KABUPATEN SLEMAN GOES TO ADHIPURA
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
dan
Ai Siti Patimah
Pusat Studi Lingkungan Hidup, Universitas Papua, Manokwari,
Papua Barat
Bersih pangkal
sehat. Itulah kata-kata mutiara yang selalu terngiang-ngiang di benak Pak Joko
Triwaluyo. Pak Joko adalah pimpinan TPS (Tempat Pengolahan Sampah) Randu Alas
di Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Nama Randu
Alas berasal dari pohon randu yang sangat besar dan tumbuh di dekat TPS
tersebut. TPS Randu Alas diresmikan pada Februari 2016, namun pembangunan
gedung dimulai pada akhir 2015. TPS didirikan karena pada 2015 dan sebelumnya,
sangat banyak warga yang menderita demam berdarah. Kondisi di desa Sardonoharjo
pada saat itu sangat memprihatinkan. Sampah bertebaran di pinggir jalan-jalan
desa, karena warga membuang sampah sembarangan. Tidak sedikit warga yang
membuang sampah begitu saja di kebun-kebun. Kondisi buruk tersebut mengundang
nyamuk, sehingga tidak heran bila warga silih beranti menderita penyakit demam
berdarah.
Sebagai salah
satu perangkat desa, Pak Joko memutar otak untuk mengatasi kondisi buruk di
desanya. Dia kemudian mengunjungi DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kabupaten Sleman
dan mendapatkan pencerahan serta pengarahan. Pimpinan DLH mengarahkan agar Pak
Joko mendirikan Bank Sampah. Untuk belajar lebih jauh tentang Bank Sampah, Pak
Joko mengadakan studi banding ke Bank Sampah Permata di Pakem Kalasan
Yogyakarta. Berbekal proposal sederhana, Pak Joko mendaftarkan calon Bank
Sampah untuk Desa Sardonoharjo. Hal yang mengejutkan adalah proposal Bank
Sampah ditolak, namun Pak Joko justru diberi mandat yang labih besar yaitu
mendirikan TPS. Berbekal pengarahan dari DLH dan juga tanah kas desa, maka
berdirilah TPS Randu Alas. Untuk mengoperasikan TPS Randu Alas, Pak Joko
dibantu oleh tiga tetangganya yang juga peduli pada kebersihan desa. Mereka
adalah Pak Tujono, Pak Heru Sumitro, dan Pak Waris Sudono.
Pemahan tentang
pengolahan sampah yang ramah lingkungan ternyata kurang dimiliki oleh Pak Joko
dan teman-temannya. Mereka tidak menyerah. Mereka mengikuti
berbagai kursus dan berkonsultasi dengan pakar
tentang pengolahan sampah yang ramah lingkungan. Contoh kursus yang pernah
diikuti oleh Pak Joko dan teman-teman adalah Pengolahan Sampah Plastik dan
Pengenalan Bioplastik oleh FMIPA UNY Yogyakarta, beberapa waktu yang lalu. Akhirnya
Pak Joko dan teman-temannya mahir mengolah sampah organik yakni dengan membuat
kompos. Peralatan pembuatan kompos juga diusahakan Pak Joko dengan susah payah
yakni alat pemotong daun, pengayak kompos, termometer untuk mengukur suhu
kompos. Melihat keseriusan Pak Joko dan teman-teman, maka ada beberapa pihak
yang simpati sehingga menyumbangkan timbangan. Timbangan itu berguna untuk
menimbang kompos yang sudah siap dipasarkan, menimbang sampah-sampah anorganik
yang akan dijual ke pengepul, dan menimbang sampah residu yang akan dibuang ke
TPA Piyungan. Sampah-sampah tersebut harus ditimbang, karena berhubungan dengan
uang. Sebagai contoh, kompos dijual dengan harga Rp. 1.000,- / kg. Peralatan lain
yang juga tersedia yaitu kendaraan TOSA untuk mengambil sampah warga. Di TPS
tersebut ada 2 kendaraan TOSA.
Dibanding sampah
organik, sampah jenis anorganik lebih sulit pengelolaannya. Pengelolaan yang
dilakukan di TPS Randu Alas adalah dengan sistem pemilahan manual. Jadi setiap
hari – kecuali Minggu – Pak Joko dan teman-temannya harus memilah sampah
plastik putih bening, plastik berwarna, kertas, kaca, sampah B3 (bahan
berbahaya), kertas tisu, serta popok bayi dan lansia. Sampah anorganik itu harus
dipilah karena pengepul tidak bersedia menerima sampah tercampur baur. Sampah
yang tidak dibeli oleh pengepul akan dikumpulkan dan dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Piyungan.
Apa saja jenis
sampah yang ada di TPS Randu Alas? Keberadaan TPS Randu Alas sangat strategis. Sekitar
1 km sebelah utara TPS, terletak kampus UII yang sangat mahsyur. Dampaknya adalah
daerah-daerah di dekat kampus UII telah dipenuhi oleh rumah pondokan. Para penghuni
rumah pondokan itu pada umumnya berasal dari daerah perkotaan. Jadi, meski
letak TPS Randu Alas masih di desa, namun mayoritas warganya mempunyai gaya
hidup seperti orang kota. Jenis sampah yang dihasilkan juga sampah orang-orang
kota. Contoh sampah orang-orang kota adalah kertas HVS, botol kemasan, kemasan
makanan, dan sampah-sampah lainnya yang cenderung sulit untuk terurai di alam. Oleh
karena itu TPS Randu Alas sering disebut dengan TPS penyangga kota.
Selain
sampah-sampah kota, jenis sampah lainnya yang ada di TPS Randu Alas yakni
sampah organik (garden waste) yang
banyaknya sekitar 13%-15%, sampah plastik (30%-40%), dan sampah residu (50%). Sampah
residu itu kemudian dibuang ke TPA Piyungan.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji