Ahmad
Yani
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Membaca
hasil karya fiksi maupun nonfiksi merupakan suatu dialog antara pengarang dan
pembaca, segala pemikiran yang di tuangkan oleh penulis merupakan perjamuan
yang sengaja mereka diskripsikan dalam karya tersebut.
Tinjauan
kritis terhadap karya sastra utamanya fiksi menimbulkan banyak persepsi
terhadap pemahaman karya tersebut karena setiap pemikiran yang di tuangkan dari
masing-masing induvidu mempunyai
kolaborasi yang bertentangan antara satu dengan lainya.
Karya
Daud Al-Azam, guru besar sastra Indonesia SMA PGRI Sumenep ‘’perjamuan sunyi di tepi sungai’’ dalam karya tersebut
menggambarkan kehidupan yang sunyi, sendiri, dan benar-benar mati. Alur cerita
yang sulit di tebak mampu menyihir pembaca untuk mendemonstrasikan kahidupan
keseharianya ke dalam kisah tersebut, seolah-olah ini adalah kisahku. Gaya
bahasa yang menawarkan irama mistis sehingga kecenderungan setiap pembaca
merasa terhepnotis dalam alur cerita tersebut.
Namun
tak hanya itu, banyak kecaman keras terhadap karya sastra tersebut utamanya
sepenggal kalimat dipertengahan cerita yang dikisahkan seorang lelaki yang
selalu menanti cinta di bawah bayang rembulan, ‘’sendiri bukanlah mati, aku
akan selalu menanti meski sunyi selalu mencibirku, karna aku yakin tuhanku
selalu bersamaku’’. Ada beberapa penolakan terhadap penggalan kalimat-kalimat
tersebut. Karna penggunaan majas yang sulit di pahami sehingga kebanyakan pembaca
mendefinisikan bahwa mati bukanlah kesendirian yang hakiki.
Inovasi-inovasi
seperti inilah yang menjadikan karya daud al-azam menjadi popular di kalangan
public, meskipun banyak kontrofersi yang sering menjatuhkan kreatifitas dalam
setiap karyanya. Hal lain yang perlu di catat dari karya perjamuan sunyi di tepi sungai ialah walaupun banyak kontrafersi
yang mengecam keberadaan para tokoh dalam kisah tersebut, Daud Al-Azam telah
berhasil mengajak para pembaca ke dalam kisah yang disajikanya. Sehingga
membaca karya tersebut memberi lintasan wisdom serta doktrin-doktrin agama yang
bersifat multikultural.
Kebebasan
dalam berimajinasi menitikberatkan terhadap kreatifitas dalam berfikir. Semisal
dengan model gaya bahasa serta keunikan alur Daud Al-Azam dapat melakukan
eksplorasi terhadap pemahaman karya sastra yang sesungguhnya. Kebiasaan seorang
penulis dalam mengembangkan imajinasinya dengan harus melibatkan kisah nyata
dalam cerita yang akan di tulisnya, sehingga dengan penghayatan tersebut
memberikan rangsangan bagi setiap pembaca yang menikmati karyanya.
Terakhir
dapat dinyatakan bahwa pesan dari nilai karya Daud Al-Azam perjamuan sunyi di
tepi sungai lebih mengarah pada pengembangan imajinasi serta gaya kreatifitas.
Sebab pesan kesan semacam itu akan selalu diperlukan oleh setiap penulis
sepanjang masa. Lebih-lebih pada masa krisis imajinasi seperti sekarang ini.
Dengan cara pengembangan imajinasi serta kreatifitas dalam menulis tentu saja
diharapkan agar krisis imajinasi yang akhir-akhir ini makin mengkhawatirkan bisa
sedikit teratasi. Melalui sebuah karya yang memang lebih mengarah pada upaya
perbaikan hati nurani ini. Selamat berkarya, salam seni budaya.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji