi kenyamanan dan kepraktisan dalam melakukannya.
Tentu saja peran pemerintah sangat penting disini dengan aktif mengajak dan memberikan intensif bagi perusahaan yang mengganti teknologi dengan fasilitas yang bisa menghemat energi, begitu pula dengan system kerjanya. Pada masyarakat dan industry pemerintah perlu memberikan subsidi terhadap produk-produk yang mampu menghemat energy tersebut. Terakhir,  tentu saja keringanan pajak. Insa’allah penghematan energy bisa dicapai.

Post a Comment

1 Comments

  1. Betul Pak Toni, kita memang harus menghemat energi. Sayangnya, pemerintah tidak pernah memberi contoh. Masyarakat pun tidak peduli. Coba kalau pas siang hari kita lewat ruangan yang tidak digunakan dan kebetulan lampu menyala. Apakah kita akan mematikan? Rasanya sih tidak. Pak Toni, saya usul mungkin topik tulisan yang akan datang tentang rendahnya tanggung jawab kita terhadap sarana umum. Ditunggu tulisan berikutnya.

    ReplyDelete

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji