Ratna
Kanyaka Budi Utami
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Regulasi diri adalah
kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Menurut Schunk (dalam
psychologymania.com 2012) regulasi diri adalah suatu proses yang mengaktivasi
pikiran, perilaku dan perasaan yang terus menerus dalam mencapai tujuan.
Individu mengontrol diri sendiri dalam mencapai keinginan yang diraih. Regulasi
diri merupakan proses dimana individu dapat mengatur pencapaian dan aksi mereka
(Friedman & Schustack, dalam Sari 2013). Individu dapat menentukan target,
lalu mengevaluasi target dan memberi reward
karena sudah mencapai target tersebut.
Lalu bagaimana regulasi
diri pada anak-anak? Regulasi diri anak yaitu kemampuannya untuk aktif berperilaku
berdasarkan pemikiran dan emosi yang matang (dalam Depe, 2010). Anak dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak. Meliala (2011) mengemukakan bahwa
anak-anak harus diajarkan pengendalian diri sejak dini sehingga mampu
membuat keputusan sendiri. Anak akan belajar bertanggung jawab atas tindakan
mereka. Anak akan terbiasa untuk mengontrol dirinya sendiri dalam melakukan
berbagai kegiatan seperti belajar dan bermain.
Cara untuk menumbuhkan
regulasi diri pada anak adalah membiasakan sikap disiplin sejak dini (dalam
Utami, 2013). Pola asuh situasional dapat menumbuhkan regulasi diri pada anak
sejak dini (Utami, 2013). Pola asuh
situasional merupakan pola asuh yang otoriter namun demokratis. Ada kalanya
orangtua tegas pada anak dan ada kalanya anak menentukan pilihannya sendiri
selagi itu positif. Selain peran orangtua, peran lingkungan juga mempengaruhi
regulasi diri anak. Lingkungan tempat bermain, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat menjadi faktor berkembangnya regulasi diri pada anak.
Anak mengalami kesulitan
dalam mengendalikan perilaku dan perasaannya dalam menjalankan rutinitas
sehari-hari. Contoh rutinitas tersebut seperti; makan, tidur dan sekolah. Beberapa tanda anak ketika mengalami
kesulitan regulasi diri adalah sulit konsentrasi, terlihat murung, tidak
tertarik untuk bermain dengan teman-temannya, dan menjadi mudah kecewa (dalam kidsmatter.edu.au,
2012).
Regulasi diri pada anak
bukan hal yang instan. Melatih regulasi diri anak merupakan proses yang
berkelanjutan. Anak harus dilatih secara konsisten karena menyangkut
ketrampilan emosi, berpikir dan berperilaku. Ketiga hal tersebut akan membentuk
karakter anak. Depe (2010) berpendapat anak harus dibimbing untuk mampu
mengidentifikasi, mengelompokkan, dan juga menganalisa yang menjadi dasar dalam
proses kognitifnya. Regulasi diri anak sangat penting. Regulasi diri anak sangat
bermanfaat ketika anak menjalin relasi sosial dan berinteraksi dengan orang
lain.
Daftar
pustaka
Depe, Y. (2010). Regulasi
diri. Retrieved on November 15, 2013 from
Ferlinta, N. (2013). Regulasi diri. Retrieved on November
11, 2013 from
Kidsmatter.edu.au
(2012). How
self-regulation difficulties affect children. Retrieved on
November 15, from
Meliala,
A. (2011). Mengerjakan pengendalian diri
kepada anak-anak. Retrieved on November 15, 2013 from
Psychologymania.com
(2012). Regulasi diri. Retrieved on
November 15, 2013 from
Utami, B. (2013). Regulasi
diri pada anak usia dini. Retrieved on November 15, 2013
from
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji