IMPLEMENTASI
MOU UP45 DENGAN RADIO SONORA YOGYAKARTA
Arundati
Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Empati adalah kemampuan
untuk merasakan suatu hal seperti yang orang lain rasakan. Sebagai contoh
adalah perasaan kehilangan binatang piaraan yang selama ini menjadi teman
bermain. Seorang anak bisa merasakan kesedihan tersebut, meskipun pada saat
sekarang anak tersebut tidak sedang kehilangan binatang peliharaannya. Empati berbeda
dengan simpati. Simpati berarti adanya rasa kasihan, rasa welas asih kepada
orang lain yang sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan. Jadi empati lebih
dalam daripada simpati. Empati ini bisa menggerakkan seseorang untuk
mengulurkan pertolongan pada orang yang sedang terlanda hal yang menyedihkan.
Persoalan yang berhubungan
dengan empati adalah pada masa sekarang, anak kurang mempunyai rasa empati
kepada sesama yang sedang menderita. Respon anak bila melihat penderitaan
orang, justru ingin merekam penderitaan tersebut dan mengunggahnya di media
sosial. Seolah-olah ia justru menjadi abngga karena telah menjadi pihak pertama
yang mempublikasikan penderitaan orang lain. Padahal belum tentu orang yang menderita
tersebut rela bila keadaannya diketahui oleh masyarakat luas.
Memiliki rasa empati pada
orang lain / kepekaan terhadap penderitaan orang lain adalah sangat penting. Hal
ini karena interaksi antar teman pada masa sekarang ini lebih bersifat
artificial / melalui media sosial saja. Dampaknya adalah anak menjadi tidak
peka pada keadaan orang lain. Dampak yang lebih mengerikan adalah mungkin saja
anak menjadi kejam tanpa merasa bersalah. Apalagi bila anak ketika dewasa
kebetulan menduduki posisi sebagai pimpinan, dan ia membuat kebijakan yang
kejam kepada karyawannya. Situasi seperti inilah yang hendaknya ingin dikurangi
di Yogyakarta, yang kahir-akhir ini terkenal denga aksi klithih yang
mengerikan. Pada kegiatan klithih tersebut, anak / remaja melakukan kegiatan
yang agresif pada orang lain tanpa ada alasan yang menjadi latar belakangnnya.
Bagaimana cara menumbuhkan
rasa empati pada anak? Cara yang bisa dilakukan oleh orangtua yakni
sering-seringlah membawa anak ke daerah yang mana warganya kekurangan /
kesulitan dalam hidup. Ajakan orangtua ini mungkin bisa dilakukan pada
hari-hari istimewa anak misalnya ulang tahun. Jadi perayaan ulangtahun anak
tidak dirayakan di mall yang mewah tetapi di panti asuhan atau di balai desa
yang mana warganya hidup kekurangan. Setelah kunjungan, maka orangtua hendaknya
mengadakan diskusi dengan anak tentang kehidupan di daerah yang baru saja
dikunjungi tersebut. Cara ini akan mengingatkan anak bahwa masih banyak warga
yang hidupnya kurang mampu dibandingkan kehidupan anak di keluarga.
Adapun
punggawa siaran kali ini adalah Bapak Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA., Bapak
Yudha Andri Rianto, S.Psi., dan mas Didik Muridi. Bapak Wahyu adalah dosen
Psikologi UP45. Bapak Yudha Andri kini adalah Kepala Sekolah Cita Loka
Yogyakarta, sekolah yang selalu menjadi rujukan para orangtua yang peduli
dengan pendidikan empati pada anak. Bapak Yudha Andri ini juga salah satu
alumni berprestasi dari Fakultas Psiologi UP45. Mas Didik Muridi adalah salah
satu mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 yang berprestasi.
Tulisan ini adalah laporan dari pelaksanaan kerjasama antara
UP45 dengan Radio Sonora Yogyakarta. Siaran
dengan Radio Sonora ini berlangsung pada 1 Oktober 2019, pukul 10.00-11.00.
Pada siaran kali ini, pertanyaan yang datang dari para pendengar jumlahnya
sangat banyak, mengingat nara sumbernya piawai dalam mengantarkan
pesan-pesannya.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji