Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

WHEN THERE’S A WILL, THERE’S A WIN DALAM AJANG TAE KWON DO YUTI



Arni Dewi Boronnia
Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Arni (kiri) ketika Penerimaan Perak
Pada tanggal 2-4 November 2012 lalu, saya mengikuti kejuaraan Tae Kwon Do YUTI Best of the Best tingkat nasional di Jakarta. Dalam rangka pemenuhan kegiatan petualangan International Award for Young People, saya juga menjadikan kejuaraan kali ini sebagai kegiatan petualangan saya.
Pada tanggal 2 November 2012, saya pergi menuju Jakarta dengan menggunakan pesawat karena mengejar teman-teman tim saya yang telah berangkat sehari sebelumnya. Saya menyusul karena saya harus mengikuti ujian terlebih dahulu di kampus pada pagi harinya.  Saya tiba di apartemen tempat menginap semua peserta kejuaraan pada sore harinya. Saya langsung menuju tempat penimbangan berat badan karena hari itu adalah jadwal penimbangan seluruh peserta. Saya termasuk dalam kategori kyorugi senior putri kelas under 67 kg, namun karena saya belum sempat makan dan kurang istirahat, berat badan saya kurang 2 ons untuk mencapai batas minimum kategori kelas saya. Kemudian saya berusaha mengakalinya dengan banyak minum air mineral dan akhirnya saya mencapai batas minimum kategori kelas saya.
Setelah penimbangan, saya memasukkan barang-barang saya ke dalam kamar. Saya berbagi kamar dengan teman-teman dari Sumatera Barat. Kemudian setelah menata barang-barang, saya bergegas keluar untuk berlatih bersama teman-teman tim dari Jogja di halaman depan apartemen. Setelah berlatih saya kembali ke kamar untuk mandi dan makan. Mendekati jam tidur, saya dan teman-teman serta pelatih tim Jogja melakukan briefing singkat mengenai pertandingan esok hari dan saya adalah salah satu yang bertanding pada esok hari.
Pada tanggal 3 November 2012 pagi, saya mempersiapkan peralatan bertanding dan tidak lupa sarapan. Selanjutnya saya dan tim Jogja berkumpul di halaman depan apartemen untuk briefing dan pengecekan alat. Kemudian para peserta berangkat menuju tempat bertanding dengan menggunakan bus. Sesampainya di tempat pertandingan, kami langsung memilih tempat yang dirasa pas di bagian ujung tribun penonton. Saya dan para atlit lain yang bertanding hari itu kemudian langsung melakukan pemanasan dan latihan singkat di atas matras pertandingan atau di matras di samping tempat bertanding yang telah disediakan. Setelah dirasa cukup, kami semua kembali ke tribun untuk menonton pembukaan pertandingan.

Mendekati giliran pertama saya untuk bertanding, saya agak kerepotan mencari sarung kaki, karena untuk pertandingan kali ini menggunakan sistem DSS (Digital Scoring System) sehingga membutuhkan sarung kaki yang memiliki sensor di bagian dalamnya sebagai perlengkapan pertandingan. Karena belum memiliki, saya memutuskan untuk membeli baru di kios peralatan pertandingan Tae Kwon Do di sekitar venue. Di pertandingan pertama ini ternyata saya mendapat keberuntungan karena saya dapat memenangkan pertandingan dengan WO (tidak ada lawan). Kemudian pada pertandingan kedua, saya menghadapi lawan dari Sumatera dan berhasil memenangkan pertandingan dengan hasil yang cukup signifikan. Pada pertandingan final, saya berhadapan dengan seorang atlit nasional. Hasil pada ronde pertama dan kedua adalah imbang namun saat ronde terakhir saya sudah sangat kelelahan dan kemudian saya menyerah kalah dengan poin yang berselisih sedikit. Pada akhir pertandingan hari itu dilaksanakan pula pengalungan medali dan saya mendapatkan medali perak.
Pada hari kedua pertandingan yaitu tanggal 4 November 2012, saya sudah tidak bertanding. Saya membantu manajerial dan membantu persiapan pertandingan teman-teman. Saya juga mencatat perolehan skor masing-masing pertandingan di beberapa spot pertandingan. Dalam kejuaraan kali ini, mungkin saya tidak mempersiapkannya dengan sangat maksimal karena kesibukan di kampus sehingga fisik saya tidak begitu kuat hingga akhir ronde pertandingan terakhir. Yang saya miliki hanya keinginan untuk menampilkan yang terbaik yang saya miliki saat itu. Saya bertanding dengan tanpa beban dan tidak bernafsu untuk memperoleh medali. Saya hanya ingin bertanding dengan maksimal. Dan karena kemauan keras saya dalam usaha bertanding sebaik mungkin, saya berhasil mendapatkan hasil yang tidak buruk. Medali perak kali itu menyadarkan saya untuk yang kedua, bahwa pepatah when there’s a will, there’s a way adalah salah. Saya meyakini bahwa when there’s a will, there’s a win. Semoga dengan tulisan ini, pembaca dapat tersadarkan bahwa kemauan yang keras adalah suatu kekuatan yang besar untuk mencapai suatu goal sehingga  menghasilkan kemenangan.

Post a Comment

0 Comments