UPAYA-UPAYA
MEMBUMIKAN BUTIR-BUTIR PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Desa Manjung, Ngawen, Klaten, Jawa Tengah, telah ditahbiskan sebagai
Desa Pancasila. Disebut sebagai Desa Pancasila, karena di desa tersebut telah
berdiri dengan tegak empat rumah ibadah yaitu masjid, gereja Kristen, gereja
Katolik, dan rumah ibadah agama Budha. Hal yang menarik adalah kepala desanya, Abednego
Amanto, ternyata beragama Katolik, meskipun mayoritas warganya beragama Islam.
Amanto pun sudah dua kali menjabat sebagai kepala desa.
Perilaku sehari-hari warga Desa Manjung adalah saling
bertoleransi dan guyub rukun membantu sesama tanpa memandang agama yang dianut.
Bila umat Islam melaksanakan sembahyang tarawih, maka warga yang beragama lain
ikut berjaga-jaga. Ketika Lebaran tiba, warga saling mengantar opor ayam dan
ketupat. Warga yang beragama lain, tentu saja ikut menikmati lezatnya opor
ayam. Ketika perayaan Natal tiba, maka warga Muslim dan Budha bergotong royong
menjaga tempat parkir. Bahkan mereka semua juga ikut trelibat merayakan Natal bersama-sama.
Hidup di Desa Manjung memang nyaman dan tenteram. Hiruk pikuk
pertengkaran jauh dari benak warga. Begitu nyamnnya suasana Desa Pancasila
tersebut, sehingga kehidupan warga cenderung menjadi stagnan. Perilaku yang
kreatif mungkin menjadi hal yang mewah. Untuk menggugah munculnya perilaku yang
kreatif, maka Kepala Desa Amnto telah mengundang Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta untuk ikut melatih para pemudanya dalam bidang kreativitas.
Pelatihan terebut bertajuk Patriot Desa dan berlangsung mulai
Rabu-Jumat, 12-14 Juli 2017. Lokasi pelatihan ada di Balai Desa Manjung,
Ngawen, Klaten. Peserta pelatihan berjumlah 30 pemuda dari desa tersebut dan
mereka menginap selama 3 hari di balai desa tersebut. Wakil dari Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta adalah Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA dan saya
(dosen), dan Ningnurani dan Yona Sahputri (mahasiswa). Mahasiswa selalu
dilibatkan dalam berbaga kegiatan dosen, agar mereka kelak juga mampu menjadi
trainer andal. Apa saja tugas para mahasiswa? Mereka bertugas membagi kelompok,
membagikan materi pelatihan, dan membantu peserta dalam memahami instruksi
trainer. Mereka adalah mahasiswa yang cemerlang diantara teman-temannya.
Kami berempat membahas materi pelatihan. Materi pelatihan ada
tiga yaitu:
Ø Pohon
harapan, yang dibawakan oleh saya sendiri.
Ø Penggalian
potensi diri, yang dibawakan oleh Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA.
Ø Perilaku
memunculkan kreativitas, yang dibawakan oleh saya sendiri.
Apa saja tujuan dari materi pelatihan? Oleh karena topik
pelatihan adalah membumikan nilai-nilai Pancasila, materi yang kami bawakan
harus selaras dengan 36 butir-butir P4. Berikut adalah daftar tujuan materi
pelatihan secara rinci:
(1).
Materi Pohon Harapan, tujuannya adalah:
Ø Belajar
tenggang rasa (menerima) terhadap opini orang lain yang berbeda pendapat.
Ø Belajar musyawarah, karena mungkin saja tujuan pelatihan
tidak sesuai dengan harapan peserta. Oleh karena itu arahan dari fasilitator
penting tentang tujuan pelatihan penting untuk memastikan harapan peserta
terpenuhi.
(2). Materi Penggalian Potensi diri,
tujuannya adalah:
Ø Belajar
menggali potensi diri
Ø Belajar
menghargai karya orang lain.
Ø Belajar
saling menolong (menolong orang lain tergali potensinya)
Ø Belajar
bekerja keras (berani menampilkan potensi dirinya)
Ø Belajar
menerima prestasi kelompok apa adanya.
Ø Belajar
bekerjasama dengan peserta lain yang berbeda etnis, agama, gender, dan status
sosial ekonomi
Ø Belajar
mengembangkan sikap tenggang rasa
(3). Materi Perilaku
Memunculkan Kreativitas, tujuannya adalah:
Ø Belajar
menggali ide yang kreatif.
Ø Belajar
menghargai karya orang lain, yaitu dengan belajar memberikan pujian &
motivasi daripada celaan.
Ø Belajar
tenggang rasa (menerima) terhadap opini orang lain yang berbeda pendapat. Hal
ini karena pendapat orang lain mungkin benar pada masa depan, meskipun pada
masa sekarang opini tersebut tidak lazim.
Ø Belajar bekerjasama untuk mendapatkan prestasi kelompok
yang unggul.
.
Apa hasil pelatihan selama 2-3 jam tersebut? Seluruh tim
Psikologi UP45 tidak berharap terlalu muluk yaitu adanya perubahan perilaku
pada para pemuda Manjung, namun mereka paling tidak mengetahui cara-cara
menggali potensi diri dan memunculkan cara-cara berpikir yang kreatif. Agar
terjadi perubahan perilaku yang signifikan, memang dibutuhkan pendampingan yang
intensif. Pada masa yang akan datang, semoga Prodi Psikologi UP45 kembali
mendapatkan undangan untuk belajar bersama dengan warga Desa Manjung.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji