PERAN KELUARGA UNTUK KURANGI ANGKA PUTUS SEKOLAH
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Peran keluarga merupakan komponen penting dalam keberlangsungan
pendidikan anak. Perhatian orangtua terhadap pendidikan anaknya tidak lah sama,
ada yang perhatiannya baik, misalnya menyediakan fasilitas belajar yang
dibutuhkan anak, dan menemani anaknya belajar dengan memberikan bimbingan
secara intensif, ada juga yang bersikap acuh, artinya perkembangan anak
diserahkan sepenuhnya kepada guru dan anak itu sendiri bahkan berakibat anak
tidak melanjutkan proses belajar formal di sekolah atau mengalami putus sekolah.
Sarafino (1998), menjelaskan bahwa dukungan
orangtua terdiri dari empat aspek, yaitu dukungan emosional, penghargaan,
instrumental dapat berupa bantuan finansial atau keuangan, dan dukungan
informasi dapat berupa saran. Anak sangat membutuhkan dorongan dan pengertian
dari orangtua serta keluarga untuk tetap melanjutkan proses belajar di sekolah.
Ketika anak mengalami lemah semangat, maka orangtua wajib memberi pengertian
dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di
sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak.
Hasbullah (2001) menyatakan bahwa keluarga yang
memiliki pendapatan tinggi akan dengan mudah memenuhi biaya kebutuhan
pendidikan anak yang meliputi sumbangan BP3, peralatan sekolah, transportasi,
sarana belajar di rumah, baju seragam, biaya ekstra kulikuler, dan tidak
terkecuali uang saku anak. Sebaliknya, keluarga yang memiliki pendapatan rendah
akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anak.
Keadaan ekonomi keluarga merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kondisi putus sekolah. Keluarga yang kondisi
ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok anak. Kenyataan yang terjadi, faktor kesulitan ekonomi justru menjadi
motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil.
Tulisan ini adalah materi siaran di Radio EMC
Yogyakarta. Siaran ini dilakukan secara rutin di Radio EMC setiap Selasa pukul
20.00-21.00. Siaran ini juga merupakan bukti kerjasama yang harmonis antara
Radio EMC dan Fakultas Psikologi UP45. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
Psikologi Komunikasi wajib menjadi nara sumber di Radio EMC. Tentu saja,
partisipasi mahasiswa dilakukan secara bergiliran. Untuk siaran pada 27
September 2016 ini, mahasiswa yang terlibat adalah Wartono dan Husna. Mereka
dipandu oleh dosen Psikologi Komunikasi yaitu Wahyu Widiantoro.
Tujuan melibatkan mahasiswa Psikologi UP45 untuk
berinteraksi dengan pihak luar yaitu Radio EMC adalah untuk membuat mahasiswa
mempunyai kemampuan public speaking
yang memadai. Public speaking adalah
kemampuan untuk berbicara di depan banyak orang untuk menyampaikan suatu pesan.
Mahasiswa harus mempunyai bekal materi yang matang bila ingin kesempatan presentasi
di depan umum ini berhasil. Kemampuan ini adalah bekal untuk menjadi sarjana
psikologi yang dicari oleh banyak organisasi, bukan sarjana psikologi yang mencari
organisasi (mencari pekerjaan).
Menyampaikan suatu pesan di radio adalah sangat
sulit bagi orang-orang yang kurang terlatih. Hal ini karena berbicara di radio seperti
berbicara sendiri dan tidak berhadapan langsung dengan orang yang diajak
berbicara. Mahasiswa tidak dapat membaca gerak bibir, raut muka pendengar,
serta tidak dapat merasakan atmosfer komunikasi. Mahasiswa hanya bisa
mendengarkan suara melalui telepon (siaran interaktif) dan membaca pesan
melalui telepon genggam. Meskipun terbatas saluran komunikasinya, namun
mahasiswa harus mampu menjaga ritme suara, tetap fokus pada materi siaran dan
tidak panik bila mendapat komentar langsung dari pendengar.
Kemampuan mengendalikan diri sendiri ketika
berhadapan dengan masyarakat, adalah kemampuan yang diperoleh dari latihan yang
intensif. Kerjasama dengan Radio EMC telah membesarkan hati pengelola Fakultas
Psikologi UP45 bahwa para mahasiswanya memang berkemampuan keren. Semoga kerjasama
yang baik ini terus berlangsung.
Referensi:
Hasbullah, (2001). Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada.
Sarafino, E.P, (1998). Health psychology:Biopsychosocial interactions, 3rd Ed. United
States of American: John Wiley & Sonc, Inc.
Suggested citation:
Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Peran Keluarga
Untuk Kurangi Angka Putus Sekolah, Radio
EMC Yogyakarta. 27 September 2016.
0 Comments
Tidak diperbolehkan adanya unsur sara dan kata-kata yang kurang terpuji