IMPLEMENTASI MOU
DENGAN RADIO SONORA DENGAN UP45
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Sampah adalah
sisa-sisa / residu dari suatu materi / kegiatan. Oleh karena itu sampah sering
dianggap sebagai materi yang tidak berguna dan harus dimusnahkan. Hal itu juga
didukung oleh penampakan sampah yang memang buruk, menimbulkan aroma busuk,
mencemari lingkungan, serta mengganggu kelancaran aliran sungai. Sampah juga
akan menimbulkan penyakit lingkungan serta membunuh biota laut. Pengelolaan
sampah yang tidak ramah lingkungan akan menyebabkan angka kesakitan masyarakat
menjadi semakin tinggi.
Persoalan yang
berhubungan dengan sampah adalah jarang ada orang-orang yang bersedia
bertanggung jawab terhadap sampah. Jangankan sampah orang lain / masyarakat,
sampahnya sendiri saja sering orang-orang enggan untuk mengurusnya. Contoh
perilaku tidak bertanggung jawab terhadap sampah adalah membuang sampah
sembarangan.
Pembahasan tentang
perilaku memuliakan sampah ini penting karena sampah merupakan tanggungjawab
tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat namun juga
setiap orang. Hal ini karena setiap orang tentu menghasilkan sampah dalam
setiap kegiatannya sehari-hari. Oleh karena itu, perilaku bertanggung jawab
terhadap sampah harus dimunculkan semenjak usia dini. Anak-anak harus dididik
untuk tidak membuang sampah sembarangan, mampu mengaplikasikan perilaku 3R
(reduce, reuse and recycle) dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana cara
mendidik anak-anak untuk peduli pada sampahnya? Agar anak-anak paham tentang perilaku
bertanggung jawab pada sampah, maka orangtua dan guru perlu memahami tentang
perkembangan moral pada anak-anak dan orang dewasa. Perkembangan moral ini
menjadi dasar / merupakan alasan bagi munculnya suatu perilaku. Konsep moral
reasoning ini dikemukakan oleh pakar psikologi perkembangan Lawrence Kohlberg.
Adapun perkembangan
moral reasoning ini ada 5 tingkatan, yakni:
- Tingkat pertama = Seseorang berperilaku tertentu – misalnya tidak membuang sampah sembarangan – adalah karena mengikuti perintah dari orangtua / pimpinan. Tujuan perilaku tersebut adalah untuk menghindarkan hukuman.
- Tingakt kedua = Seseorang berperilaku tertentu karena ia mempunyai kepentingan tertentu (self-interest). Misalnya, seseorang hanya peduli pada sampah botol plastik karena sampah tersebut bisa dijual kembali dengan harga yang tinggi. Ia tidak peduli dengan jenis sampah lainnya, karena minatnya adalah mendapatkan aung dari penjualan sampah botol plastik kemasan.
- Tingkat ketiga = Seseorang berperilaku tertentu karena teman-teman dan orang-orang penting di sekelilingnya juga melakukan hal yang sama. Ia tidak ingin dianggap berbeda, karena berbeda adalah aneh. Misalnya, seseorang merasa tidak bersalah ketika membuang sampah di sungai karena tetangganya juga melakukan hal yang serupa. Selain itu, di lingkungan sekitarnya tidak tersedia fasilitas penampungan sampah.
- Tingkat keempat = Seseorang berperilaku tertentu karena berdasarkan peraturan yang ada. Misalnya, seseorang bersedia tidak membuang sampah sembarangan karena Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah mengatur bahwa setiap warga hendaknya peduli dengan kebersihan.
- Tingkat kelima = Seseorang berperilaku tertentu berdasarkan alasan yang canggih dan luhur. Misalnya, seseorang bersdia memuliakan sampahnya sendiri karena ia tidak ingin rumahnya mengotori planet Indonesia.
Tulisan ini adalah laporan implementasi
MOU antara Psikologi UP45 dengan Radio Sonora Yogyakarta. Siaran ini terlaksana
pada Selasa 16 Desember 2019, pukul 10.00-11.00. Pada siaran kali ini, muncul
puluhan respon dari pendengar. Sayangnya, hanya 5 penanya saja yang bisa
direson. Mereka adalah:
- Ibu Diana dari pelem Sewu Yogyaarta. Beliau menyatakan bahwa sampah itu menjijikkan. Pertanyaannya, bagaimana cara mengatasi rasa jijik itu?
- Bapak Jon di Babarsari Yogyakarta. Beliau menanyakan tentang tips praktis mendidik anak agar peduli pada sampah.
- Bapak Ari di Bantul, menanyakan tentang mekanisme pengelolaan Bank Sampah khusus anak-anak.
- Seorang pendengar di Yogyakarta yang menanyakan tentang perilaku terhadap sampah dan hubungannya dengan ecoplanership.
- Bapak Adi di Gejayan Yogyakarta yang menanyakan tentang tema siaran yang agek aneh yakni memuliakan sampah. Mengapa tidak pendidikan peduli pada sampah saja?
Punggawa siaran kali ini selain saya
adalah Ibu Dewi Handayani Harahap, S.Psi., M.Psi. Selanjutnya, pemandu acara
ini adalah mbak Nesya, penyiar favorit dari Radi Sonora.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji