DENGAN
TEMA ”FENOMENA TINDAK KEKERASAN DI KALANGAN REMAJA”
Fx.
Wahyu Widiantoro
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Talk Show yang telah terlaksana merupakan agenda rutin tiap
semester dan mengakhiri kegiatan perkuliahan semester genap 2017.Fakultas Psikologi
memiliki peranan penting dalam pengkajian fenomena-fenomena yang terjadi di
masyarakat.Saat ini masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta dihadapkan pada
peningkatan kasus kekerasan di kalangan remaja.Remaja adalah fase transisi dari
fase anak-anak menuju fase dewasa awal.Pada tahap perkembangan ini individu
cenderung memiliki kontrol diri yang rendah. Kontrol diri yang rendah dari
individu berpotensi pada pelampiasan akan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan
perilaku agresif.
Tujuan yang ingin dicapai tentu adalah meningkatkan
pengetahuan tentang proses kenakalan remaja dan berupaya mencegah terjadinya
kekerasan di kalangan remaja. Acara dihadiri oleh 250 peserta yang terdiri antara
lain dari siswa SMA PIRI, SMA N Banguntapan, SMK PIRI, mahasiswaUIN, UGM, USD, guru,
dosen, aktivis LSM, dan masyarakat umum. Pelaksanaan pada hari Sabtu, 29 Juli
2017, pukul 08.00-12.00, di Ruang Seminar
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Bapak Ir. Bambang Irjanto, MBA., sebagai Rektor Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta dalam sambutannya menyatakan kekhawatiran terhadap pengaruh
tindak kekerasan dikalangan remaja khususnya mahasiswa dan siswa SMA.Hasil
nyata dari program pendampingan remaja yang telah dilakukan oleh UP45 antara
lain dengan adanya mahasiswa yang menerima penghargaan IAYP (International
Award for Young People) oleh Rektor. Mahasiswa tersebut yaitu, Nurul Komala
Sari Apriliani, FPsi UP45 (perak), Romadhon, FPsi UP45 (perak), Singgih
Purwanto, FPsi UP45 (perak), Sitri Mulyanti, FE UP45 (perunggu), Monica Dinda,
FTP UP45 (perunggu), Tesya Ridal, FTP UP45 (perak), dan Faisal Ridho Sakti, FK
UII (perunggu).
Inti
acara dipandu oleh Bapak Susilo Nugroho yang dikenal oleh masyarakat dengan
panggilan Den Baguse Ngarso. Para pembicara, yang terdiri dari tokoh maupun
praktisi yang terkait dengan kenakalan remaja mengulas psikodinamika remaja,
data-data kenakalan remaja serta upaya penanganan yang tepat terhadap fenomena
tindak kekerasan di kalangan remaja.
Ibu Ratna Yunita Setiyani S,M.Psi, Kaprodi UNISA
Yogyakarta, menjelaskan bawaRemaja adalah seseorang yang berusia dari 13-20 tahun, yang mengalami masa
puber menuju kematangan seksual dan mental. Remaja mempunyai perilaku lebih
cenderung percaya dengan teman daripada orangtuanya.
Bapak
dr. H. KPH. Sutomo Parastho Kusumo, Budayawan, menjelaskan tentang konsep
menghadapi remaja pada jaman dahulu, anak selalu mendapatkan pembelaan dan
menyalahkan orang lain ketika berbuat suatu kesalahan.
Bapak
Drs. Indra Wahyudi, M.Si.,Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta, menyampaikan bahwa persoalan kekerasan berawal dari suatu
dorongan yang ditujukan kepada orang lain,dan disengaja sehingga orang lain tersebut
berusaha untuk menghindar. Kekerasan dikalangan remaja muncul berawal dari usiabalita.
Perlakuan yang diterima sewaktu balitaakan berpengaruh ketika anak mulai masuk
fase remaja.
Bapak
Armunanto, Staff UNICEF, menyampaikan bahwa Pemerintah mendukung remaja untuk
mengembangkan potensi positifnya sehingga remaja tidak memunculkan sikap
negatifnya Hal negatifyang sering muncul yaitu perilaku kekerasan. UNICEF
memfasilitasi kebutuhan anak dari usia ketika lahir hingga remaja. Misalnya,
hak lahir dengan mendapatkan akte kelahiran.
Bapak
AKBP. Beja, SH., M.H., Kasubdit IV Renakta, Ditreskrimum Polda DIY, memberikan
contoh perilaku tindak kekerasan yang terjadi pada Remaja di Jogjakarta
akhir-akhir ini yaitu perilaku yang disebutklithih.Kecenderungan
perilaku kekerasan sebagai salah satu tugas perkembangan yang harus dilewati
oleh remaja.Tugas polisi dalam menghadapi tindak kekerasan dalam konsep
perlindungan anak yaitu tidak harus dihukum.
Bapak
Drs. C. Bambang Santosa Hadi, Kasie Perlindungan dan Rehabilitasi BPRSR DINSOS D.I.Y., menjelaskan bahwa Anak yang
berbuat pidana tidak harus dihukum, melainkan bisa diselesaikan dengan proses disversi
atau kekeluargaan. Perlindungan anak yang menjadi pelaku kekerasan akan
dilindungi baik fisik maupun psikisnya. Jenis kekerasan yang banyak dilakukan
oleh remaja misalnya pembacokan, penggunaan sajam serta yang lainnya.
Sesi tanya jawab berlangsung secara dinamis dan peserta maupun
pembicara sangat responsif terhadap materi yang dipaparkan. Diskusi pun
terjadi, berbagai pertanyaan peserta terjawab dari ragam pemikiran yang telah
disampaikan oleh para pembicara. Peserta terbantu dalam meningkatkan
pengetahuan tentang dinamika remaja sehingga merasa mampu mengupayakan
pendampingan yang optimal pada remaja yang menjadi korban maupun pelaku kekerasan.
Ø Tri
wulan, siswa SMA menanyakan, ”Apakah
teori katarsis itu berhubungan dengan frustrasi?”.”Bagaimana pencegahan terhadap self-enjury atau melukai diri sendiri?”.
Tanggapan dari narasumber, bahwa salah satu upaya pencegahan terhadap self enjury yaitudengan lebih
meningkatkan konsep diri.
Ø Wibowo,
peserta, menanyakan, ”Bagaimana
menentukan tersangka terhadap kelompok pelaku kekerasan? Tanggapan dari
narasumber, bahwa mereka pasti mempunyai peran masing-masing. Pihak yang
menentukan yaitu penyidik dari kepolisian.Kepolisian menentukan berdasar dari
alat-alat bukti yang ditemukan. Anak yang menjadi pelaku, korban dan saksi
semuanya mendapat perlindungan hukum.
Ø Ibu
Anis, pesertamenanyakan,”Adakah
pendekatan selain pendekatan hukum yang dilakukan oleh pihak berwajib?” Tanggapan
dari narasumber, bahwa Diversi yaitu keadilan yang diterima anak dari berbagai
pihak untuk dilibatkan dalam musyawarah, orangtua, pihak berwajib, guru, tokoh
agama.
Ø Kamil
, peserta, menanyakan ”Bagaimana penangan
psikis korban kekerasan yang harus dilakukan?” Tanggapan dari narasumber,bahwa
penangan psikis korban kekerasan yang harus dilakukan yaitu dengan usaha mencari
teman untuk bercerita tentang masalahnya.Berkonsultasi ke psikolog di puskesmas
untuk mendapatkan solusi.Lebih ke pemaknaan diri sendiri, instropeksi
diri.Hayati, hadapi, nikmati.
Ø Pertanyaan
selanjutnya ”Bagaimana cara anak supaya
tidak terjerumus dalam kekerasan karena orangtua sibuk berkarir?” Tanggapan
dari narasumber yaiut membangun unsur kehangatan dari orang tua terhadap
anaknya.Kualitas saat bertemu antara anak dan orangtua harus
diperhatikan.Belajar dari kesalahan.
Ø Andika,
peserta, menanyakan, ”Bagaimana
pendekatan secara kekeluargaan dari sisi emosional dari pelaku dan korban?”
Tanggapan dari narasumber, bahwa penting untuk mengetahui latar belakang anak.Selanjutnya
melakukan pendekatan baik kepada pelaku maupun korban tindak kekerasan.
Ø Sela,
peserta menanyakan, ”Bagaimana upaya untuk
menanggulangi kekerasan dari sisi psikolog?”. Tanggapan dari narasumber,
bahwa upaya yang dapat dilakukan yaitu mencoba mencari teman terdekat,
mendengarkan permasalahannya dan mencoba memberikan solusi.
Ø Ilham,
peserta menanyakan, ”Apa metode yang
terbaik untuk mengajak remaja yang menjadi pelaku kekerasan?. Tanggapan
dari narasumber, metode dengan mengadakan kegiatan kelompok antar remaja, misal
FGD.Adanya konselor sebaya yaitu menjadi konselor untuk teman sendiri dengan
menumbuhkan empati antar teman.
Ø Mahrita,
pesertamenanyakan ”Bagaimanakah
penanggulangan pelampiasan emosi terhadap diri sendiri?”. anggapan dari
narasumber,upaya yang dapat dilakukan yaitu mencari penyebab emosi yang muncul.
Perbanyak komunikasi dengan orang lain. Belajar untuk mengendalikan diri,
menjauhkan peralatan yang mudah memunculkan kekerasan. Membangun komunikasi
antar keluarga.
Ø Alwa
, pesertamenanyakan, ”Apakah media berperan
untuk menciptakan kekerasan?”. Tanggapan dari narasumber, bahwa pelaku
mempunyai motivasi untuk meniru apa yang disampaikan oleh media. Hal tersebut
bisa diantisipasi dengan membuat regulasi yang ramah anak. Orangtua menjadi
model yang baik bagi anak.
Ø Evi,
peserta menanyakan, ”Apa upaya pemerintah
dan penegak hukum untuk menghadapi kekerasan pada remaja?”. Tanggapan dari
narasumber, bahwa upaya yang dilakukan pemerintah dan penegak hukum yaitu tindakan
preventif dan represif.Pelindungan dalam bentuk lembaga melaui aparatnya. Misal
Komnas, pusat rehabilitasi, serta lainnya. Adanya penyuluhan oleh pihak Kepolisian.
Ø Hans,
peserta menanyakan, ”Seberapa besar
dampak broken home bagi kekerasan remaja?”. Tanggapan dari narasumber,
bahwa broken home dampaknya bagi
kekerasan remaja sangat besar karena peran dari orangtua akan berpengaruh
terhadap perkembangan anak, sehingga anak mudah mengalami depresi.
Pemahaman
yang dihasilkan dari acara talk show psikologi dengan tema ”Fenomena tindak
kekerasan di kalangan remaja”, yaitu kekerasan muncul karena peran komunikasi
yang kurang maksimal. Kekerasan berasal dari diri sendiri. Semua elemen yang
berkaitan dengan remaja merupakan hal yang penting untuk mencegah kekerasan. Kekerasan
dalam remaja tidak hanya dilatarbelakangi faktor eksternal tapi juga faktof
internal. Kekerasan bisa dicegah dari kolaborasi berbagai pihak.
Terselenggaranya
acara talk show psikologi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.
Tersedianya kelengkapan fasilitas berupa sertifikat, seminar Kit, makan siang, snack,
dooprize, berkat dukungan dari sponsor yaitu CV. Tanggap Waskita, BRI, Rumah
Makan 99 Seafood, Biznet, Siomay Tulen, Madu Nusantara, Agung copy center dan
digital printing, PKL Abadi Samirono, PT. Naturindo Fresh, Kompas, RBTV, Hyatt
Hotel, Narwastu, dan Demiemax resto dan café. Loyalitas sebagai tim panitia
telah dibuktikan oleh 3 personil mahasiwa Fakultas Psikologi UP45, yaitu Wartono,
Irnaningsih, dan Shofi Malchani.
Acara
tahunan talkshow ini mempunyai beberapa manfaat yang tidak terkira. Manfaat
tersebut antara lain:
Ø Acara
ini merupakan ajang bagi mahasiswa untuk mengasah ketrampilan mengadakan suatu
acara / event. Mahasiswa benar-benar dilatih untuk mencari sponsor acara,
menjual tiket, menghubungi pembicara, mencetak sertifikat, menata ruangan, mengatur
sound system, saling menguatkan semangat teman untuk menuntaskan pagelaran
acara. Hal ini sangat tidak mudah, karena semula jumlah panitia lebih dari 10
orang, namun mendekati hari H jumlahnya melorot hingga menjadi 3 orang saja. Ini
adalah ajang bagi mahasiswa untuk menjadi EO (Event Organizer) tangguh. Kreativitas,
ketangguhan, ketabahan, kesabaran, benar-benar teruji.
Ø Acara
ini juga merupakan ajang pertemuan para alumni Fakultas Psikologi UP45.
Pertemuan alumni sulit diadakan, namun karena ada acara seperti ini maka alumni
bersedia hadir.
Ø Acara
ini juga ajang bagi promosi Fakultas Psikologi UP45. Hal ini karena peserta
talkshow mayoritas adalah siswa SMA. Ini adalah tantangan bagi manajemen UP45 untuk
mempercantik produknya, mulai dari pemugaran bangunan, sarana dipercantik
(misalnya WC yang wangi), kantin yang bersih, sarana olah raga untuk mahasiswa.
Talkshow ini adalah kesempatan emas bagi UP45 untuk pamer betapa menariknya bersekolah
di UP45.
Ø Acara
ini juga untuk memantapkan semangat bahwa mahasiswa dan dosen Psikologi UP45
mampu menjadi tim promosi UP45 yang andal. Bagi dunia kerja, ketrampilan
mempromosikan suatu hal (produk / acara / jasa), ternyata sangat dibutuhkan
organisasi.
Ø Acara
ini juga ajang bagi para dosen Fakultas Psikologi UP45 untuk berlatih menjadi
pembicara yang menarik. Sangat tidak gampang berbicara di depan publik. Tidak sedikit
orang akan menjadi nervous bila tidak mempunyai ketrampilan public speaking.
Ø Acara
ini juga sangat bermanfaat sebagai materi untuk mengisi borang akreditasi. Hal ini
karena keberadaan talkshow yang direncanakan setahun dua kali ini, menunjukkan
bahwa budaya akademik berjalan dengan baik di UP45.
Semoga acara yang bagus ini dapat berlangsung dengan rutin
dan berkesinambungan. Tentu saja, kinerja orang-orang berdedikasi tinggi sangat
dibutuhkan.
2 Comments
Lanjutkan Bu !!!
ReplyDeleteMakna dedikasi tanpa batas!!
ReplyDeleteSalam profesional.
Dedikasi utk Negeri.
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji