Restu
Wahyuningtyas
132104101042
Psikologi
Umum 2 (pertemuan 5)
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Kegiatan belajar
tidak terlepas dari membaca. Menurut
Abdurrahman (2012) untuk menunjang kegiatan belajar diperlukan kemampuan
membaca untuk menguasai berbagai bidang studi. Kebutuhan kemampuan membaca
benar-benar saya rasakan ketika saya
duduk dibangku sekolah menengah, seorang
guru bahasa Indonesia selalu memberikan tugas kepada siswanya untuk membaca
materi pelajaran selama lima menit. Setelah waktu lima menit habis siswa
diminta untuk menutup buku yang dibaca kemudian guru tersebut akan memberikan
beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Tujuan guru bahasa Indonesia tersebut memberi
tugas membaca adalah untuk mengukur kemampuan membaca, kecepatan membaca dan
pemahaman bacaan pada siswa.
Menurut
Sattler (1988 dalam Kumara,dkk., 2014)
membaca adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan berbagai macam fungsi
kognitif, yaitu perhatian, konsentrasi, kemampuan membuat asosiasi terhadap
informasi yang diperoleh melalui berbagai modalitas, kemampuan melakukan decoding secara cepat, pemahaman verbal,
dan intelegensi umum. Komponen kognitif
yang menentukan kemampuan untuk memusatkan perhatian dan berkonsentrasi adalah
memori jangka pendek dan kecepatan
memproses informasi (Konold, Juel dan McKinnon, 1999 dalam Kumara, dkk., 2014).
Pemberian tugas oleh guru bahasa Indonesia tersebut sesuai bila dikaitkan
dengan pendapat para ahli tersebut.
Karena kegiatan membaca tersebut melatih kemampuan membaca yang
melibatkan daya pikir/kognitif siswa.
Prediksi saya atas
pemberian tugas membaca dari guru bahasa Indonesia tersebut adalah siswa akan
memiliki kemampuan membaca dengan baik sehingga pemahaman pada bacaan juga
lebih baik. Oleh karena itu siswa harus
belajar membaca agar dapat membaca untuk belajar (Lerner, 1988:349 dalam
Abdurrahman,2012: 157). Pemberian tugas membaca tersebut merupakan sarana
latihan membaca pada siswa. Harapannya siswa mampu menerapkan yang sama ketika
membaca materi pelajaran lain.
Pengendalian agar
siswa mampu menerapkan cara membaca yang telah dilatihkan saat pelajaran bahasa
Indonesia adalah dengan memberi nilai tambah pada siswa yang mampu menjawab
pertanyaan guru. Selain nilai tambah guru bisa memberikan waktu luang kepada
siswa untuk belajar di luar kelas, misalnya kegiatan belajar diadakan di
perpustakaan. kegiatan terasebut merupakan salah satu bentuk reward kepada
siswa karena siswa mampu menyelesaikan tugas membaca dan mampu memahaminya. Pemberian tugas membaca tersebut merupakan
pembentukan perilaku pada siswa dengan kebiasaan. Seperti yang diungkapkan Walgito (2005) bahwa
perilaku merupakan perilaku yang dapat dibentuk, dapat dikendalikan, karena itu
dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses belajar.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, M. (2012). Anak berkesulitan belajar: Teori, Diagnosis
dan remediasinya. Jakarta: RINEKA
CIPTA
Kumara, A., Wulansari, A. J, Rustam,
A., Andriana, E., Tronoyudo, E. A.,
Sessiani, L. A., Yosef, G.L., Jannah, M. Veranika, M. S., Murini, Santoso, S.,
(2014). Kesulitan berbahasa pada anak.
Yogyakarta: Kanisius
Walgito, B. (2005). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta:
Penerbit ANDI