IMPLEMENTASI
MOU UP45 DENGAN RADIO SONORA YOGYAKARTA
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Ketahanan keluarga menurut
UU No. 10 / 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
adalah kondisi dinamik suatu keluarga
yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan
fisik-materiil dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin. Jadi dalam peraturan tersebut sangat ditekankan
bahwa keluarga harus stabil. Artinya, anggota keluarga tidak gampang menyerah
ketika menghadapi tekanan dari luar dan atau menghadapi gejolak-gejolak yang
dialami anggota keluarga itu sendiri. Contoh perilaku menyerah antara lain
bercerai, melarikan diri dari keluarga, selingkuh, KDRT (kekerasan dalam rumah
tangga), dan sebagainya. Pada intinya anggota keluarga harus tetap berada dalam
keluarga dan selalu berusaha saling menguatkan agar keluarga tidak cerai berai.
Keluarga yang harmonis dan stabil adalah buah dari usaha yang keras dan
berkesinambungan. Agar terjadi keluarga harmonis tersebut, sangat dibutuhkan
keteladanan dan juga kematangan emosi para anggota keluarga.
Persoalan yang
berhubungan dengan ketahanan keluarga adalah adanya anggota keluarga yang lebih
mementingkan kesejahteraan dirinya sendiri, serta menuntut anggota keluarga
lainnya untuk melayaninya. Situasi seperti inilah yang sering membuat suami dan
istri saling menyalahkan bila ada anak yang terlibat dalam kegiatan klithih,
tawuran, dan agresivitas mengerikan lainnya. Ketika suami isteri saling
menyalahkan, apalagi dilakukan di depan anak-anaknya, pada hakekatnya hal itu
merupakan cermin lemahnya ketahanan keluarga. Anak menjadi leluasa untuk melanggar
peraturan yang telah ditentukan oleh orangtuanya. Orangtuanya tidak mampu menunjukkan
suri tauladan.
Bagaimana cara
membangun ketahanan keluarga? Perkawinan dan juga keluarga adalah suatu
lembaga. Agar lembaga tersebut menjadi lebih baik dan dapat menyumbangkan suatu
perbaikan bagi lingkungan sekitar dan negara, maka keluarga harus mempunyai
visi. Visi keluarga antara lain mendapatkan keturunan (anak) yang berkualitas
tinggi, menggali potensi diri dan pasangan untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik dan berguna bagi masyarakat, dan meneruskan nama keluarga. Jadi persoalan
berikutnya adalah bagaimana cara menterjemahkan visi keluarga dalam kehidupan
sehari-hari.
Cara menterjemahkan
visi keluarga dalam kehidupan sehari-hari adalah mudah diucapkan namun sulit
pelaksanaannya. Kuncinya adalah komunikasi. Komunikasi antar anggota keluarga
hendaknya lancar sehingga semua anggota keluarga dapat memahami
persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya. Adanya komunikasi yang lancar akan
menyebabkan semua anggota keluarga menjadi solid, sehingga tidak mudah tumbang
oleh tekanan-tekanan dari luar. Komunikasi bisa lancar abila masing-masing
pihak selalu mengingat visi keluarga sehingga bisa bertoleransi pada
perbedaan-perbedaan anggota keluarga. Jadi dalam hal ini ketahanan /
ketangguhan suatu keluarga bukan hal yang datang begitu saja, namun harus
diusahakan secara berkelanjutan.
Tulisan ini adalah laporan dari pelaksanaan kerjasama antara
UP45 dengan Radio Sonora Yogyakarta. Siaran
dengan Radio Sonora ini berlangsung pada 28 Januari 2020, pukul 11.00-12.00.
Pada siaran kali ini, pertanyaan yang datang dari para pendengar jumlahnya
sekitar 12 pesan. Sayangnya, hanya pesan-pesan tertentu saja yang bisa
ditanggapi. Mereka antara lain:
(1)
Ibu Febri di Jl. Kaliurang Yogyakarta. Beliau menanyakan
tentang strategi membangun ketahanan keluarga.
(2)
Bapak Agung T. Beliau menanyakan tentang apa saja yang
akan terjadi bila pihak istri yang bergaji lebih tinggi daripada pihak suami.
(3)
Ibu RG. Beliau menanyakan tentang cara-cara
menguatkan keluarga di tenagh-tengah gempuran media sosial.
(4)
Ibu Dewi di Baciro Yogyakarta. Beliau menanyakan
tentang peranan keluarga di dunia global.
Adapun
punggawa siaran kali ini selain saya adalah Ibu Aisyah Indah Irmaya, MT. (Wakil
Dekan Fak. Teknik UP45) dan Ibu Endah Apriyani, M.Sc. (Kaprodi Teknik Industri
UP45). Ibu Aisyah berpartisipasi dalam siaran kali ini karena beliau sudah
lebih dari 10 tahun berkeluarga dengan cara berjauhan atau LDR (Long Distance
Realtionship). Tentu sangat rumit mengelola keluarga dengan situasi LDR, namun
Ibu Aisyah bisa sukses melakukannya. Ibu Endah juga terlibat dalam siaran kali
ini karena beliau bisa mengelola keluarganya dengan baik dan harmonis. Adapun
penyiar dari Radio Sonora kali ini yang bertugas adalah Mas Bimo.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji