Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MENINGKATKAN KUALITAS DIRI DI KALANGAN GENERASI MILINEAL


IMPLEMENTASI MOU DENGAN RADIO SONORA DENGAN UP45

Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Meningkatkan kualitas diri adalah tugas yang wajib dilakerjakan oleh semua orang, termasuk generasi milineal. Proses meningkatkan diri tersebut sering kali berasa tidak nyaman, karena proses tersebut mencakup kegiatan belajar. Kegiatan belajar berarti mengubah diri yang tidak mengetahui apa-apa menjadi mengetahui banyak hal. Itu juga berarti mengubah diri yang tidak terampil menjadi terampil. Pengubahan diri itu juga berarti memaksa diri untuk keluar dari zona nyaman. Zona yaman yakni kondisi yang cenderung stabil sehingga orang-orang akan merasa nasibnya menjadi pasti (mudah ditebak) bila ia berada / tinggal dalam kondisi tersebut, baik dalam jangka waktu lama maupun sebentar. Oleh karena adanya kepastian itu maka hidup orang-orang menjadi nyaman sehingga terlena terhadap kemungkinan munculnya bahaya.


Jadi proses belajar itu selalu terasa tidak nyaman. Hal ini karena pembelajar akan dipaksa untuk mengurangi waktu tidur / waktu untuk bersantai dan waktu-waktu berharga tersebut digunakan untuk membaca buku / melatih ketrampilan baru. Proses belajar tersebut mengandung unsur penahanan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang nyaman. Tentu saja situasi tersebut sangat sulit bagis eseorang yang tidak mempunyai komitmen kuat.

Persoalan yang berhubungan dengan proses peningkatan diri tersebut adalah bahwa proses tersebut sangat sulit dilakukan terutama oleh generasi milineal. Mengapa generasi milineal yang lebih ditekankan daripada generasi-generasi sebelumnya? Ada beberapa alasan yang menjadi dasar.
  1. Generasi milineal atau orang-orang yang lahir pada tahun 1990-an, adalah orang-orang yang lahir sudah seperti membawa gadget. Gadget sudah menjadi salah satu kebutuhkan pokoknya. Semua persoalan yang dihadapinya pasti akan ditanyakan pada google. Begitu saktinya google sampai keluar istilah googling. Ketergantungan yang tinggi pada google, sayangnya, belum diiringi dengan rendahnya kesediaan mengecek kebenarnan informasi. Informasi yang dipilihnya adalah informais yang mendukung / sesuai dengan tujuannya, entah valid / tidak valid. Generasi milineal cenderung setuju dengan budaya instan dan melupakan proses. Padahal kegiatan memperbaiki kualitas diri ini merupakan upaya jatuh bangun yang terjadi sepanjng hayat.

  1. Generasi milineal cenderung menuliskan keluh kesahnya di dunia maya sehingga semua orang bisa membacanya. Keluhan generasi milineal dalam proses pendidikan diri ini mungkin saja justru menurunkan semangat orang-orang yang membaca keluhannya di media sosialnya. Situasi ini tentu saja tidak menguntungkan karena pembelajar seerti menebar bad influence atau pengaruh buruk. Situasi akan bertambah runyam karena para pembaca media sosial itu mungkin saja bersimpati pada keluhan tersebut dan memberikan nasehat-nasehat untuk meringankan beban. Padahal nasehat-nasehat tersebut belum tentu benar atau justru menjerumuskan. Hal ini berarti proses belajar di kalangan generasi milineal adalah sangat berat.

  1. Generasi milineal adalah pemimpin masa depan. Bile mereka tidak bijak dalm litersi digital, maka posisi-posisi pemimpin itu akan lepas dari tangannya. Hal ini karena tulisan di media sosial itu tidak bisa dihapus, dan sayangnya lawan-lawan / kompetitornya juga termasuk generasi milineal. Mereka tentu akan melacak segala kelemahan calon-calon pemimpinnya. Situasi ini akan menghambat proses belajar sepanang hayat.

Tulisan ini adalah laporan implementasi MOU antara Psikologi UP45 dengan Radio Sonora Yogyakarta. Siaran ini terlaksana pada Selasa 3 Desember 2019, pukul 10.00-11.00. Pada siaran kali ini, muncul puluhan respon dari pendengar. Sayangnya, hanya 5 penanya saja yang bisa direson. Mereka adalah:

  1. Ibu Rita di Jl. Kolombo Yogyakarta. Beliau sering mengikuti berbagai kursus peningkatan diri, namun sering kali kesulitan dalam meerapkannya. Mohon pencerahannya.
  2. Bapak Armunanto di Kotabaru Yogyakarta. Beliau menanyakan tentang kebiajakn UP45 untuk mendorong mahasiswa untuk meningkatkan diri di luar kegiatan resmi / perkuliahan.  

Punggawa siaran kali ini selain saya adalah Hanifa Hanum dan Anggita Anjani. Mereka adalah dua mahasiswa berprestasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UP45. Selanjutnya, pemandu acara ini adalah mbak Nesya, penyiar favorit dari Radi Sonora. 









Post a Comment

0 Comments