Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PERMASALAHAN YANG TIMBUL DI PERKOTAAN



Gareni Ayuningtyas
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

PENDAHULUAN
Sebagai negara berkembang,Indonesia mempunyai berbagai macam masalah yang dihadapi dewasa ini. Sejak tahun 1970-an di mana keamanan hidup di perkotaan makin meningkat dan pembangunan di kota-kota makin menggebu-gebu seiring dengan program pemerintah.
Pembangunan menurut Todaro (2004: 20), harus dipandang sebagai proses multidimensional yang selain meningkatkan akselarasi pertumbuhan ekonomi,penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan juga tak kalah pentingnya adalah berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat (budaya), dan institusi-institusi nasional, dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Selanjutnya menurut Todaro pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perkembangan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok (basic needs), terjadi peningkatan harga diri (selfesteem) dan peningkatan kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) Sebagaimana dikatakan Swasono (2004 a: 119-120) pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila dapat melaksanakan transformasi ekonomi, transformasi sosial dan transformasi budaya.
Pembangunan ini merangsang urbanisasi yang sulit dikendalikan. Berbeda dengan negara yang sudah maju di mana urbanisasi terjadi sebagai akibat dari pergeseran struktur mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor jasa di kota melalui sektor industri manufaktur. Urbanisasi di negara-negara berkembang terjadi karena tekanan perubahan yang dahsyat yang terjadi di pedesaan dan mendorong pergeseran akupansi dari sektor pertanian langsung menuju kesektor jasa di daerah perkotaan tanpa melalui fase perkembangan industri manufaktur (Gilbert & Gugler, 1996:14). Di negara berkembang seperti Indonesia arus urbanisasi lebih tinggi dibanding ekspansi industri manufaktur. Selain itu karakteristik penduduk desa yang datang ke kota adalah tingkat pendidikan, keterampilan serta kemampuan sosioekonominya terbatas, sehingga urbanisasi yang terjadi mempengaruhi perkembangan kondisi kota yang cenderung mengalami penurunan kualitas hidup per kapita penduduknya. Tanpa disadari kedatangan masyarakat desa ke kota membawa dampak rumit bagi masyarakat itu sendiri ataupun sisi kehidupan kota. Dampak timbul karena kondisi di perkotaan belum mampu menampung posisi mereka baik dalam hal kesempatan kerja maupun tempat tinggal, begitu juga karena pengetahuan dan ketrampilan mereka yang terbatas sehingga tidak mampu bersaing dalam dunia industri.


Perumusan Masalah
Bagaimana konstruksi permasalahan di perkotaan.

Tujuan
Mengkaji dan menemukan konstruksi akar permasalahan masyarakat di perkotaan.

