SERI
ALUMNI BERPRESTASI: ALUMNI PSIKOLOGI UP45
YANG
ALTRUIS
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Masalah
kemanusiaan di kalangan generasi milineal pada umumnya adalah menggalang dana
dari nitizen di seluruh dunia untuk suatu kegiatan sosial. Contoh kegiatan
sosial itu antara lain menyediakan air untuk penduduk yang mengalami kekeringan
karena musim kemarau melanda dengan hebatnya, atau menggalang dana untuk
membantu keluarga yang ditinggalkan oleh kepala keluarga dengan mendadak.
Kepala keluarga itu tewas secara mengenaskan karena dihakimi penduduk gara-gara
dituduh mencuri pengeras suara pada suatu rumah ibadah. Ada banyak kisah
tentang perilaku pro-sosial tersebut dan menjadi sangat populer di media massa
dan media sosial.
Persoalan
yang berhubungan dengan masalah kemanusiaan dan perilaku pro-sosial itu adalah
bahwa perilaku itu menjadi hits
setelah media maya mempublikasikannya. Bila tidak ada berita menyedihkan, maka
mungkin saja tidak ada gerakan kepedulian sosial itu. Pertanyaannya adalah,
apakah perilaku pro-sosial (altruis) itu harus menunggu terjadinya peristiwa
mengenaskan? Apakah tidak ada ide-ide dari generasi milineal untuk melakukan
aktivitas pro-sosial itu secara terus menerus?
Adalah
Teguh Kurnia, S.Psi., yang merupakan salah satu alumni berprestasi Prodi
Psikologi UP45. Beliau biasa dipanggil sebagai mas Kurnia. Mas Kurnia ini
adalah mahasiswa angkatan 2010/2011, dan lulus pada Mei 2014. Masa studinya
adalah 3½ tahun. Skripsinya berjudul “Hubungan antara Kohesivitas Organisasi
dengan Aktualisasi Diri pada Anggota Komunitas Dewasa Awal di Gereja X
Yogyakarta”. Skripsinya itu merupakan cerminan dari dirinya yang sangat ingin
mengimplementasikan ajaran-ajaran agamanya dalam perilaku sehari-hari.
Latar
belakang penelitian itu adalah bahwa mas Kurnia ini merupakan anggota dari
komunitas pada suatu gereja. Salah satu kegiatan komunitas itu adalah
membagikan nasi bungkus sekali dalam seminggu. Biaya pengadaan nasi bungkus itu
berasal dari kantung pribadi. Mas Kurnia merasa aneh, mengapa ada anak-anak
muda yang biasanya begitu konsumtif hidupnya, ternyata bersedia menyisihkan
sebagian uang sakunya untuk kegiatan altruis. Anak-anak muda itu bereksperimen
menyiapkan sendiri nasi bungkus itu, dan kemudian pada malam harinya membagikan
nasi bungkus itu pada orang-orang yang membutuhkan. Kegiatan itu berlangsung
terus-menerus selama beberapa tahun. Mas Kurnia mencoba menganalisis bahwa
perilaku altruis itu mungkin erat hubungannya dengan kebutuhan untuk
aktualisasi diri. Anak-anak muda itu bersedia menyediakan dan mengedarkan nasi
bungkus karena kuatnya ikatan pertemanan di antara mereka, atau biasa disebut
dengan kohesivitas organisasi. Semakin kuat kohesivitas organisasi, semakin
tinggi pula motivasi aktualisasi diri anggota komunitas tersebut. Begitulah kira-kira
hipotesis penelitiannya.
Hal menarik
dari penelitian itu adalah bahwa kegiatan pengadaan nasi bungkus itu dilakukan
terus-menerus secara rutin, dan tidak perlu menunggu datangnya suatu peristiwa
mengenaskan terlebih dahulu. Tentu saja, perilaku altruis semacam ini
membutuhkan dukungan iman yang sangat kuat dan teguh. Tidak heran bila mas Kurnia
ini nama depannya adalah Teguh. Mungkin orangtuanya memimpikan mas Kurnia
menjadi orang yang teguh imannya dan menjadikan kehadiran mas Kurnia
benar-benar menjadi karunia bagi orang-orang yang sedang menderita. Agaknya,
impian orangtuanya itu menjadi kenyataan. Memang, nama yang diberikan orangtua
pada anaknya adalah semacam doa agar anak itu membawa kebaikan bagi dirinya,
lingkungan sosialnya, dan bangsa secara makro (Budianta, 2017).
Tuhan
ternyata bekerja melebihi harapan umatNya. Mas Kurnia menjadi salah satu pembicara
di Seminar Nasional di Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah
Malang pada Februari 2015. Ia mempresentasikan dengan bangga, skripsinya
tersebut. Ia bersaing dengan puluhan sarjana psikologi lainnya di seluruh
Indonesia (Kurnia & Shinta, 2015). Publikasi mas Kurnia ini juga terbukti
sangat menolong proses akreditasi Psikologi UP45.
Setelah
lulus pada tahun 2014, mas Kurnia ini merasa tidak puas dengan ilmu yang
dimilikinya. Pada tahun yang sama, ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas
Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Prodi Magister Profesi jurusan klinis.
Tesisnya mempunyai topik yang menarik yaitu Penggunaan CBT untuk Menolong Penderita
Depresi. Lagi-lagi doa orangtua mas Kurnia manjur, karena topik tesisnya itu
merupakan sarana untuk kegiatan altruis (menolong penderita depresi).
Cita-citanya mas Kurnia setelah lulus dari S2 di Universitas Mercu Buana
Yogyakarta adalah menjadi psikolog di Rumah Sakit Umum di Kabupaten Malinau,
Kalimantan Utara, yang merupakan kampung halamannya. Semoga cita-citanya
terkabul.
Karakteristik
yang tidak terlupakan dari mas Kurnia ini adalah tidak pelit ilmu, senang dengan kebersihan (foto di bawah, ia sedang kumpulkan sampah bersama teman-teman di UP45) dan wajahnya
langsung merona merah bila ia marah atau malu. Maklum, kulitnya termasuk dalam
kategori putih. Karakternya selanjutnya adalah agak pendiam, suka menolong, dan
mudah dimotivasi untuk melakukan hal-hal yang baik. Satu hal yang tidak pernah
terlupakan oleh saya adalah bahwa ia sampai berdoa dua kali khusus untuk
meyakinkan dirinya bahwa saya adalah pembimbing skripsinya. Maklumlah, berdasarkan
gosip di kalangan para mahasiswa, saya adalah dosen pembimbing yang tidak
menyenangkan. Pengalaman spiritualnya luar biasa, melebihi para dosennya yang
terlalu banyak teori namun miskin implementasi. Pada titik inilah, sebenarnya
saya belajar banyak dari mas Kurnia tentang perilaku altruis dan masalah
spiritualitas, bukan sebaliknya. Kami para dosen sangat bangga, ternyata anak
muda seperti mas Kurnia adalah pejuang kemanusiaan.
Sumbangan
yang diberikan mas Kurnia selanjutnya juga sangat berharga, sebagai bentuk
kepeduliannya pada almamater. Ia bersedia menjadi dosen tamu pada matakuliah Metode
Penelitian, dan beberapa matakuliah tes psikologi seperti Tes Rorschach, tes
Wartegg, TAT, dan sebagainya. Pengampu utama matakuliah tes psikologi itu Eny
Rohyati, S.Psi., M.Psi. Mas Kurnia juga memberi masukan untuk perbaikan Prodi
Psikologi UP45. Masukannya antara lain:
Ø Materi
matakuliah Psikologi Klinis dan Psikologi Abnormal hendaknya lebih dikembangkan
dengan optimal. Contoh penerapan kedua matakuliah itu dalam kehidupan sehari-hari
perlu mendapatkan perhatian dari dosen pengampu. Agaknya mas Kurnia ini
mendapatkan siraman ilmu yang luar biasa di Universitas Mercubuana, sehingga ia
sangat mengharapkan para juniornya juga tidak ketinggalan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidangan klinis.
Ø Praktek
di Rumah Sakit Jiwa hendaknya semakin diintensifkan, karena pengalaman
berhadapan dengan pasien RSJ sangat berguna bagi para calon sarjana psikologi. Masukan
ini sangat berharga, karena sangat mengena. Para mahasiswa Psikologi UP45
memang merindukan kuliah lapangan di RSJ. Semoga masukan ini akan segera
terlaksana,
Sebagai
catatan, proses pengambilan data tentang alumni ini dilakukan pada 2 Oktober
2017, ketika serombongan alumni datang berkunjung ke Prodi Psikologi UP45. Kunjungan
para alumni itu menunjukkan perilaku cinta almamater. Adapun pengelola kegiatan
tracer sudy (jejak alumni) ini adalah Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA., dosen
Prodi Psikologi UP45 yang paling gigih mengulik alumni. Kepiawaian mengulik
alumni inilah yang menjadi dasar terbitnya tulisan seri alumni berprestasi ini.
Kunjungan para alumni ini juga berkat tangan dingin Dewi Handayani, S.Psi.,
M.Psi., yang kebetulan menjadi Wakil Rektor II UP45. Sungguh menyenangkan
mempunyai 2 dosen yang peduli pada keberlanjutan Prodi Psikologi UP45. Semoga
tulisan-tulisan tentang seri alumni berprestasi ini akan terus berlanjut.
Daftar
Pustaka:
Budianta, E. (2017). Membangun bangsa berbudi. Kompas. 14 Oktober, halaman 7.
Kurnia, T. & Shinta, A. (2015). Hubungan antara
kohesivitas organisasi dengan aktualisasi diri pada anggota komunitas pemuda
gereja.. National Seminar Proceeding.
Malang: Psychology Forum Direktorat Program Pascasarjana, University of
Muhammadiyah Malang, page 396-400. February. ISBN. 978-979-796-324-8.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji