Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENGATASI KLITHIH


IMPLEMENTASI MOU UP45 DENGAN RADIO SONORA YOGYAKARTA

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Orang-orang di perguruan tinggi sering disalahkan oleh masyarakat luas karena terlalu nyaman duduk di menara gading. Hal itu berarti bahwa masyarakat menganggap bahwa orang-orang di perguruan tinggi hanya belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan saja dan abai terhadap berbagai persoalan nyata di masyarakat. Orang-orang di perguruan tinggi memang piawai menjelaskan fenomena klithih beserta cara-cara mengatasi dan rehabilitasi bagi pelaku dan keluarganya. Persoalannya adalah para dosen dan mahasiswa lebih sering ’bermain aman’ bila menangani masalah-masalah sosial. Barmain aman pun dilakukan dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat dan penelitian. Jadi bila jadwal pengabdian dan penelitian tersebut selesai, maka selesai pula interaksi orang-orang perguruan tinggi dengan berbagai persoalan masyarakat. hasil pengabdian dan penelitian pun juga hanya akan menjadi hiasan / asesori di perpustakaan / menjadi laporan pertanggung jawaban keuangan bagi para pendonor.


Persoalan bagi orang-orang perguruan tinggi tersebut pada umumnya merupakan langkah antisipasi bila mereka dituduh melakukan hal-hal tercela. Hal-hal tercela tersebut antara lain korupsi / penyimpangan keuangan kegiatan dan molornya kegiatan pengambilan data karena kemalasan. Oleh karena para dosennya lebih senang ‘bermain aman’ maka mahasiswanya juga melakukan perbuatan serupa. Tengoklah, berbagai penelitian skripsi mahasiswa hanya menjadi pajangan bagi perpustakaan. Salahkah dosen dan mahasiswa?

Dosen dan mahasiswa yang sering ‘bermain aman’ dalam melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, sebenarnya tidak terlalu salah. Mereka juga dituntut oleh regulasi yang ketat, baik dari Pemerintah (Kementerian Ristek & Dikti) serta perguruan tinggi tempat mereka berkarya. Meskipun demikian, dosen dan mahasiswa adalah bagian dari masyarakat, sehingga sudah sepantasnya mereka aktif menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat. Contoh persoalan yang sedang menggelisahkan masyarakat adalah klithih. Klithih merupakan aksi kriminal yang dilakukan oleh anak-anak remaja. Penyebab klithih yakni keluarga yang tidak harmonis, remaja salah mencari teman, dan kegagalan akademis. Jadi mungkin saja pelaku klitihih itu adalah mahasiswa sendiri atau anak dosen. Begitu juga dengan korbannya, yang mungkin saja adalah dosen / mahasiswa.

Bagaimana cara dosen dan mahasiswa terlibat dalam pencegahan klitih dalam kehidupan sehari (tanpa perlu melakukan kegiatan pengabdian masyarakat / penelitian)? Sederhana saja, dosen dan mahasiswa bisa aktif berpartisipasi melakukan ronda keliling perumahan / kampung. Kegiatan ronda yang intensif bisa mengamankan perumahan / perkampungan, sehingga remaja-remaja yang sering keluar pada larut malam / pulang dini hari bisa terpantau dengan baik. Para peronda memang tidak bisa mendamaikan keluarga yang tidak harmonis, namun laporan dari peronda bisa membuat keluarga paling tidak mengetahui bahwa anaknya kemungkinannya terlibat dalam pergaulan yang sesat. Ini penting karena orangtua kadang kala tidak mengetahui bahwa anaknya terlibat dalam aksi klithih. Mereka memandang anaknya baik-baik saja.

Selanjutnya perguruan tinggi juga bisa berperan aktif mengatasi klithih dalam kegiatan pencegahan. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya memberikan ceramah parenting, ikut mendampingi anak-anak remaj dalam menyelesaikan tugas sekolah, mendampingi remaja dan pengurus kampung dalam membuat blogsite / web site / majalah yang mempublikasikan kegiatan kampung, melakukan pendidikan karakter, mengolah sampah sehingga lingkungan menjadi bersih, dan sebagainya. Selanjutnya mengenai rehabilitasi pelaku klithih, bisa dilakukan oleh para psikolog di kampus-kampus.

Adapun punggawa siaran kali ini adalah Ibu Dewi Handayani Harahap, S.Psi., M.Psi., Bapak M. Noviansyah Aridito, S.Pd., M.Sc. dan Ibu Arundati Shinta. Ibu Dewi selain sebagai dosen psikologi UP45 juga menjadi Wakil Rektor II. Bapak Dito menjadi Kaprodi Teknik Lingkungan UP45 juga menjadi pejabat Ketua LPPM UP45. Ibu Dewi terlibat dalam kegiatan siaran kali ini karena beliau sering memberi instruksi mahasiswa untuk terjun ke masyarakat yang sedang membutuhkan penanganan psikologis. Bapak Dito terlibat dalam kegiatan siaran ini karena beliau bisa mengarahkan para dosend an mahasiswa untuk melakukan pengabdian apda masyarakat. selain itu, Bapak Dito juga terlibat aktif dalam program siskamling / ronda di perumahan tempat tinggalnya. Kegiatan ronda bisa mencegah terjadinya klithih, paling tidak di lokasi perumahannya.

Tulisan ini adalah laporan dari pelaksanaan kerjasama antara UP45 dengan Radio Sonora Yogyakarta. Siaran dengan Radio Sonora ini berlangsung pada 11 Februari 2020, pukul 11.00-12.00. Pada siaran kali ini, pertanyaan yang datang dari para pendengar jumlahnya sangat banyak (12 pertanyaan), mengingat nara sumbernya piawai dalam mengantarkan pesan-pesannya. Pertanyaan yang dijawab adalah dari:

Ø  Ibu Maya di Babarsari Yogyakarta, yang menanyakan tentang epran dunia pendidikan dalam mengatasi klithih.
Ø  Bapak Wahyu yang menelepon langsung dan juga mengirimkan SMS. Beliau menyarankan agar para orangtua ikut mengecek isi HP anak, untuk memantau pergaulan anak.
Ø  Ibu Nyai di Sleman, yang menanyakan tentang sejauh mana UP45 mengatasi klithih mengingat mahasiswa UP45 banyak yang berasal dari luar Jawa.
Ø  Ibu Widia yang menanyakan tentang pendampingan orangtua trehadap anak.
Ø  Bapak WR yang menanyakan tentang wujud nyata perguruan tinggi untuk mengatasi klithih.

Post a Comment

0 Comments