PEMBAHASAN
Urbanisasi membuat kepadatan penduduk perkotaan meningkat. Hal ini semakin menyulitkan penyediaan sarana dan prasarana fisik dan sosial sehingga membuat kondisi lingkungan hidup makin merosot. Daya dukung lingkungan bukan saja makin tidak memadai tetapi rusak akibat adanya polusi udara karena asap pabrik dan kendaraan. Kenyataan ini mendatangkan kerawanan kesehatan di kota-kota yang sekarang mengotori sungai-sungai di kota, kotornya sungai-sungai karena zat buangan pabrik-pabrik industri mematikan banyak ikan dan tidak memberi kesempatan banyak orang bergantung dari pengusahaan ikan sungai, bahkan penggunaan lain untuk air minum, mandi, atau mencuci makin tidak mungkin. Kerawanan kesehatan ini nampak jelas dari aliran air sungai yang tidak lancar dengan bau yang menyengat. 
Keterbatasan-keterbatasan yang dimilik masyarakat pedesaan yang hijrah ke perkotaan menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan kota. Tanpa modal pengetahuan dan keterampilan yang memadai masyarakat pedesaan yang hijrah ke perkotaan justru akan terhimpit dengan derasnya tuntutan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Hal ini akan membuat masyarakat hijrah ke perkotaan hanya mampu menghasilkan pendapatan yang seadanya. Penduduk berpenghasilan rendah tak mampu mendapatkan perumahan layak. Perumahan yang tak mampu dijangkau oleh penduduk berpenghasilan rendah ini mengakibatkan makin banyaknya para gepeng (gelandangan pengemis) yang berkeliaran di kota-kota termasuk anak-anak jalanan. Anak jalanan merupakan masalah sosial yang serius dan harus cepat terkelola dengan baik. Jika tidak, pengaruh buruk di sekitar lingkungannya dapat merubah perilaku anak yang semula merupakan anak yang baik. Tidak dapat disangkal bahwa pengangguran yang makin meningkat akan berdampak luas terhadap kenaikan angka kejahatan atau kriminalitas.
Hasil penelitian Ismail (1999: 1) menunjukkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh di Yogyakarta dan Surabaya berhubungan positif dengan problema kemiskinan penduduk. Semakin banyak penduduk miskin di perkotaan, semakin meningkat jumlah permukiman (kampung) kumuh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penduduk permukiman kumuh merupakan masyarakat miskin. Pada umumnya masyarakat miskin penghuni permukiman kumuh di perkotaan adalah masyarakat marjinal, yaitu masyarakat yang haknya terhadap tanah, rumah, infrastruktur dan pelayanan dasar, kesempatan kerja dan mendapatkan pinjaman, pemberdayaan dan partisipasi, rasa aman dan keadilan sangatlah terbatas atau terpinggirkan (The Wordl Bank, East Asia Urban Working Paper, 2003: 40).
Di dalam era globalisasi saat ini, globalisasi ekonomi memberikan peluang untuk pasar bebas telah memperluas jangkauan kegiatan ekonomi tidak saja antar daerah dalam satu negara saja, melainkan juga antar negara. Globalisasi tidak hanya memperluas jejaring arus barang, jasa, modal tetapi juga arus tenaga kerja yang kemudian mendorong urbanisasi menjadi mega urbanisasi. Di kota-kota besar di dunia mega urbanisasi, meliputi perpindahan penduduk baik dari desa ke kota, dari pinggiran kota ke kota lain, dari desa suatu pulau ke kota di pulau lain dan bahkan dari suatu desa suatu negara ke kota di negara lain. Mega urbanisasi tidak saja berupa tenaga kerja yang pindah kerja dari negara berkembang ke negara maju (sebagai tenaga kasar) saja, melainkan juga terjadi perpindahan tenaga kerja dari negara maju ke negara berkembang (sebagai tenaga ahli/teknisi atau sebagai konsultan).
Memang,dalam berbagai hal arus globalisasi mempunyai dampak positif yang cukup signifikan dalam perkembangan dan pertumbuhan negara. Namun hal ini harus diimbangi dengan kesiapan dari pemerintah dan masyarakat. Kesiapan pemerintah dalam menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan masyarakat dari segi pendidikan,keterampilan,sarana pra sarana kesehatan dan transportasi. Ketidaksiapan menghadapi era globalisasi terlihat dari kesenjangan sosial yang ada di dalam masyarakat perkotaan, dimana villa-villa megah dengan lahan luas bersanding dengan perkampungan kumuh.
Berbeda  dengan situasi sosial di pedesaan , dimana masyarakat pedesaan masih mampu untuk menjaga keseimbangan sosial. Sedangkan kemelut sosial di perkotaan makin menghantui masyarakat kota, sebab kriminalitas menjadi santapan sehari-hari, perkelahian seakan menjadi hobi baru para pelajar baik tingkat SMA atau kalangan mahasiswa, penyalahgunaan alkohol dan narkotika menjadi masalah serius yang berdampak negatif terhadap masa depan generasi muda, tak tersedianya permukiman layak yang terjangkau memaksa anak-anak hidup di jalanan dan pelacuran yang bahkan telah menimpa anak-anak makin menjadi isu sehari-hari di kota-kota yang membutuhkan penanganan dari pemerintah segera.

PENUTUP
Permasalahan yang timbul diperkotaan umumnya berakar pada ketidakmampuan masyarakat untuk mengimbangi kemajuan perkembangan jaman. Ketidakmampuan ini mengakibatkan kurangnya daya saing masyarakat sehingga pendapatan masyarakat menjadi rendah. Kemiskinan masyarakat di perkotaan merupakan realitas sosial yang  tidak bias dipandang remeh. Hal ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Akar permasalahan di perkotaan adalah kemiskinan. Kemiskinan akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang lambat laun seperti jarring laba-laba yang sulit diputuskan. Namun bukan berarti tidak ada jalan untuk meretas jalan ke arah kehidupan yang lebih baik. Peningkatan faktor-faktor non ekonomi, seperti kesehatan dan sanitasi, pendidikan dasar dan ketrampilan dasar untuk dapat  survive serta kebutuhan fisik minimum sangat perlu untuk diperhatikan. Penulis  menekankan pada salah satu hal penting bagi penanganan kaum miskin kota pada  akses pendidikan agar mereka survive. Kerjasama yang integratif diperlukan untuk merealisasi solusi strategis bagi reduksi persoalan kemiskinan di perkotaan. Akses pendidikan dan keterampilan yang merata sampai wilayah pedesaan (urban) akan membuat daya juang masyarakat meningkat. Sehingga  masyarakat pedesaan mampu untuk mendapatkan penghasilan layak dan tidak mempunyai keinginan untuk mengadu nasib di wilayah perkotaan.

Daftar Pustaka
Michael P Todaro, 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia ke tiga : Ghalia Indonesia
Bintarto. 1983 Urbanisasi dam Permasalahannya, Yogyakarta: Galia Indonesia, Jakarta

Citation :
Gareni Ayuningtyas. (2013). Permasalahan yang Timbul di Perkotaan. Tulisan ini dipersiapkan untuk Lomba Penulisan Otonomi Daerah, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Isran Noor), pada Desember 2013 – Maret 2013.

Post a Comment

0 Comments