Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

PEDULI PADA PENDIDIKAN BERSAMA RADIO EMC, MINGGU KE-55



PERAN KELUARGA UNTUK KURANGI ANGKA PUTUS SEKOLAH

Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Peran keluarga merupakan komponen penting dalam keberlangsungan pendidikan anak. Perhatian orangtua terhadap pendidikan anaknya tidak lah sama, ada yang perhatiannya baik, misalnya menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak, dan menemani anaknya belajar dengan memberikan bimbingan secara intensif, ada juga yang bersikap acuh, artinya perkembangan anak diserahkan sepenuhnya kepada guru dan anak itu sendiri bahkan berakibat anak tidak melanjutkan proses belajar formal di sekolah atau mengalami putus sekolah.

Sarafino (1998), menjelaskan bahwa dukungan orangtua terdiri dari empat aspek, yaitu dukungan emosional, penghargaan, instrumental dapat berupa bantuan finansial atau keuangan, dan dukungan informasi dapat berupa saran. Anak sangat membutuhkan dorongan dan pengertian dari orangtua serta keluarga untuk tetap melanjutkan proses belajar di sekolah. Ketika anak mengalami lemah semangat, maka orangtua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.


Hasbullah (2001) menyatakan bahwa keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan dengan mudah memenuhi biaya kebutuhan pendidikan anak yang meliputi sumbangan BP3, peralatan sekolah, transportasi, sarana belajar di rumah, baju seragam, biaya ekstra kulikuler, dan tidak terkecuali uang saku anak. Sebaliknya, keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anak.

Keadaan ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi putus sekolah. Keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Kenyataan yang terjadi, faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil.

Tulisan ini adalah materi siaran di Radio EMC Yogyakarta. Siaran ini dilakukan secara rutin di Radio EMC setiap Selasa pukul 20.00-21.00. Siaran ini juga merupakan bukti kerjasama yang harmonis antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi UP45. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Psikologi Komunikasi wajib menjadi nara sumber di Radio EMC. Tentu saja, partisipasi mahasiswa dilakukan secara bergiliran. Untuk siaran pada 27 September 2016 ini, mahasiswa yang terlibat adalah Wartono dan Husna. Mereka dipandu oleh dosen Psikologi Komunikasi yaitu Wahyu Widiantoro.

Tujuan melibatkan mahasiswa Psikologi UP45 untuk berinteraksi dengan pihak luar yaitu Radio EMC adalah untuk membuat mahasiswa mempunyai kemampuan public speaking yang memadai. Public speaking adalah kemampuan untuk berbicara di depan banyak orang untuk menyampaikan suatu pesan. Mahasiswa harus mempunyai bekal materi yang matang bila ingin kesempatan presentasi di depan umum ini berhasil. Kemampuan ini adalah bekal untuk menjadi sarjana psikologi yang dicari oleh banyak organisasi, bukan sarjana psikologi yang mencari organisasi (mencari pekerjaan).

Menyampaikan suatu pesan di radio adalah sangat sulit bagi orang-orang yang kurang terlatih. Hal ini karena berbicara di radio seperti berbicara sendiri dan tidak berhadapan langsung dengan orang yang diajak berbicara. Mahasiswa tidak dapat membaca gerak bibir, raut muka pendengar, serta tidak dapat merasakan atmosfer komunikasi. Mahasiswa hanya bisa mendengarkan suara melalui telepon (siaran interaktif) dan membaca pesan melalui telepon genggam. Meskipun terbatas saluran komunikasinya, namun mahasiswa harus mampu menjaga ritme suara, tetap fokus pada materi siaran dan tidak panik bila mendapat komentar langsung dari pendengar.

Kemampuan mengendalikan diri sendiri ketika berhadapan dengan masyarakat, adalah kemampuan yang diperoleh dari latihan yang intensif. Kerjasama dengan Radio EMC telah membesarkan hati pengelola Fakultas Psikologi UP45 bahwa para mahasiswanya memang berkemampuan keren. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung.


Referensi:

Hasbullah, (2001). Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada.

Sarafino, E.P, (1998). Health psychology:Biopsychosocial interactions, 3rd Ed. United States of American: John Wiley & Sonc, Inc.

Suggested citation:

Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Peran Keluarga Untuk Kurangi Angka Putus Sekolah, Radio EMC Yogyakarta. 27 September 2016.

Post a Comment

0 Comments