Restu
Wahyuningtyas
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
(Foto : Elisa) |
Kita sering sekali memerhatikan anak-anak kecil, baik
dari fisiknya yang lucu, menggemaskan, maupun dari perilakunya yang sering
menarik perhatian kita. Perilaku yang
dilakukan anak-anak biasanya mencontoh/menirukan dari apa yang dilakukan orang
dewasa yang disekitarnya, hal ini terjadi karena anak-anak mudah belajar untuk
meniru dari apa yang dia lihat.
Kehidupan sehari-hari anak-anak lebih diajari untuk melakukan
pembiasaan diri, misalnya membuang sampah pada tempatnya. Upaya pembelajaran dengan pembiasaan diri ini
biasanya juga diiringi dengan adanya reward
and punishment (Skinner dalam Walgito,
2010: 81).
Skinner, perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku
alami dan perilaku operan. Dalam
perilaku operan ada dua prinsip umum yang berkaitan dengan kondisioning operan,
yaitu respon yang diikuti reward yang
bekerja sebagai reinforcement stimuli
– akan cenderung diulangi dan kedua reward
yang meningkatkan kecepatan terjadinya respon (Walgito, 2010: 81).
Perilaku anak-anak sangat erat hubungannya dengan teori
Skinner, dari teori respon yang diikuti reward. Makna dari teori ini adalah diberikan reward kepada anak jika dia mampu
memberikan respon sesuai dengan apa yang kita inginkan. Misalnya anak-anak senang sekali dengan
hadiah-hadiah, bila kita ingin mengajari/mengajak anak untuk melakukan
sesuatu/belajar kita bisa menggunakan
hadiah (misal boneka untuk anak perempuan).
Dalam hal ini hadiah merupakan stimuli agar anak mau melakukan apa yang
kita ajarkan. Teori yang kedua, reward
yang meningkatkan kecepatan terjadinya respons.
Artinya reward ini berfungsi untuk mempercepat
tingkat respon pada anak.
Contoh konkritnya adalah dengan memberikan hadiah yang
lebih menarik pada pelajaran selanjutnya jika si anak mampu memberikan hasil
yang lebih baik. Misalnya
bila dalam pelajaran pertama kita memberikan reward berupa boneka, pada pelajaran selanjutnya yang tingkatnya
lebih sulit kita bisa memberikan reward
berupa mainan dokter-dokteran atau mainan mainan lain yang tidak kalah
menariknya dari reward yang pertama diberikan.
Sehingga
anak-anak tidak akan merasa enggan untuk belajar dan lebih cepat untuk
menangkap pelajaran.
Jadi, pemberian
reward dapat menjadi motivasi anak untuk belajar. Wujud dari motivasi ini adalah rasa tidak
enggan dari anak untuk belajar. Kalau
anak sudah tidak enggan untuk belajar maka hasil yang didapat adalah anak akan
menjadi lebih mudah untuk menerima apa yang diajarkan kepadanya.
Daftar Pustaka
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji