Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MAKSIMALKAN HIDUP DENGAN MANAJEMEN WAKTU



Singgih Purwanto
Time is money istilah yang sering kita dengar. Waktu adalah uang sering diucapkan banyak orang. Begitu berharganya waktu, dengan waktu setiap orang bisa berusaha dan beraktifitas seperti yang diinginkan. Waktu itu gratis, kata itu memang benar adanya, namun sesungguhnya setiap orang tidak akan dapat mengetahui kapan waktu pada dirinya itu terhenti, karena yang mengetahui itu hanyalah Sang pencipta. Kemudian timbul pertanyaan tentang Bagaimana cara seseorang memanage waktu (memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya) yang kapan saja bisa terhenti.
Mencoba berasosiasi, seorang guru yang sedang mengajar di dalam kelas, guru tersebut membawa sebuah ember besar. Kemudian ditaruhlah batu-batu besar ke dalam ember hingga batas atas bibir ember. Dia bertanya pada murid-muridnya, “Apakah ember tersebut penuh?” spontan semua murid menjawab, “ya”. Kemudian guru tersebut menegaskan, “yakin?”. Lalu diambillah kerikil dan dimasukkan dalam ember tesebut, kemudian dia mengocok ember tersebut. Ternyata kerikil- kerikil tersebut masih bisa masuk dalam ember melalui celah-celah batu.
Dosen bertanya kembali pada murid-muridnya, “Apakah ember tersebut penuh?”. Saat itu murid-muridnya menjawab, “Mungkin tidak.” “bagus”. Diulanginya kembali oleh guru tersebut dengan membawa sekantong pasir, lalu dituanglah pasir tersebut ke dalam sela-sela batu dan kerikil. Sekali lagi guru itu bertanya,”Apakah ember penuh?” serentak seisi kelas meneriakkan, “tidak!”. “Bagus”. Kemudian guru itu melanjutkan mencari benda lain untuk terus memenuhi ember tersebut.
Inti dari gambaran di atas, jika benda yang lebih kecil dimasukkan terlebih dulu, maka benda yang lebih besar tidak akan bisa masuk ke dalam ember tersebut. Lalu bertanyalah pada diri sendiri, “Batu besar” apa dalam kehidupan manusia? Kemudian pastikanlah bahwa batu besar itu menjadi prioritas utama (yang pertama kali masuk dalam ember). Misalkan saja pada kehidupan yang sesungguhnya, batu besar itu adalah keluarga. Batu-batu besar yang lain seperti pekerjaan ataupun kuliah, ibadah, teman, hobi, kesehatan yang tentunya menghabiskan banyak ruang.

Beralih pada hal yang lebih kecil, yaitu kerikil. Pada kehidupan sesungguhnya bisa diibaratkan sebagai sesuatu hal yang hanya dilakukan beberapa menit dan itu pun tidak ada setiap hari, seperti tugas kuliah, organisasi, liburan, menpelajari hal yang baru dan sebagainya. Selanjutnya pasir adalah hal-hal kecil untuk menyesuaikan hal lainnya yang sebelumnya terisi dalam ember.
Lain kata, ember adalah ibarat waktu. Kemudian ubahlah batu, kerikil, dan pasir tadi ke dalam jam, menit, dan detik. Lalu sinkronkan (pertemukan) pada skala prioritas dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk setiap prioritas tersebut. Perlu diingat adalah memastikan batu-batu besar tersebut menjadi prioritas utama. Hal penting lain adalah jika hal-hal kecil didahulukan dalam prioritas waktu, maka kehidupan ini akan terisi dengan melakukan hal-hal yang kecil saja. Dengan kata lain, hidup tidak akan maksimal  karena tidak mempunyai waktu untuk melakukan hal yang besar dan bermanfaat bagi kehidupan.
Inti dari tulisan ini adalah dahulukan hal-hal yang pokok dalam prioritas waktu, kemudian ikutilah dengan hal-hal penunjang lainnya yang lebih kecil. Dengan demikian waktu dapat dimaksimalkan dan selanjutnya hidup pun menjadi lebih maksimal.

Post a Comment

1 Comments

  1. Menurut pendapat saya, tulisan ini bukan manajemen waktu tetapi lebih kepada strategi menetapkan prioritas. Kalau manajemen waktu sih diskusinya ya tentang bagaimana kita harus rajin (istilahnya industrious), tidak boleh menunda-nunda tugas. Benar kan mas Singgih? Jawabannya saya tunggu lho.

    ReplyDelete

Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji