Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Membangkitkan Semangat Belajar dengan Persaingan



Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Belajar merupakan setiap perubahan yang relatif menetap dalam  tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Muslimah, 2013). Dalam belajar diperlukan suatu dorongan ataupun penggerak agar siswa bisa rajin dan tekun, sehingga memperoleh prestasi akademik yang memuaskan.  Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam (instrinsik) maupun dari luar individu (ekstrinsik), yang dapat mengembangkan daya kreasi dan imajinasi pelajar serta menjaganya tetap tekun belajar. Salah satu penggerak tersebut adalah dengan saingan atau kompetisi. Pesaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Sardiman, 2003). Prestasi  orang lain yang jauh lebih baik dari kita, akan menimbulkan keirian dan memicu semangat belajar dalam diri kita, dan berkeinginan untuk bisa mengunggulinya. Dengan kata lain kompetisi dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan belajar siswa.
Contoh aplikasi persaingan sebagai  pembangkit motivasi belajar siswa yakni pada kasus Dina yang merupakan siswa paling berprestasi dikelas dan selalu mendapat  juara kelas dalam setiap ujian. Kondisi ini berubah semenjak ada anak pindahan dikelasnya. Ia tak lagi menjadi juara kelas dikarenakan anak baru tersebut yang meraih juara satu. Hal ini juga berimbas pada perilaku teman – temannya yang lebih memilih bertanya kepada anak baru tersebut, disaat ada penjelasan guru yang kurang mereka pahami. Keadaan ini membuat dina iri sekaligus memicu semangat belajar dalam dirinya. Motif dina belajar rajin adalah agar bisa mengungguli prestasi anak baru tersebut dan kembali mendapatkan juara kelas. Dapat pula dikatakan adanya persaingan dikelas akan semakin membuat siswa semangat dalam belajar. Persaingan membuat individu berlomba satu sama lain untuk menunjukan kemampuan terbaik yang mereka miliki.
Tidak adanya persaingan, cenderung akan membuat rendahnya motivasi individu dalam belajar. Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu yang membuat dia tertantang untuk melebihi orang lain ataupun ia mempunyai anggapan bahwa  individu lain memiliki kemampuan dibawahnya. Akan tetapi disaat dia dihadapkan pada situasi dimana individu lain lebih unggul darinya, maka jiwa kompetisinya akan muncul dan meningkatlah semangat belajarnya. Sesuai dengan contoh dina tadi, sebelum ada anak baru dikelasnya, ia masih meremehkan belajar, karena selama ini ialah juaranya. Akan tetapi kondisi ini berubah setelah terdapat anak baru dikelasnya. Jiwa kompetisi dalam diri dina mulai muncul disebabkan prestasi anak baru tersebut lebih baik dari dina. Intensitas belajar dina mulai ditambah dan ia menjadi lebih tekun dari sebelumnya. Hal ini ia lakukan tidak lain karena ingin mengungguli prestasi anak baru tersebut dan mendapatkan lagi juara kelas yang sempat terlepas dari genggamannya.
Adanya persaingan atau kompetisi diharapkan mampu memicu semangat belajar siswa. Setelah ia bersemangat dalam belajar tentu akan muncul hasrat untuk belajar dalam dirinya. Adanya kesengajaan atau maksud dalam belajar  sudah barang tentu akan mencetak hasil yang lebih baik dan memuaskan daripada yang tanpa maksud. Hasil tersebut bisa berupa baiknya nilai – nilai yang diperoleh dalam suatu mata pelajaran. Nilai – nilai yang baik dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar bagi siswa (Sardiman, 2003).

Daftar Pustaka:
Muslimah.(2013).Hand Out Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UP45

Sardiman.(2003).Interaksi dan motivasi belajar – mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Post a Comment

0 Comments