Restu Wahyuningtyas
133104101042
Psikologi Sosial (pertemuan 4)
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Bekerja sudah
menjadi kegiatan sehari-hari orang dewasa yang wajib dilakukan. Orang-orang wajib bekerja karena ingin
mendapatkan penghasilan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Mengenai kebutuhan hidup individu telah dikemukakan oleh Maslow (1943, dalam
Fisher, 1982, dalam Shinta 2002) dalam teorinya yang terkenal Hierarchy of Needs. Dalam teori tersebut dikemukakan mengenai
lima kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarkhis, yaitu kebutuhan fisik yang
mendasar, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki (belongingness), kebutuhan akan rasa
harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Upaya untuk memenuhi kebutuhan individu
salah satunya adalah dengan bekerja.
Individu akan
bekerja dengan keras agar dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal. Perilaku bekerja dengan keras tersebut sesuai
bila dikaitkan dengan teori motif sosial yang dikembangkan oleh McClelland, Atkinson,
Clark, dan Lowell pada tahun 1953 (dalam Fisher, 1982: 39, dalam Shinta, 2002:
65) ada tiga macam dorongan yang
mendasari perilaku manusia yaitu nACH, nAFF, dan Npow.
Need for achievement (nACH)
yaitu dorongan yang kuat dari individu untuk menyelesaikan tugas dengan
hasil yang terbaik. Dengan motivasi ini individu akan bekerja dengan melakukan
yang terbaik yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Misalnya pada pekerjaan dibidang marketing, ketika
individu mampu memenuhi target yang diberikan padanya atau bahkan bisa melebihi
target maka dia akan mendapatkan tambahan penghasilan yang berupa insentif
Need for Affiliation (nAFF) yakni dorongan individu untuk
berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang menyenangkan dan juga untuk
memelihara rasa afeksi. Motivasi ini
digunakan untuk dapat berinteraksi dengan baik dan menyenangkan terahadap orang
lain. Disini saya memberikan contoh pada pekerjaan pelayanan umum, misalnya teller bank. Seorang teller
bank dituntut untuk dapat selalu ramah dan murah senyum kepada
nasabahnya. Agar tuntutan tersebut dapat
terpenuhi maka akan lebih menyenangkan dalam bekerja jika teller tersebut memiliki motivasi nAFF. Hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan dari
teori Maslow adalah terpenuhinya tingkat kebutuhan yang ketiga yakni rasa
cinta, ingin dimiliki dan memiliki. Dimana dia akan dipuaskan dalam mengadakan
hubungan sosial.
Dorongan yang
terakhir adalah need for power,
dorongan ini melibatkan keinginan yang kuat dari individu untuk mengontrol orang
lain dan mempengaruhi situasi sosial. Motivasi ini lebih sering terlihat pada
individu yang bekerja pada tingkat koordinator atau yang memiliki bawahan. Hal ini karena para koordinator memiliki
tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk mengontrol pekerjaan
bawahannya. Motivasi ini dapat memenuhi kebutuhan Maslow tingkat kedua yaitu
keamanan dan keempat yaitu rasa harga diri.
Berdasarkan uraian
diatas, ketika individu mampu menerapkan teori motivasi maka individu akan
dapat menciptakan interaksi sosial yang sehat pada lingkungan dan orang –orang
disekitarnya. Dimana interaksi sosial
dapat terjadi jika terdapat hubungan antara individu satu dengan individu lain,
individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi
terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik (Walgito, 1994)
Prediksi saya
dengan memiliki motivasi yang telah dikemukakan McClelland maka akan lebih
mudah dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Karena pekerjaan yang dilakukan berdasarkan keinginan dari diri sendiri
sehingga dalam bekerja akan lebih menyenangkan.
Pengendalian yang
mungkin dilakukan dengan memiliki motivasi McClelland adalah individu mampu
mengendalikan pekerjaan saat kondisi dan situasi kerja kurang menguntungkan
bagi diri individu.
Daftar
Pustaka:
Shinta, A. 2002. Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta:
Universitas Proklamasi 45
Walgito, B.1994. Psikologi
Sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit ANDI OFFSET