Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PELAYANAN KEPADA TK KAMULAN MINGGU KE-6



MENDORONG MOTIVASI BERPRESTASI ANAK MELAUI
KEGIATAN MENGGAMBAR

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada pada manusia untuk bertindak lebih baik daripada masa-masa lampau. Tindakan itu bertujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan manusia ada tiga yaitu kebutuhan untuk berprestasi (nAch, need for achievement), kebutuhan untuk berafiliasi (nAff, need for affiliation), kebutuhan untuk berkuasa (nPow, need for power). Individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi maka nAch-nya cenderung tinggi dan nAff serta nPow rendah. Pada hakekatnya semua orang mempunyai tiga macam dorongan tersebut, hanya tingkatannya saja yang berbeda-beda.


Bagaimana caranya agar anak-anak mempunyai motivasi berprestasi tinggi? Anak-anak bisa didorong motivasi berprestasinya dengan cara mereka diperkenalkan pada hal-hal yang menyenangkan setelah selesai menyelesaikan suatu tugas. Tugas itu adalah menggambar suatu bentuk yang mirip piala. Perkenalan pada hal-hal yang menyenangkan adalah dengan memperlihatkan suatu piala hasil kejuaran lomba menggambar. Anak-anak harus mendapat penjelasan bahwa piala itu merupakan hasil perjuangan yang berat, yaitu menggambar suatu bentuk dengan bagus.

Kriteria bagus untuk suatu gambar sangat subjektif. Meskipun demikin, untuk ukuran anak-anak usia 3,5 - 5 tahun, gambar yang bagus adalah semua bagian kertas terisi penuh dengan warna-warna pastel. Tidak ada satu bagian pun yang berwarna putih. Selain itu bentuk piala terlihat jelas, tidak ada coretan-coretan yang melanggar garis piala. Warna piala harus lebih kuat daripada warna latar belakang. Latar belakang boleh ditambah dengan hiasan atau ornamen-ornamen. Warna pada piala tidak perlu dominan kuning emas, namun juga boleh dibubuhi warna bermacam-macam seperti halnya warna kue lapis.

Bagaimana hasil menggambar anak-anak TK Kamulan? Anak-anak tampak sangat bergairah menggambar, apalagi sebelumnya mereka diijinkan untuk memegang piala. Mereka menggambar piala dengan bentuk piala sudah dibubuhkan terlebih dahulu oleh guru gambar pada suatu kertas putih. Bentuk piala itu digambar dengan pensil. Dari sekitar 12 anak, hanya 3 anak yang betul-betul patuh pada instruksi guru gambar. Tiga anak tersebut bisa membedakan warna latar belakang dan warna bentuk utama. Tiga anak tersebut memang berusia sudah lebih tua daripada anak-anak lainnya.


Bagaimana situasi 9 anak lainnya? Anak-anak tersebut masih terlalu sulit untuk mengikuti instruksi guru. Usia mereka memang lebih muda yaitu sekitar 3,5-4,5 tahun. Gaya menggambar anak-anak yang kesulitan mengikuti instruksi guru itu antara lain:
Ø  Anak belum bisa membedakan antara warna untuk latar belakang dan warna untuk bentuk utama. Mereka hanya asal coret, sehingga kertas gambar terlihat penuh.
Ø  Anak hanya berkutat pada warna kesukaannya saja, terutama warna-warna yang cerah yaitu merah jambu dan oranye. Mereka menolak menggunakan warna lain. Mereka tidak peduli dengan saran-saran guru.
Ø  Anak tidak mau menggambar dan hanya asal coret saja, sehingga hasil gambarnya adalah seperti benang kusut. Mereka menolak meneruskan kegiatan menggambar karena merasa lelah dan bosan.
Ø  Ada anak yang harus didorong untuk menyelesaikan hasil gambarnya dengan syarat harus dipangku guru (diperhatikan secara khusus).
Ø  Anak bersedia menyelesaikan gambar asal diberi hadiah piala (piala yang diperlihatkan sebagai contoh hendak dimilikinya). Mereka sangat mengharap mendapatkan piala segera setelah selesai menggambar.

Untuk memperkuat motivasi berprestasi anak-anak, maka anak-anak itu didorong untuk berpotret dengan memegang piala serta hasil gambarnya. Ternyata tidak semua anak mau berpotret secara sendiri-sendiri sambil memegang piala. Hanya ada dua anak yang ingin berpotret secara personal tersebut. Anak-anak lainnya lebih suka untuk berlari-larian.


Apakah ada jaminan bahwa anak-anak yang bersedia berpotret sambil memegang piala itu mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi kelak setelah dewasa? Dalam hidup ini, tidak ada yang namanya jaminan kepastian. Hal ini karena kegiatan menggambar piala ini hanya salah satu cara saja untuk memperkenalkan piala dan cara mendapatkannya. Artinya anak diperkenalkan  dengan ide bahwa piala itu adalah benda yang berharga dan piala itu hanya bisa diperoleh bila anak menyelesaikan tugas menggambar lebih baik daripada anak-anak lainnya.

Apa cara untuk memelihara dan memperkuat motivasi berprestasi pada anak-anak sehingga kelak kalau dewasa mereka juga dapat berprestasi? Cara yang disarankan adalah anak selalu diikutkan pada berbegai kejuaraan menggambar (menggambar adalah salah satu contoh kegiatan saja). Anak menjadi terbiasa berkompetisi. Bila kalah, maka anak terus didorong untuk tidak berputus asa dan terus mengikuti kompetisi dengan tekun. Anak tidak boleh ditinggalkan sendiri, namun terus didampingi, untuk menjaga semangatnya. Hal ini karena syarat mutlak kemenangan dalam menggambar adalah gambar harus selesai. Gambar yang selesai saja masih belum tentu menang, sehingga bentuknya harus berbeda (unik) bila dibandingkan dengan pesaing lainnya.

Untuk meyakinkan anak bahwa ia mampu dalam menggambar (self-efficacy), maka orangtua atau guru dapat memilih kompetisi yang levelnya tidak begitu ketat. Dampaknya probabilitas kemenangan anak menjadi tinggi. Orangtua dan guru harus jeli dan rajin dalam memilih kompetisi yang akan diikuti anak-anaknya. Intinya adalah orang dewasa harus mempunyai kepedulian yang tinggi untuk mendampingi anak-anaknya.

Kegiatan pelayanan menggambar di TK Kamulan Yogyakarta ini dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Psikologi UP45, pada 26 April 2016. Mahasiswa yang terlibat adalah Wahyu Relisa dan Dewi Larasati. Keduanya adalah mahasiswa yang cemerlang dan senang dengan dunia anak-anak. Mereka sudah sering berkiprah dengan berbagai kegiatan pelayanan yang diinisiasi oleh para dosen Fakultas Psikologi UP45.

Apa yang istimewa dari kegiatan pelayanan ini? Hal yang terasa istimewa adalah kegiatan pelayanan ini telah berhasil menarik seorang sarjana yang bersedia menjadi guru tetap di TK Kamulan. Calon guru tersebut juga terlibat dalam kegiatan pelayanan tersebut. Selain itu, mahasiswa Dewi Larasati juga melamar menjadi guru tetap di sekolah tersebut. Pada beberapa waktu yang lalu, pengelola TK Kamulan memang membutuhkan tenaga guru. Hal ini berarti bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 sudah mampu berkiprah dalam dunia kerja meskipun ia belum lulus. Jenis pekerjaannya pun bergengsi, yaitu menjadi guru taman kanak-kanak. Semoga kegiatan pelayanan ini bisa berlangsung lama, sehingga banyak mahasiswa psikologi yang langsung terserap dunia kerja. 

Post a Comment

0 Comments