Sigit Meliyanto
Fakultas
Teknik
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Makna
dan wujud dari istilah “aktivis” kampus semakin luas. Meskipun masih tidak
sedikit pihak yang berpandangan aktivis itu haruslah menitikberatkan kegiatan
organisasinya sampai-sampai kuliahnya keteteran
dan akhirnya lulus dengan waktu relatif lebih lama. Pandangan bahwa seorang
aktivis kampus yang dulu identik dengan IPK rendah, jarang mengikuti perkuliahan
karena sibuk dengan organisasinya, makin lama semakin pudar. Tidak sedikit
sekarang para aktivis kampus yang lebih realistis dalam mengemban fungsi dasar
seorang mahasiswa yang dikenal dengan jargon, The Agent of Change and Social Control.
Makna
dasar dari aktivis sendiri adalah individu atau sekelompok orang (terutama
anggota politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang
bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di
organisasinya(3). Artinya, dari defenisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa aktivis merupakan orang yang bergerak untuk melakukan sebuah
perubahan dan memiliki wadah sebagai alat untuk mencapai tujuan perubahan
tersebut.
Point
penting dari definisi tersebut ada dua hal, yakni pergerakan untuk perubahan
dan wadah daripada action itu
sendiri. Banyak mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya sebagai aktivis,
berbicara dengan muluknya tentang bangsa ini. Birokrasi yang amburadul,
kesenjangan sosial dimana-mana, isu kelaparan, bancana atas konflik antar
etnis, isu tentang sumbardaya alam yang malah dinikmati negara lain ditengan
krisis energy di negeri sendiri, dan tak ketinggalan tentunya korupsi.
Perubahan
tidaklah harus mengerucut kepada perubahan yang besar saja. Sejatinya untuk
melahirkan perubahan besar itu dimulai dari yang kecil. Diri sendiri kemudian
lingkungan sekitar, dan apabila semua mahasiswa melakukanya, bukan tidak
mungkin perubahan dari yang kecil itu terakumulasi dalam skala nasional yang bisa
jadi lebih dari ekspektasi.
Berbicara
wadah untuk mewujudkan perubahan itu, banyak memang, organisasi internal kampus
seperti BEM, DPM, LDK, MENWA dan lain-lain. Juga organisasi eksternal seperti
HMI, PMKRI, LMND dan lain-lain yang mencetak banyak tokoh pembaharuan dan
pemimpin di negeri ini.
Ada
satu wadah berskala internasional bagi mahasiswa, dengan bentuk perubahan yang
dapat diwujudkan mulai dari bagian terkecil organisasi itu sendiri yakni pelaku
atau anggotanya. IAYP adalah nama dari wadah itu. Lalu apa IAYP itu dan kenapa
bisa menjadi wadah bagi mahasiswa ataupun aktivis untuk menjadi The Real Agent of Change and Social Control?
Adinugraha
Award - The International Award for Young People (IAYP) adalah program pemberdayaan
pemuda paling adaptable (mudah
beradaptasi). Disini, tidak ada agama dan afiliasi politik. Dalam artian tidak
melihat dari agama apapun dan tidak ada arah juga campur tangan afiliasi
politik. IAYP berfokus untuk mengidentifikasi isu-isu dan tantangan yang
berkaitan dengan pemuda. Sudah banyak di jalankan oleh sekolah-sekolah, perguruan tinggi
organisasi pemuda, kelompok masyarakat, layanan pemasyarakatan, pengusaha dan
departemen pemerintah nasional.
Melalui empat bidang yang difokuskan pada
program ini Physical activity
(aktivitas fisik/olah raga), Skill
(pengembangan keterampilan) Community
service (pelayanan masyarakat) dan Advanture
(Petualangan). Begitu terlihat korelasi antara pengertian dasar seorang aktivis
dengan program-program yang harus dilakukan oleh peserta IAYP ini.
Seperti pemaparan diawal, seorang aktivis
yang mendambakan perubahan besar pada bangsa ini, sebaiknya setuju apabila
perubahan itu dimulai dari diri maasing-masing. Bayangkan apabila semua
mahasiswa melakukan Physical activity
(aktivitas fisik/olah raga) dengan rutin cukup satu kali saja dalam seminggu
selama bergabung dan menjjalankan
program yang telah disusun di IAYP. Kemudian Skill (pengembangan keterampilan), yang tidak hanya berguna bagi
mahasiswa saat itu juga namun pastinya sangat bermanfaat untuk kehidupan
setelah lepas dari predikat mahasiswa.
Pengabdian masyarakat adalah bidang yang
paling kentara tentunya sebagai aplikasi dari agen perubahan dan kontrol
sosial. Melalui IAYP, mahasiswa (peserta) bisa benar-benar terjun ke
masyarakat, melakukan hal-hal yang mungkin di anggap kecil, seperti mengajar
anak-anak putus sekolah, pendampingan terhadap aktivitas warga seperti
komunitas peternak, petani dan sebagainya bagi mahasiswa yang berkompeten
dibidang itu. Sekali lagi, pergerakan yang terlihat kecil apabila dilakukan
dengan skala besar dan diakumulasikan akan berdampak besar untuk bangsa ini.
Akhir kata dari tulisan ini adalah, silahkan
memimpikan perubahan besar bagi bangsa ini. Cukupkan mimpi itu, karena action-lah yang terpenting. Stop dreaming and start action. IAYP
menawarkan wadah yang begitu mudah, aplikatif dan menyenangkan tentunya.
Perubahan yang diidam-idamkan mahasiswa dan aktivis khususnya untuk negeri ini,
bisa dimulai di sini, IAYP.
Referensi
1.
Meliyanto, Sigit. 2013. IAYP, Alternative Atasi Lunturnya Pengamalan
Tri
Dharma Perguruan Tinggi di Kalangan
Mahasiswa. Kup45iana.
Published
on line on Monday, 29 April 2013 at:
lunturnya.html
2. Surya,
Adi. 2008. Aktivis : Sebuah Keharusan,
Bukan Pilihan. Published on
line
on Sunday, 4 August 2008, http://gmni-sumedang.blogspot.com
/2008/08/aktivis-sebuah-keharusanbukan-pilihan.html
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji