PEMBENTUKAN
KARAKTER, KREATIVITAS, DAN DAYA JUANG
PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UP45
Fx. Wahyu
Widiantoro
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Mahasiswa sebagai anggota dari sebuah lembaga pendidikan
tinggi dituntut untuk memiliki kemandirian dan tanggungjawab untuk
menyelesaikan tugas akademik yang telah ditetapkan guna mencapai kompetisi lulusan
yang diharapkan oleh perguruan tinggi yang menjadi almamaternya. Bagi
mahassiswa yang tidak memiliki kesiapan mental yang baik maka akan menemui
kesulitan dalam memenuhi tugas dan tanggungjawabnya. Beragam sikap mahasiswa
dalam merespon aktivitas belajar di bangku kuliah merupakan salah satu bentuk
respon terhadap situasi yang dipandang sebagai situasi yang penuh tantangan dan
tekanan. Hendaknya mahasiswa menjalankan tugas belajar sebagai tantangan dan
tanggungjawab yang harus diselesaikan sehinggga menjadi mahasiswa yang sukses
meraih gelar sarjana bahkan menyandang predikat cumlaude. Mahasiswa menjalani proses belajar sebagai penempaan
potensi diri untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik dengan sikap
kreatif dan berdaya juang
Kreativitas adalah proses penyatuan pengetahuan dari berbagai
bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide yang baru dan lebih
baik (West, M, 2000). Menurut Cambell (1986), dan Glover (1990), kreativitas
merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: baru (novelty), yang berarti inovasi, belum
pernah ada sebelumnya dan aneh; berguna (useful),
yang berarti lebih praktis, mempermudah, mengatasi kesulitan, dan menghasilkan
yang lebih baik; dimengerti (under-standable),
yang berarti hasil yang sama dapat dimengerti atau dipahami dan dapat dibuat
pada waktu yang berbeda. Rendahnya kreativitas pada mahasiswa ditunnjukkan
antaralain mahasiswa yang pasif dan tidak mempunyai semangat memunculkan
ide-ide kreatifnya dalam mengikuti kegiatan kuliah, kurangnya kemampuan yang
memadai dalam menulis karya ilmiah, kurangnya
ketertarikan mahasiswa dalam penelitian, kurangnya kemampuan akademis. Kondisi
kreativitas yang rendah bedampak pada mahasiswa tidak mampu melihat kemungkinan
bermacam-macam solusi penyelesaian masalahnya sehingga mahasiswa cenderung kurang
memiliki daya juang terhadap kesulitan yang terjadi di dalam mengatasi
masalahnya.
Daya juang menurut Stolt (1997) adalah kemampuan yang
dimiliki individdu untuk bertahan dalam menghadapi dan mengatasi segala kesulitan
yang terjadi dengan terus ulet dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan
seseorang untuk menggerakkan tujuan hidupnya ke depan yang merupakan tingkat
kemampuan untuk bertahan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi atau yang
dikenal sebagai daya juang diperkenalkan oleh Stoltz (2000) sebagai Adversity
Quotient. Menurut Stoltz (2000), orang yang adversity quotient-nya rendah, akan
tumbuh menjadi orang yang tidak mampu bertindak kreatif. Kecenderungan
mahasiswa memiliki daya juang rendah ditunjukkan dengan adanya sikap
prokratinasi karena tidak terbiasa dengan system kerja terjadwal dengan
pengaturan waktu terbatas serta adanya permasalahan pribadi yang berdampak pada
rendahnya motivasi belajar dan rendahnya prestasi belajar. Rendahnya daya juang
juga tampak pada orientasi yang lebih tertuju pada hasil bukan pada proses dalam
menjapai tujuan.
Pengembangan karakter kreatif dan ber-daya juang yang tidak
optimal sangat dimungkinkan dapat terjadi ketika proses pendidikan dan
pengajaran yang berlangsung di kelas kebanyakan dilakukan sebatas text book tanpa pengembangan ilmu yang
memadai. Terkadang para dosen melakukan pengajaran tanpa meng-update
perkembangan ilmu di bidangnya. Lebih ironis lagi jika ada akademisi atau para
dosen yang menganggap mengajar hanya sebatas kewajiban, yang jika sudah
terpenuhi jam yang ditentukan maka berakhir sudah kelas tersebut. Hal tersebut
akan berdampak pada banyaknya jumlah lulusan dari perguruan tinggi namun tidak
memenuhi kebutuhan kerja atau dunia industri yang sekarang ini terus
berkembang. Lulus dengan IP (indeks prestasi) yang tinggi, ternyata di dunia
kerja tidak mampu bersosialisasi, beradaptasi, dan berkomunikasi.
Mensikapi kondisi yang memprihatinkan dalam pendampingan
mental mahasiswa maka sudah selayaknya
apabila secara gigih setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar
untuk mengadakan perubahan ke sistem pengajaran yang lebih up to date sehingga menjadi kegiatan belajar dan mengajar yang
semakin bermakna. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan
yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien
dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam
menjalani era globalisasi.
Secara nyata seperti halnya yang diupayakan oleh Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 menyatakan siap mencetak tenaga kreatif dan
berdaya juang sehingga mahasiswa mampu bersikap dan berperilaku dalam
membawakan diri berkarya di bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan
bersama di masyarakat. Demikian diikrarkan pula oleh mahasiswa Fakultas
Psikologi UP45 ketika mengadakan acara rekreasi dan refleksi bersama di Candi
Gedong Songo dan Gedung Lawang Sewu, Semarang pada Minggu, 5 Juni 2016.
Realisasi pembangunan daya juang yang kuat adalah mahasiswa
Psikologi UP45 didorong untuk berperilaku lebih unggul daripada remaja-remaja
pada umumnya. Mahasiswa Psikologi UP45 didorong untuk tidak suka mengeluh di
media sosial. Mereka juga didorong untuk mengubah hal-hal yang tidak nyaman
dalam kehidupan sehari-hari menjadi sesuatu yang bermanfaat. Proses pengubahan
itu, tentu saja membutuhkan kreativitas. Semoga proses pendewasaan mahasiswa
Psikologi UP45 ini dapat terus berlangsung dengan lancar. Mahasiswa yang sudah
tercerahkan semoga ikut membimbing teman-teman lainnya yang belum tercerahkan.
Daftar
Pustaka
Campbell, D, (1986). Mengembangkan
kreativitas. Jakarta: Kanisius.
Glover, J. & Burning, R.H, (1990). Educational psychology: Principles and application. 3rd Edition. New York: Harper Collins
Publishers.
Stoltz, G. P., (1997). Adversity
quotient turning obstacles into oppurtunities. New York: John Willey &
Sons.
Stoltz, P.D., ( 2000). Adversity
quotient: Turning obstacles into opportunities. (Terjemahan), Jakarta: Grasindo.
West, M. (2000). Mengembangkan kreativitas dalam organisasi.
Jakarta: Kanisius,
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji