Restu
Wahyuningtyas
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Stress akut (Foto : Elisa) |
Manusia hidup
dengan berbagai macam aktivitas dan perilaku. Kita dapat melakukan berbagai hal dalam sehari, misalnya seorang perempuan
yang mempunyai peran sebagai istri, ibu.
Saat pagi hari, ia harus bangun pagi menyiapkan sarapan untuk suami dan
anak-anaknya. Setelah itu dia harus
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, mencuci piring, membersihkan
rumah. Kegiatan-kegiatan itu terlihat
biasa-biasa saja dan sering dilakukan, tetapi bila mengerjakannya terus-menerus
tanpa ada selang waktu untuk mengistirahatkan diri, bisa jadi kegiatan yang
rutin itu membuat perempuan yang berperan sebagai istri dan ibu itu menjadi
stres.
Stres pada
perempuan terjadi
karena adanya respon yang tidak spesifik
dari tubuh atas semua permintaan yang ada (Syle, 1956, dalam
Scoufis,1993). Stress adalah sebagai
respon, stress juga didefinisikan
sebagai stressor eksternal dan stressor internal. General Adaptation syndrom (GAS) yaitu tahap alarm, tahap
resistance, dan tahap kelelahan.
Selanjutnya, saya ingin memberikan sedikit informasi tentang tahap-tahap
tersebut beserta contoh aplikasinya.
Tahap pertama, alarm. Tubuh memberikan reaksi pada situasi-situasi
yang meningkatkan detak jantung, tekanan darah, tekanan otot, dan pernafasan
yang singkat. Tahap pertama ini juga
terjadi pada perempuan pada ilustrasi di atas.
Baik disadari atau tidak setelah melakukan aktivitas-aktivitasnya yang
paling sering kita jumpai adalah terjadinya
pernafasan yang singkat dan tekanan otot. Misalnya saja saat menyiapkan sarapan, dia harus
bolak-balik dari dapur ke ruang makan untuk meletakkan makanan yang sudah siap
saji agar bisa disantap keluarganya.
Setelah melakukan aktivitas-aktivitas itu biasanya perempuan itu akan
merasakan adanya terasa pegal-pegal dan pernapasannya singkat, hal ini terjadi
karena terjadi tekanan pada otot-otot pada anggota geraknya mengalami tekanan.
Tahap kedua, resistance tahap
dimana tubuh resist dengan efek dari stres dengan mencoba mengembalikan ke
situasi normal. Saat perempuan dalam
ilustrasi di atas
merasa pegal-pegal dan merasa sedikit sesak napas, dia akan berhenti
sejenak. Dia akan melakukan sedikit
peregangan pada otot-ototnya, kemudian menarik napas dalam-dalam dan
melepaskannya dengan perlahan. Hal ini dilakukan untuk membantu tubuhnya
mengumpulkan tenaga agar toleran terhadap hal-hal yang menimbulkan stres
(stressor).
Tahap ketiga, kelelahan. Yaitu
tahap saat sumber-sumber tubuh tidak toleran terhadap stress. Tahap ini terjadi ketika perempuan (dalam
ilustrasi), telah selesai dengan kegiatan/aktivitas rumah selain melaksanakan
aktivitas rumah tangga dia harus mengurus anaknya yang sakit. Meski merawat anak juga merupakan tanggung
jawabnya sebagai seorang ibu, tetapi merawat anak apalagi yang sedang sakit
juga akan memerlukan tenaga yang lebih.
Dan tidak jarang akan membuat memperburuk kondisi kesehatan perempuan
itu.
Dari ilustrasi
diatas menurut saya, kegiatan/aktivitas yang menggunakan fisik yang dilakukan
oleh perempuan dalam ilustrasi diatas dapat menjadi penyebab stress. Agar aktivitas rumah tangga tidak membuat
stress perempuan tersebut, hendaknya dikerjakan bersama-sama dengan anggota
keluarga yang lain, misalnya saat menyiapakn sarapan, istri/ibu yang memasak,
suami/ayah yang membawakan masakan ke meja makan, dan tugas anak misalnya
menyiapkan peralatan makan. Dengan
mengerjakan pekerjaan bersama-sama akan membuat hubungan antar anggot keluarga
dapat terjalin lebih harmonis. Sehingga
faktor penyebab stress (stressor) seorang istri/ibu akan berkurang, akan lebih
baik lagi jika megadakan aktivitas luar, seperti berolahraga bersama, relaksasi
dengan berlibur ke suatu tempat.
Daftar Pustaka:
Scoufis,
M. (1993). Stress and coping. In McWalters, M (Revised Edition), Understanding psychology (pp 206-224).
NSW: McGraw-Hill.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji